Venezuela mengumumkan pengusiran 3 diplomat AS yang mereka tuduh merencanakan untuk menyabotase perekonomian negaranya. Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah menyatakan, para diplomat itu memiliki 48 jam untuk meninggalkan negara itu.
"Yankees (panggilan untuk orang Amerika), pulanglah!" kata Maduro seperti dimuat BBC yang dilansir Liputan6.com, Selasa (1/10/2013).
Maduro mengatakan, dirinya telah memiliki bukti bahwa trio diplomat itu terlibat dalam sabotase listrik pada bulan September dan telah menyuap perusahaan Venezuela untuk mengurangi produksi.
Menurut penyataan kedutaan besar Venezuela, para diplomat yang diusir adalah Kelly Keiderling-- yang mengurusi bisnis dan selaku diplomat AS paling senior di Caracas, David Moo, dan Elizabeth Hoffman.
"Kami benar-benar menolak tuduhan pemerintah Venezuela, tentang keterlibatan pemerintah AS dalam setiap jenis konspirasi untuk mengacaukan pemerintah Venezuela," kata kedutaan AS di Venezuela dalam sebuah pernyataan.
Mereka juga mengatakan pengusiran ketiga diplomatnya oleh Maduro belum dilakukan secara resmi.
Kendati demikian, Maduro sendiri telah membuat pengumuman dalam suatu upacara resmi di kota Santa Ana.
"Keluar dari Venezuela! Pulang sana, Yankees (panggilan untuk orang Amerika)! Cukup sudah pelecehan terhadap martabat bangsa yang cinta damai ini," ujar Maduro.
Saat ini, Venezuela memang sedang mengalami krisis beberapa barang, termasuk kertas toilet, gula dan tepung. Pihak oposisi menyalahkan kebijakan dan retorika sayap kiri Maduro sebagai penyebab krisis.
Balas Dendam
Hubungan antara kedua negara telah memburuk selama lebih dari satu dekade. Hal itu dibuktikan dengan tak adanya perwakilan di Amerika Serikat dan Venezuela dalam waktu panjang.
Selama bertahun-tahun, mendiang Hugo Chavez juga mengecam imperialisme Amerika di Amerika Latin.
Pada Desember 2010, Chavez tak mengesahkan visa seseorang yang ditunjuk menjadi duta besar AS untuk Caracas, Larry Palmer. Kala itu, Chavez menduga Larry memiliki keterlibatan antara pemerintah Venezuela dan pemberontak FARC Kolombia.
"Siapa pun yang datang ke sini sebagai duta, harus menunjukkan rasa hormat. Ini adalah negara yang harus dihormati," kata Chavez ketika itu.
Setelah itu, AS pun balas dendam. Duta Besar Venezuela untuk Washington pun 'ditendang'. Sejak itulah tak ada perwakilan di kedua belah pihak.
Maduro menjabat sebagai presiden sementara ketika Chavez sakit parah akibat kanker. Dia terpilih sebagai presiden pada bulan April, dengan hasil tipis mengalahkan pemimpin oposisi Henrique Capriles.
Setelah itu, Menteri Luar Negeri yang baru, Elias Jaua, bertemu Menteri Luar Negeri AS John Kerry, selama pertemuan puncak regional di Guatemala pada Juni. Mereka berdua mengatakan bertekad untuk memperbaiki hubungan, tapi niat baik itu tidak berlangsung lama.
Pekan lalu, Maduro membatalkan pidatonya yang telah dijadwalkan pada Sidang Umum PBB dengan dirinya berada dalam bahaya di New York.
"Pemerintah AS tahu persis, bahwa orang-orang berada di balik aktivitas berbahaya yang diplot di New York," tukas Maduro. (Tnt/Yus)
"Yankees (panggilan untuk orang Amerika), pulanglah!" kata Maduro seperti dimuat BBC yang dilansir Liputan6.com, Selasa (1/10/2013).
Maduro mengatakan, dirinya telah memiliki bukti bahwa trio diplomat itu terlibat dalam sabotase listrik pada bulan September dan telah menyuap perusahaan Venezuela untuk mengurangi produksi.
Menurut penyataan kedutaan besar Venezuela, para diplomat yang diusir adalah Kelly Keiderling-- yang mengurusi bisnis dan selaku diplomat AS paling senior di Caracas, David Moo, dan Elizabeth Hoffman.
"Kami benar-benar menolak tuduhan pemerintah Venezuela, tentang keterlibatan pemerintah AS dalam setiap jenis konspirasi untuk mengacaukan pemerintah Venezuela," kata kedutaan AS di Venezuela dalam sebuah pernyataan.
Mereka juga mengatakan pengusiran ketiga diplomatnya oleh Maduro belum dilakukan secara resmi.
Kendati demikian, Maduro sendiri telah membuat pengumuman dalam suatu upacara resmi di kota Santa Ana.
"Keluar dari Venezuela! Pulang sana, Yankees (panggilan untuk orang Amerika)! Cukup sudah pelecehan terhadap martabat bangsa yang cinta damai ini," ujar Maduro.
Saat ini, Venezuela memang sedang mengalami krisis beberapa barang, termasuk kertas toilet, gula dan tepung. Pihak oposisi menyalahkan kebijakan dan retorika sayap kiri Maduro sebagai penyebab krisis.
Balas Dendam
Hubungan antara kedua negara telah memburuk selama lebih dari satu dekade. Hal itu dibuktikan dengan tak adanya perwakilan di Amerika Serikat dan Venezuela dalam waktu panjang.
Selama bertahun-tahun, mendiang Hugo Chavez juga mengecam imperialisme Amerika di Amerika Latin.
Pada Desember 2010, Chavez tak mengesahkan visa seseorang yang ditunjuk menjadi duta besar AS untuk Caracas, Larry Palmer. Kala itu, Chavez menduga Larry memiliki keterlibatan antara pemerintah Venezuela dan pemberontak FARC Kolombia.
"Siapa pun yang datang ke sini sebagai duta, harus menunjukkan rasa hormat. Ini adalah negara yang harus dihormati," kata Chavez ketika itu.
Setelah itu, AS pun balas dendam. Duta Besar Venezuela untuk Washington pun 'ditendang'. Sejak itulah tak ada perwakilan di kedua belah pihak.
Maduro menjabat sebagai presiden sementara ketika Chavez sakit parah akibat kanker. Dia terpilih sebagai presiden pada bulan April, dengan hasil tipis mengalahkan pemimpin oposisi Henrique Capriles.
Setelah itu, Menteri Luar Negeri yang baru, Elias Jaua, bertemu Menteri Luar Negeri AS John Kerry, selama pertemuan puncak regional di Guatemala pada Juni. Mereka berdua mengatakan bertekad untuk memperbaiki hubungan, tapi niat baik itu tidak berlangsung lama.
Pekan lalu, Maduro membatalkan pidatonya yang telah dijadwalkan pada Sidang Umum PBB dengan dirinya berada dalam bahaya di New York.
"Pemerintah AS tahu persis, bahwa orang-orang berada di balik aktivitas berbahaya yang diplot di New York," tukas Maduro. (Tnt/Yus)