[VIDEO] Nenek-nenek Berlagak Bak Model di Festival Kemiren

Untuk melestarikan budaya tradisional, warga desa Using, Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Festival Kemiren.

oleh Eko Huda Setyawan diperbarui 12 Okt 2013, 06:45 WIB
Untuk melestarikan budaya tradisional, warga desa Using, Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Festival Kemiren. Festival yang diadakan setiap tahun itu menampilkan sejumlah adat dan tradisi asli desa setempat, yaitu lomba nginang dan jemur kasur.

Dalam tayangan Liputan 6 SCTV, Sabtu (12/10/2013), puluhan nenek-nenek sedang antre. Namun bukan sedang antre sembako, tapi mereka mengikuti Festival Kemiren. Setiap peserta diwajibkan membawa tempat kinang berisi lembaran daun sirih, rendaman kapur, gambir, dan buah pinang yang sudah dikupas serta tembakau atau sisig.

Ketrampilan meracik ramuan daun sirih dan cara menginang serta proses menyikat gigi menggunakan tembakau atau sisig menjadi kriteria utama penilaian. Selain itu, peserta juga harus menari di atas pentas layaknya model dan menyanyi serta beradu berbalas pantun atau wangsalan dengan menggunakan Bahasa Using.

Dalam Festival Kemiren juga digelar jemur kasur atau disebut kasur gembil. Uniknya, dari ratusan kasur yang dijemur, seluruhnya berwana hitam dan merah. Bagi warga setempat, kasur gembil mempunyai makna tersendiri. Warna hitam berarti langgeng, sedangkan warna merah berarti berani. Pesan moral tersebut ditujukan setiap keluarga agar berani bertanggung jawab dan langgeng dalam membina rumah tangga.

Jemur kasur massal bertujuan untukmenghormati datangnya bulan haji atau bulan Dzulhijah dalam penanggalan Jawa. Sebab menurut kepercayaan warga setempat, bulan haji dianggap baik untuk memulai bahtera rumah tangga. (Eks)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya