Direktur Utama PT MRT Jakarta, Dono Boestami menilai Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki nilai tambah dalam hal pemberian pinjaman dana untuk pembangunan Monorel di Jakarta. Dari sejumlah kreditur yang ada, pinjaman dari Japan International Coorporation Agency (JICA) merupakan yang menguntungkan bagi perusahaan dan Pemerintah Provonsi DKI Jakarta.
"Kenapa kita memilih pinjaman dari Jepang, karena negara ini pinjaman begitu lunak," sebut Dono dalam keterangan persnya di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (7/10/2013).
Untuk memberikan pinjaman pada proyek ini, JICA telah mengalokasikan dana hingga 125 miliar Yen atau setara Rp 12,5 triliun. Dana itu akan digunakan untuk pembangunan jalur MRT dari Bundaran HI hingga ke Lebak Bulus yang berjarak 15,7 kilometer.
Tidak hanya itu, kreditur asal Negeri Sakura itu juga memberikan tenor pengembalian utang sangat panjang yaitu hingga 40 tahun. "Ditambah beban pengembalian itu menjadi tanggungan pemerintah pusat dan provinsi DKI. 49% pemerintah pusat dan 51% pemprov DKI. Jadi bisa dibilang kita ini gratis," tegas Dono.
Dono mengungkapkan, selama ini baru JICA yang berani mengucurkan pinjaman dana dengan tenor cukup panjang dibandingkan perusahaan internasional lainnya.
Namun hal itu tidak menutup kemungkinan bagi PT MRT Jakarta untuk memperoleh pinjaman dari perusahaan lain selain dari Jepang sepanjang sistem pinjamannya mempunyai nilai tambah seperti JICA.
"Kalau ada negara lain yang memberikan pinjaman seperti ini, pasti kita akan kerjaama. Saat ini yang kita temukan bagus ya JICA. Saya kira belum ada pendanaan yang mau menanggung sebesar itu, bank-bank manapun lah, saya kira belum bisa memberikan pinjaman selunak itu," pungkas Dono. (Yas/Shd)
"Kenapa kita memilih pinjaman dari Jepang, karena negara ini pinjaman begitu lunak," sebut Dono dalam keterangan persnya di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (7/10/2013).
Untuk memberikan pinjaman pada proyek ini, JICA telah mengalokasikan dana hingga 125 miliar Yen atau setara Rp 12,5 triliun. Dana itu akan digunakan untuk pembangunan jalur MRT dari Bundaran HI hingga ke Lebak Bulus yang berjarak 15,7 kilometer.
Tidak hanya itu, kreditur asal Negeri Sakura itu juga memberikan tenor pengembalian utang sangat panjang yaitu hingga 40 tahun. "Ditambah beban pengembalian itu menjadi tanggungan pemerintah pusat dan provinsi DKI. 49% pemerintah pusat dan 51% pemprov DKI. Jadi bisa dibilang kita ini gratis," tegas Dono.
Dono mengungkapkan, selama ini baru JICA yang berani mengucurkan pinjaman dana dengan tenor cukup panjang dibandingkan perusahaan internasional lainnya.
Namun hal itu tidak menutup kemungkinan bagi PT MRT Jakarta untuk memperoleh pinjaman dari perusahaan lain selain dari Jepang sepanjang sistem pinjamannya mempunyai nilai tambah seperti JICA.
"Kalau ada negara lain yang memberikan pinjaman seperti ini, pasti kita akan kerjaama. Saat ini yang kita temukan bagus ya JICA. Saya kira belum ada pendanaan yang mau menanggung sebesar itu, bank-bank manapun lah, saya kira belum bisa memberikan pinjaman selunak itu," pungkas Dono. (Yas/Shd)