Angkak, Beras Merah China, Efektif Turunkan Kolesterol

Pada masa lampau angkak sudah dipakai untuk obat sakit perut (gangguan pencernaan dan diare), sirkulasi darah, kesehatan limpa dan lambung.

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 03 Okt 2013, 08:00 WIB
Pembuatan angkak (beras merah yang difermentasi) di China pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan Dinasti Ming yang berkuasa pada abad XIV-XVII. Pada masa ini, angkak sudah dipakai untuk obat sakit perut (gangguan pencernaan dan diare), sirkulasi darah, kesehatan limpa dan lambung.

Selanjutnya angkak bahkan digunakan untuk mengobati penyakit salah cerna, luka otot, disentri, dan antraks. Angkak juga sering digunakan untuk meringankan kerja lambung serta memperkuat fungsi limpa, yaitu suatu organ tubuh yang menguraikan sel darah merah yang telah usang dan menyaring.

Meski ini bahan alami, bukan berarti angkak bebas dari efek samping atau setidaknya bisa digunakan oleh siapa saja. Penelitian lebih mendetail mengenai dosis masih dirasa kurang. Karena itu, informasi soal ini pun terbatas. Dengan sendirinya, kita mesti mengikuti anjuran standar yang diberikan, sekitar 500 mg.

Seperti dikutip dari Mayoclinic, Kamis (3/10/2013), para penderita lever, dalam hal ini sebaiknya tidak mengonsumsinya. Dengan mekanisme yang sama dalam menurunkan kolesterol, angkak justru tidak baik untuk organ hati yang mengalami masalah.

Mereka yang mengonsumsi alkohol lebih dari dua dalam sehari, memiliki infeksi serius atau gangguan fisik atau juga sedang menjalani transplantasi organ dianjurkan untuk menghindari angkak.

Keamanan angkak untuk para wanita hamil dan menyusui belum pernah diteliti dan dievaluasi. Sampai informasi ini diberikan, sebaiknya para wanita hamil dan menyusui menghindari asupan angkak.

Meski informasi ilmiah mengenai keamanan angkak bila dikonsumsi anak-anak belum ada, sebaiknya mereka yang usianya di bawah 20 tahun tidak mengonsumsi suplemen yang mengandung angkak.

Pada orangtua, penelitian terbaru memang belum mengungkapkan secara spesifik keamanannya pada lanjut usia. Namun demikian, lansia yang telah dirawat dengan angkak 1200 mg per hari selama 8 minggu, tidak menunjukkan efek samping yang berarti.

(Abd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya