Awas, Lansia Perkotaan Rentan Bunuh Diri!

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Albert Maramis, menyebutkan bahwa lansia di kota memiliki risiko gangguan jiwa lebih tinggi.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 10 Okt 2013, 14:30 WIB
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Albert Maramis, menyebutkan bahwa lansia di kota memiliki risiko gangguan jiwa lebih tinggi. Menurut Albert, hal ini dipicu oleh berbagai hal. Namun lansia di pedesaan pemicunya biasanya lebih sederhana tapi tetap berisiko.

"Faktor pemicunya biasanya karena minim pendidikan. Ketika kehilangan sumber pencaharian maka dapat memicu gangguan kejiwaan. Akibatnya, muncul kasus-kasus suicide (bunuh diri) di kalangan masyarakat pedesaan," ungkap Albert.

Hal ini cukup mengkhawatirkan, apalagi Staf Ahli Menteri Bidang Pembiayaan dan Pembedayaan Masyarakat dr. Yusharmen, D. Comm. H. M.Sc mengatakan bahwa dari data WHO, di kawasan Asia Tenggara ada 8 persen populasi lansia atau sekitar 142 juta jiwa. Dan diperkirakan 2,050, sebagian besar penduduk di Asia Tenggara usianya lebih dari 75 tahun.

"Maka itu pentingnya program pelayanan lansia yang mencakup public health dan clinical medicine, yaitu promosi kesehatan, perlindungan secara khusus, diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, pembatasan kecacatan dan rehabilitasi," jelasnya saat seminar Mental Health in Older Adults di Hotel Bidakara, Kamis (10/10/2013).

Selain itu, dikatakan Yusharmen, layanan kesehatan lansia perlu ditingkatkan mulai dari primer, sekunder dan tersier.

"Pelayanan primer meliputi promosi kesehatan yaitu healthy lifestyle (perilaku hidup bersih sehat), deteksi dini dan terapi segera pada penyakit tidak menular, gangguan mentak emosional, defisit kognitif dan status gizi," tambahnya.

(Fit/Mel/*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya