Kadin: Amerika Bukan Negara Liberal

Tak hanya Indonesia, keluhan mengenai liberalisasi perdagangan AS juga datang dari negara lain.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 10 Okt 2013, 16:19 WIB
Amerika Serikat (AS) yang selama ini mengklaim sebagai negara paling liberal di seluruh penjuru dunia, ternyata tak benar-benar menerapkan kebijakan yang sama dalam perdagangan luar negerinya.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai AS justru tidak sepenuhnya memberikan kemudahan bagi produk-produk luar negeri yang ingin masuk dan dipasarkan di negara Adidaya tersebut.

"Amerika misalnya negara yang dikatakan paling liberal terhadap pasarnya, terbuka, belum tentu," ungkapk Ketua Kadin, Suryo Bambang Sulisto saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (10/10/2013).

Sulisto menjelaskan pengetatan perdagangan luar negeri yang diterapkan AS selama ini ditandai dengan adanya Food and Drug Administrasion (FDA) dan Federal Aviation Administration (FAA).

"Nggak gampang kita mau masuk sana. Dengan adanya FDA, dengan adanya FAA, tidak mudah barang masuk sana," tegas dia.

Tak hanya Indonesia, keluhan juga disampaikan sejumlah negara terkait kebijakan perdagangan AS yang seringkali menyulitkan. Sebagai contoh, Selandia Baru selama ini mengeluhkan sulitnya memasukan dagingnya ke Negeri Paman Sam tersebut. "Jadi dalam hal itu, kita nggak terlalu khawatirlah, tapi kita harus pandai-pandai menyikapinya," kata dia.

Pernyataan Sulisto ini sekaligus menanggapi penyelenggaraan KTT APEC yang baru saja berakhir di Nusa Dua, Bali. Dalam pertemuan yang dihadiri 21 pemimpin negara dan 1.200 CEO perusahaan-perusahaan ternama di dunia tersebut, seluruh pihak mendesak penciptaan liberalisasi perdagangan khususnya di wilayah Asia Pasifik.

"APEC itu kan kumpul-kumpul 21 negara yang menginginkan ada liberilasasi perdagangan, investasi. Kita harus pandai-pandai saja lah, artinya liberilisasi itu juga tergantung kita juga," papar Sulisto.

Meski mendorong liberalisasi, Kadin mengingatkan pemerintah agar terlebih dahulu meningkatkan daya saing dan kualitas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang jumlahnya mencapai 50 juta usaha. (Yas/Shd)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya