Aceh Butuh Banyak Dokter Bedah Anak, Siapa Bersedia?

Aceh membutuhkan lebih banyak dokter bedah anak karena operasi bedah anak ditangani RSU dokter Zainoel Abidin mencapai 200 selama 3 tahun

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 05 Okt 2013, 09:00 WIB
Aceh membutuhkan lebih banyak dokter bedah anak karena operasi bedah anak yang ditangani Rumah Sakit Umum dokter Zainoel Abidin mencapai 200 kasus sepanjang tiga tahun.

"Saat ini di RSUZA kita hanya memiliki dua orang dokter bedah anak untuk menanggani setiap kasus operasi sulit itu di rumah sakit tersebut," kata kata Sub Divisi Bedah Anak RSUZA Aceh Dr Muntadhar M Isa SpB, SPBA di Banda Aceh, seperti dikutip dari Antara, Jumat (4/10/2013).

Disela-sela pembukaan Muktamar Nasional dan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXI Persatuan Dokter Bedah Anak Indonesia (Perbani) 2013, dijelaskan RSUZA Aceh menangani operasi terhadap 200 kasus bedah anak dalam kurun waktu tiga tahun.

Sementara itu, Gubernur Aceh Zaini Abdullah juga menyatakan minimnya spesialis bidang bedah anak itu tidak hanya di daerahnya tapi masih terlalu sedikit secara nasional di Indonesia.

"Jumlah dokter spesialis bedah anak di Indonesia hanya 39 orang (2006), dan 18 orang di antaranya di Jakarta. Pada 2013 tentu jumlahnya bertambah, namun dibanding dokter spesialis lain, penambahan jumlah dokter spesialis bedah anak di Indonesia relatif lamban," katanya menjelaskan.

Dikatakannya, dengan jumlah yang relatif sedikit itu diperkirakan seorang dokter spesialis bedah anak di Indonesia harus melayani lebih dari 6 juta penduduk.

"Bandingkan misalnya dengan Singapura, seorang dokter spesialis bedah anak hanya melayani 400 ribu penduduk di negara itu. Ini jelas sebuah tantangan berat bagi para dokter spesialis bedah anak di negeri kita," kata Zaini Abdullah.

Apalagi, ia menyebutkan tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia relatif tinggi yakni mencapai 2,3 persen/tahun. Dengan tingkat pertumbuhan seperti itu diperkirakan pada 2020, jumlah penduduk Indonesia mencapai 265 juta.

"Sudah tentu kebutuhan tenaga medis semakin tinggi, tidak terkecuali dokter spesialis bedah anak. Dengan jumlah yang sangat terbatas itu, para dokter spesialis bedah anak Indonesia tentu akan menghadapi banyak tantangan," kata gubernur menjelaskan.

Kondisi itu menjadi tantangan bagi Perbani, sebab Zaini mengatakan sebagai organisasi profesi yang merupakan wadah para dokter spesialis bedah anak maka berkewajiban meningkatkan profesionalisme anggotanya melalui berbagai pendidikan.

(Abd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya