RI Makin Banyak Ekspor Kapal Laut dan Alas Kaki

Ekspor kapal laut Indonesia meningkat 265,7% (year on year) menjadi US$ 618,4 juta sepanjang periode Januari-Agustus 2013.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Okt 2013, 17:15 WIB
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan ada dua produk manufaktur yang memberikan kontribusi peningkatan ekspor paling signifikan pada periode Januari-Agustus 2013, kedua produk tersebut adalah kapal laut dan alas kaki.

Gita mengatakan, selama periode Januari-Agustus 2013, nilai ekspor kapal laut meningkat US$ 618,4 juta atau naik 265,7% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

"Ekspor produk alas kaki meningkat sebesar US$ 225,3 juta naik 9,7% pada perioda yang sama ditahun lalu," kata Gita, di Kantornya, Jakarta, Rabu (2/10/2013).

Meski dua komoditas tersebut mengalami kenaikan, nilai ekspor Januari hingga Agustus 2013 mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh belum membaiknya harga beberapa komoditas ekspor non migas Indonesia di pasar internasional.

"Hal ini ditunjukkan oleh total volume ekspor non migas yang mengalami peningkatan sebesar 21,3% namun nilainya turun 3,3% selama periode tersebut," ungkap Gita.

Gita menyebutkan beberapa produk yang mengalami kondisi serupa adalah bahan bakar minyak, lemak dan minyak nabati, karet dan barang dari karet, mesi-mesin, dan berbagai produk kimia.

Sedangkan disisi impor, selama periode Januari hingga Agustus 2013 struktur impor masih didominasi oleh impor bahan baku mencapai 76,2%, dan barang modal sebesar 16,8%.

Sedangkan impor barang konsumsi turun sebesar 2,2% dibandingkan periode yang sama ditahun lalu menjadi US$ 8,7 miliar. Impor bahan baku penolong naik 3,5% menjadi US$ 95,2 miliar, sedangkan barang impor barang modal turun 18,5% menjadi US$ 21 miliar atau jauh lebih rendah daripada impor tahun lalu yang naik sebesar 28,6%.

Komoditas impor non migas terbesar selama Januari hingga Agustus secara berurutan adalah mesin-mensin mekanik dengan nilai sebesar US$ 17,7 miliar, mesin peralatan listrik dengan nilai US$ 12,5 miliar, besi dan baja US$ 6,8 miliar, kendaraan dan bagiannya US$ 5,5 miliar, plastik US$ 5,1 miliar, bahan kimia organik US$ 4,7 miliar, benda dari besi dan baja US$ 3,3 miliar, gandum US$ 2,4 miliar, ampas sisa industri makanan US$ 1,9 miliar dan kapas US$ 1,7 miliar.

"Sepuluh komoditas impor utama tersebut berkontribusi sebesar 49,3% dari total impor non migas," jelas dia.

Komoditas non migas yang mengalami penurunan impor signifikan antaralain kapal terbang dan bagiannya dengan penurunan mencapai 60% senilai US$ 1,8 miliar, kendaraan dan bagiannya turun 17,1% (Yoy) sebesar US$ 1,1 miliar dan mesin pesawat mekanik turun 5,8% sebesar 1,1 miliar. (Pew/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya