Timnas Indonesia U-19 akan menjalani laga terakhirnya pada babak kualifikasi AFC Cup melawan Korea Selatan. Tim Korsel merupakan skuat paling berat di antara tim lain yang telah ditaklukkan Garuda Muda. Timnas Indonesia U-19 akan menghadapi Korea Selatan Sabtu 12 Oktober di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Kedua tim sebenarnya pernah bertemu di sebuah turnamen internasional yang digelar di Iran pada tahun 2011 silam. Saat itu, skuat Garuda Muda harus mengakui keunggulan Korea Selatan dan kalah tipis 1-2.
Pertarungan skuat Garuda Muda versus Korsel bakal berlangsung seru. Bahkan Indonesia mempunyai peluang untuk mengungguli Korsel, jika performa yang diperagakan sekualitas seperti saat melawan tim Filipina.
Dalam klasemen sementara kualifkasi AFC Cup U-19 2014 Myanmar, Indonesia dan Korea Selatan meraih poin yang sama yakni enam angka. Tapi Korsel unggul selisih gol dengan 8 gol sementara Indonesia menorehkan 7 gol.
Apabila Timnas Indonesia U-19 ingin lolos ke Myanmar tahun depan, Garuda Muda harus meraih predikat juara grup agar dapat tiket otomatis lolos langsung. Atau hanya menunggu hitung-hitungan AFC sebagai enam runner up terbaik dalam klasemen akhir.
Inilah tiga kunci Timnas U-19 Indonesia jika ingin meraih kemenangan atas Korea Selatan:
1. Pasing Pendek
Walau hanya meraih dua gol dalam pertandingan kontra Filipina pada Kamis (9/10/2013), Indonesia berhasil melepaskan umpan sebanyak 688 umpan dan sebanyak 605 umpan di antaranya cukup akurat dengan persentase 87 persen.
Ketenangan dalam pergerakan dan umpan-umpan pendek akan menjadi kunci kesuskesan timnas agar dapat meraih tiga poin kontra Korea Selatan. Seperti diketahui dalam laga kontra Laos dan juga Filipina, armada tempur timnas Korea Selatan selalu bermain dengan bola cepat ke depan.
Tak ayal lagi, beberapa gol dari Korea Selatan diciptakan dari umpan-umpan terobosan ke kotak penalti. Salah satunya ketika kontra Filipina, para pemain salah satunya Hwang Hwe Chan bermain mencetak gol cepat di menit ke-3 saat melawan Laos kemarin.
Pasing pendek menjadi kunci Indonesia untuk meraih tiga poin dalam laga ini. Duo lini belakang Putu Gede Juni Antara dan Hansamu Yama Pramata tak boleh terburu-buru membuang bola. Tapi mereka tetap melakukan permainan dari kaki ke kaki dengan umpan pendek dan sang kapten Evan Dimas tetap menjadi jendral di lini tengah.
2. Pemain Supersub ala Pelatih Indra Sjafri
Dalam laga kontra Laos dan Filipina, pelatih Indra Sjafri selalu memberikan kejutan di babak kedua terutama dalam pergantian pemain.
Saat lawan Laos di laga perdana, Paulo Oktavianus Sitanggang baru masuk menjelang akhir babak pertama. Dia menggantikan Mohamad Hargianto. Akan tetapi pemain berdarah batak itu menjadi pembeda di babak kedua. Dia menjadi roh permainan, permainan apiknya membuat lini tengah Indonesia semakin banyak berkreasi.
Kembali, pelatih asal Minang itu menunjukkan kejeliannya dalam laga kontra Filipina. Kali ini, anak muda yang menjadi pembeda adalah Yabes Roni. Masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua, Yabes langsung memberikan dampak nyata pada permainan Indonesia dalam pertandingan.
Tujuh menit menjelang pertandingan berakhir, Yabes tidak menyia-nyiakan peluangnya. Umpan terobosan Paulo ke kotak penalti diselesaikan dengan sepakan kaki kanan ke tiang dekat dan tak mampu dihalau kiper Ronilo.
Saat melawan Korsel nanti, Indra tampaknya akan memaksimalkan pemain pengganti untuk makin menghidupkan laga. Saat ini ada empat pemain baru di Timnas U-19 dalam kualifikasi Piala AFC U-19. Keempat wajah baru itu adalah Dio Permana, Angga Febriyanto Putra, Yabes Roni Malaifani, dan kiper Awan Setho Raharjo. Mereka merupakan pemain yang dianggap layak untuk melengkapi skuat Garuda Muda yang sebelumnya hanya dihuni oleh 20 pemain.
Advertisement
3. Merahkan GBK untuk Mendukung Tim Garuda Muda
Ada pemandangan tak biasa ketika Timnas U-19 melawan Laos di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta yang merupakan stadion keramat bagi Timnas Indonesia. Saat lagu Indonesia Raya berkumandang, tak ada gemuruh semangat para pendukung setia skuat Merah Putih seperti biasanya. Ketika mengahadapi Laos, banyak tribun stadion yang kosong.
Ketika laga perdana melawan Laos berlangsung, penonton di stadion yang memberikan dukungan langsung tak lebih dari 12.000 suporter di GBK. Padahal stadion terbesar di Asia Tenggara itu berkapasitas lebih kurang 72 ribu penonton.
Biasanya, jika Timnas Indonesia bermain, stadion selalu terisi minimal separuhnya. Bandingkan saja ketika Timnas U-19 berlaga di Piala AFF U-19 di Stadion Delta Sidoarjo. Stadion penuh sesak dan dukungannya begitu gegap gempita yang mampu membangkitkan semangat bertanding. Sebuah pemandangan yang bisa membuat 'merinding' siapa pun yang menyaksikannya. Hasilnya, Indonesia U-19 berhasil menjadi juara AFF U-19 untuk pertamakalinya.
Hal itu membuat para pemain Timnas U-19 kecewa dan hal itu langsung disampaikan oleh sang pelatih, Indra Syafri dalam konferensi pers seusai pertandingan.
"Anak-anak sempat berkata kepada saya bahwa lebih enak bertanding di Sidoarjo karena lebih ramai," ujar Indra di akhir pertandingan.
"Kami merasa dukungan suporter di sini kurang, tidak seperti yang ada di Sidoarjo," ujar Hansamu Yama Pranata, bek timnas menambahkan. (Vin)