Duet Presiden Peru, Ollanta Humala dan Presiden Filipina, Benigno Aquino III di atas panggung CEO Summit KTT APEC 2013 hari ini memaparkan mengenai kebijakan masing-masing negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan kesejahteraan rakyatnya.
Ollanta Bilang Peru Dinamis
Ollanta mengklaim ekonomi Peru mampu bertumbuh secara dinamis dan berhasil meningkatkan size Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut hingga tiga kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
"Kesejahteraan yang belum merata menjadi PR bagi politisi di negara kami, namun perlahan mulai teratasi melalui perubahan strategi yang menggenjot pertumbuhan ekonomi dan mampu menghasilkan uang," kata Presiden Peru, Ollanta Humala saat presentasi di CEO Summit, Nusa Dua Bali, Minggu (6/10/2013).
Lebih jauh Ollanta menjelaskan, pertumbuhan masyarakat kelas menengah mendorong perbaikan kualitas pelayanan, misalnya pelayanan listrik, tabungan, internet, pendidikan maupun kesehatan.
"Kami juga ingin meningkatkan jumlah wajib pajak sebesar 30% atau 30 juta wajin pajak baru karena sebelumnya tidak membayar pajak karena berada di sektor informal," lanjutnya.
Selama dua tahun masa kepemimpinannya, Ollanta bilang sudah memberikan beasiswa kepada jutaan anak bangsa untuk menimba ilmu di luar negeri. Program ini menyasar bagi masyarakat miskin.
"Kami juga membuat tempat penitipan anak bagi ibu-ibu pekerja, sehingga mereka dapat lebih fokus mengejar pendapatan," terangnya.
Advertisement
Aquino Fokus ke Warga Miskin
Di sisi lain, Presiden Filipina, Benigno Aquino III tidak mau ketinggalan. Dia mengatakan, pemerintahannya fokus pada anggaran pengentasan kemiskinan selama tiga tahun terakhir.
"Ada sebanyak 4 juta keluarga miskin yang sudah mendapatkan pendidikan layak. Di mana lulusan perguruan tinggi dapat meningkatkan pendapatannya dibandingkan yang hanya sekolah dasar," tambahnya.
Pemerintah Filipina, menurut dia, telah membebaskan biaya buku-buku sekolah supaya dapat meningkatkan daya saing Filipina. Dari sisi pangan, Aquino bilang, negara pemenang Miss World 2013 itu berupaya menyukseskan program swasembada beras untuk mengurangi impor. (Fik/Igw)