Stand pijat dan jamu tradisional gratis yang menemani peserta KTT APEC di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) tak pernah sepi dari pengunjung lokal maupun asing sejak pukul 10.00 WITA hingga 22.00 WITA.
Ini menunjukkan bahwa jamu tradisional Indonesia dapat diterima oleh lidah pengunjung asing. Menariknya menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Khrisnamurti mengatakan, kehadiran jamu di tempat berkelas bukan sebuah kebetulan.
"Dalam pertemuan APEC, jamu tradisional menjadi salah satu topik yang didiskusikan oleh wakil dari 21 ekonomi Asia dan Pasifik," ujarnya di BNDCC, Nusa Dua Bali, Selasa (8/10/2013).
Untuk pertama kalinya dalam forum kerja sama ekonomi itu, sambung dia, jamu diakui sebagai bagian dari upaya untuk menjaga kesehatan. "Kami mendukung usaha mempromosikan pemahaman mengenai pemakaian yang aman dan efektif obat alternatif tradisional dan komplementer," kata dia melaporkan dokumen hasil pertemuan para menteri ekonomi APEC.
Supaya semakin mendunia, obat alternatif tradisional dan komplementer (Tradisional and Complementary Alternative Medicines/TCAM). "Kalau pakai bahasa inggris terdengarnya lebih keren ya," celoteh Bayu.
Dia menjelaskan, usaha jamu supaya diakui negara-negara APEC membutuhkan proses panjang mengingat ada beberapa negara yang telah terkenal dengan pengobatan alternatifnya, seperti Cina, Korea, Malaysia dan Thailand.
"Tidak terlalu rumit mendukung usulan Indonesia supaya jamu diakui APEC. Tapi butuh meyakinkan ekonomi lainnya bukan hal mudah. Karena bagi beberapa negara, kata jamu bahkan nyaris belum pernah terdengar," ucap dia.
Kini, tambah Bayu, jamu sudah diakui sebagai salah satu mekanisme pelengkap bagi pengobatan berbasis medis. "Dalam skema kerja sama APEC, jamu nantinya akan diintegrasikan ke dalam sistem jaminan kesehatan, sesuai dengan prioritas dan peraturan masing-masing negara. Proses itu diharapkan melibatkan masyarakat dan kemitraan pemerintah dan swasta," jelasnya.
Bayu menyebut, Indonesia saat ini memiliki basis lebih dari 600 perusahaan jamu berskala besar dan kecil. Terdapat ribuan pengrajin dan penjual jami tradisional, termasuk bakul jamu.
Apabila jumlah petani dan pedagang bahan baku jamu (jahe, kencur, temulawak dan lainnya) turut dihitung, sekitar lebih dari satu juta orang menggantungkan hidup pada jamu. "Begitu diakui APEC, jamu Indonesia mungkin akan segera digendong pesawat terbang ke pasar dunia," tandas dia. (Fik/Ndw)
Ini menunjukkan bahwa jamu tradisional Indonesia dapat diterima oleh lidah pengunjung asing. Menariknya menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Khrisnamurti mengatakan, kehadiran jamu di tempat berkelas bukan sebuah kebetulan.
"Dalam pertemuan APEC, jamu tradisional menjadi salah satu topik yang didiskusikan oleh wakil dari 21 ekonomi Asia dan Pasifik," ujarnya di BNDCC, Nusa Dua Bali, Selasa (8/10/2013).
Untuk pertama kalinya dalam forum kerja sama ekonomi itu, sambung dia, jamu diakui sebagai bagian dari upaya untuk menjaga kesehatan. "Kami mendukung usaha mempromosikan pemahaman mengenai pemakaian yang aman dan efektif obat alternatif tradisional dan komplementer," kata dia melaporkan dokumen hasil pertemuan para menteri ekonomi APEC.
Supaya semakin mendunia, obat alternatif tradisional dan komplementer (Tradisional and Complementary Alternative Medicines/TCAM). "Kalau pakai bahasa inggris terdengarnya lebih keren ya," celoteh Bayu.
Dia menjelaskan, usaha jamu supaya diakui negara-negara APEC membutuhkan proses panjang mengingat ada beberapa negara yang telah terkenal dengan pengobatan alternatifnya, seperti Cina, Korea, Malaysia dan Thailand.
"Tidak terlalu rumit mendukung usulan Indonesia supaya jamu diakui APEC. Tapi butuh meyakinkan ekonomi lainnya bukan hal mudah. Karena bagi beberapa negara, kata jamu bahkan nyaris belum pernah terdengar," ucap dia.
Kini, tambah Bayu, jamu sudah diakui sebagai salah satu mekanisme pelengkap bagi pengobatan berbasis medis. "Dalam skema kerja sama APEC, jamu nantinya akan diintegrasikan ke dalam sistem jaminan kesehatan, sesuai dengan prioritas dan peraturan masing-masing negara. Proses itu diharapkan melibatkan masyarakat dan kemitraan pemerintah dan swasta," jelasnya.
Bayu menyebut, Indonesia saat ini memiliki basis lebih dari 600 perusahaan jamu berskala besar dan kecil. Terdapat ribuan pengrajin dan penjual jami tradisional, termasuk bakul jamu.
Apabila jumlah petani dan pedagang bahan baku jamu (jahe, kencur, temulawak dan lainnya) turut dihitung, sekitar lebih dari satu juta orang menggantungkan hidup pada jamu. "Begitu diakui APEC, jamu Indonesia mungkin akan segera digendong pesawat terbang ke pasar dunia," tandas dia. (Fik/Ndw)