Biasanya orang kerap terlambat mengetahui dirinya menderita gangguan bipolar (GB). Sampai saat ini saja, penyebab pasti bipolar belum diketahui dan beberapa orang terlahir dengan gangguan bipolar tak mendeteksi gejalanya selama bertahun-tahun.
Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K) dari Perhimpuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengungkapkan, alasan tidak cepat terdeteksi seseorang dengan gangguan bipolar (GB) karena terjadinya tumpang tindih gejala bipolar dengan Schizophrenia.
"Kalau pun ketika melakukan pemeriksaan pada saat remaja, bisa saja dibilangnya karena pengaruh obat-obatan terlarang. Karena, seperti yang kita tahu, orang dengan gangguan bipolar suka mengonsumsi obat-obatan terlarang," ujar Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K).
Hal ini disampaikan Sasanto Wibisono, dalam acara Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia 2013: Mental Health in Older Adults, di Hotel Gran Melia, Jakarta, Rabu (2/10/2013)
Lebih lanjut Sasanto Wibisono mengatakan, stigma yang didapat dari lingkungan terhadap orang dengan gangguan jiwa suka dianggap buruk. Yang pada akhirnya membuat keluarga dikucilkan, dan dijauhi.
"Akibat dari ini semua, keluarga jadi malu untuk membawa orang terdekat untuk berobat. Karena kalau dia membawanya berobat dan diketahui oleh tetangga, akan membuatnya diolok-olok," tambah pria berkacamata ini.
Gangguan Bipolar merupakan masalah kesehatan jiwa terkait mood (alam perasaan atau suasana hati), dengan gejala manik (suasana hati yang tinggi), dan depresi yang cukup ekstrem, sehingga memengaruhi cara berpikir, perasaan, tindakan, dan kualitas hidup penderitanya.
Penderita gangguan bipolar (GB) akan mengalami perubahan mood dari yang sangat tinggi (manik), menjadi sangat rendah (depresi), dan sebaliknya. Bila dibandingkan dengan orang normal yang perubahan mood terjadi pada kisaran yang stabil, ini dinilai sangatlah ekstrem.
(Adt/Mel/*)
Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K) dari Perhimpuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengungkapkan, alasan tidak cepat terdeteksi seseorang dengan gangguan bipolar (GB) karena terjadinya tumpang tindih gejala bipolar dengan Schizophrenia.
"Kalau pun ketika melakukan pemeriksaan pada saat remaja, bisa saja dibilangnya karena pengaruh obat-obatan terlarang. Karena, seperti yang kita tahu, orang dengan gangguan bipolar suka mengonsumsi obat-obatan terlarang," ujar Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K).
Hal ini disampaikan Sasanto Wibisono, dalam acara Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia 2013: Mental Health in Older Adults, di Hotel Gran Melia, Jakarta, Rabu (2/10/2013)
Lebih lanjut Sasanto Wibisono mengatakan, stigma yang didapat dari lingkungan terhadap orang dengan gangguan jiwa suka dianggap buruk. Yang pada akhirnya membuat keluarga dikucilkan, dan dijauhi.
"Akibat dari ini semua, keluarga jadi malu untuk membawa orang terdekat untuk berobat. Karena kalau dia membawanya berobat dan diketahui oleh tetangga, akan membuatnya diolok-olok," tambah pria berkacamata ini.
Gangguan Bipolar merupakan masalah kesehatan jiwa terkait mood (alam perasaan atau suasana hati), dengan gejala manik (suasana hati yang tinggi), dan depresi yang cukup ekstrem, sehingga memengaruhi cara berpikir, perasaan, tindakan, dan kualitas hidup penderitanya.
Penderita gangguan bipolar (GB) akan mengalami perubahan mood dari yang sangat tinggi (manik), menjadi sangat rendah (depresi), dan sebaliknya. Bila dibandingkan dengan orang normal yang perubahan mood terjadi pada kisaran yang stabil, ini dinilai sangatlah ekstrem.
(Adt/Mel/*)