Orang dengan gejala bipolar (GB) seringkali mengalami beban ekonomi. Entah itu beban ekonomi dirinya sendiri atau beban ekonomi keluarganya. Pasalnya, ketika seseorang dengan GB mengalami perubahan `mood`yang cukup tinggi (manik), ia akan bertindak sembrono tanpa memikirkan akibatnya, yaitu menghabiskan banyak uang dan investasi tanpa pemikiran matang.
Hal seperti ini pernah menimpa salah seorang pasien dari Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Kala itu, pasien Sasanto Wibisono adalah sosok yang dikenal sangat royal dan tidak pelit terhadap uang yang dimilikinya. Ia rela menghamburkan-hamburkan uang hanya untuk menyenangkan hati orang terdekatnya.
"Tiap tahun, dia selalu mengajak tetangganya jalan-jalan. Tetangganya sih, senang-senang saja. Tapi, semakin lama beban buat dia dan keluarga semakin besar," kata Sasanto Wibisono, dalam acara Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia 2013 : Mental Health in Older Adults, di Gran Melia, Jakarta, ditulis Rabu (3/10/2013)
Penderita gangguan bipolar (GB) akan mengalami perubahan `mood` dari yang sangat tinggi (manik) menjadi sangat rendah (depresi), dan sebaliknya. Bila dibandingkan dengan orang normal yang perubahan `mood` -nya relatif stabil, perubahan pada penderita bipolar sangat ekstrem.
Ketika orang dengan GB mengalami episode manik, dia akan merasa hebat dan melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukannya. Saat mengalami episode depresi, orang akan terpuruk dan putus asa.
Gangguan bipolar merupakan masalah kesehatan jiwa terkait mood (alam perasaan atau suasana hati), dengan gejala manik (suasana hati yang tinggi), dan depresi yang cukup ekstrem, sehingga memengaruhi cara berpikir, perasaan, tindakan, dan kualitas hidup penderitanya.
(Adt/Mel)
Hal seperti ini pernah menimpa salah seorang pasien dari Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Kala itu, pasien Sasanto Wibisono adalah sosok yang dikenal sangat royal dan tidak pelit terhadap uang yang dimilikinya. Ia rela menghamburkan-hamburkan uang hanya untuk menyenangkan hati orang terdekatnya.
"Tiap tahun, dia selalu mengajak tetangganya jalan-jalan. Tetangganya sih, senang-senang saja. Tapi, semakin lama beban buat dia dan keluarga semakin besar," kata Sasanto Wibisono, dalam acara Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Dunia 2013 : Mental Health in Older Adults, di Gran Melia, Jakarta, ditulis Rabu (3/10/2013)
Penderita gangguan bipolar (GB) akan mengalami perubahan `mood` dari yang sangat tinggi (manik) menjadi sangat rendah (depresi), dan sebaliknya. Bila dibandingkan dengan orang normal yang perubahan `mood` -nya relatif stabil, perubahan pada penderita bipolar sangat ekstrem.
Ketika orang dengan GB mengalami episode manik, dia akan merasa hebat dan melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukannya. Saat mengalami episode depresi, orang akan terpuruk dan putus asa.
Gangguan bipolar merupakan masalah kesehatan jiwa terkait mood (alam perasaan atau suasana hati), dengan gejala manik (suasana hati yang tinggi), dan depresi yang cukup ekstrem, sehingga memengaruhi cara berpikir, perasaan, tindakan, dan kualitas hidup penderitanya.
(Adt/Mel)