Mangga Sukkari atau mangga manis cukup terkenal di Mesir. Serupa mangga golek Indonesia. Konon dibawa Presiden Soekarno saat berkunjung ke Mesir. Benarkah?
"Di Mesir tidak ada mangga Soekarno," kata peneliti pembudidayaan mangga di Mesir Prof Dr Sanaa Samy Ebeed di Pusat Penelitian Buah Tropis pada Kementerian Pertanian Mesir, Sabtu (12/10/2013).
"Saya tahu Ahmad Soekarno itu Presiden Indonesia, tapi belum pernah saya mendengar adanya mangga Soekarno," tutur wanita peneliti yang juga guru besar pembudidayaan mangga di Universitas Ain Shams dan beberapa universitas setempat.
Pernyataan senada diutarakan Prof Dr Ahmed Abdel Moneim Taha, Kepala Pusat Kajian Bidang Pegembangan Buah-buahan Tropis pada Kementerian Pertanian Mesir.
"Mangga Soekarno? Saya belum pernah dengar adanya mangga bernama Mangga Soekarno. Setahu saya Ahmad Soekarno adalah kawan karib Presiden (Mesir) Gamal Abdel Nasser," ujar Ahmed.
Prof Sanaa dan Prof Abdel Moneim dikonfirmasi mengenai Mangga Soekarno yang sejak lama diperbincangkan di kalangan banyak orang Indonesia bahwa di Mesir terdapat Mangga Soekarno.
"Saya meneliti pengembangan mangga itu sejak dari pendidikan program master (S2), begitu pula risalah (tesis) doktoral saya juga bertalian dengan pembudidayaan mangga. Namun saya tidak menemukan itu mangga Soekarno," papar Prof Sanaa.
Ketika ditanya kemungkinan Presiden Soekarno dalam kunjungannya ke Mesir pada tahun 1960-an pernah menawarkan bantuan bibit mangga dari Indonesia, sehingga kemudian diberi nama mangga Soekarno, Prof Sanaa menepisnya.
"Jangankan mangga Soekarno, bibit-bibit mangganya pun tidak ada catatan berasal dari Indonesia," katanya.
Prof Sanaa menjelaskan, ada ratusan jenis mangga di Mesir yang berasal dari beberapa negara seperti dari India, Pakistan, Brasil, Afrika Selatan, dan Florida, Amerika Serikat.
"Tidak ada catatan bibit mangga berasal dari Indonesia dalam pembudidayaan mangga di Mesir," kata Prof Sanaa.
Dalam buku "Ashnaf wa Ushul Manggo Jadidah" (Varietas dan asal usul mangga baru) terbitan Pusat Pengkajian Perkebunan pada Fakultas Pertanian Universitas Ain Shams (2007) dijelaskan jenis-jenis mangga yang dikembangkan di Mesir dan bibit dari negara asal.
Jenis-jenis mangga tersebut antara lain mangga Ammarpalli dari India, mangga Sabra dari Afrika Selatan, mangga Kensington dari Australia, dan mangga Palmer dari Florida.
Selain itu, ada juga mangga yang cukup terkenal di Mesir, mirip jenis mangga di Indonesia, yaitu Manggo Sukkari (mangga manis), serupa mangga golek.
Apakah ada kemungkinan Manggo Sukkari itu bibitnya dari sumbangan Presiden Seokarno sehingga dinamakan Mangga Seokarno, tapi kemudian berubah nama menjadi Mangga Sukkari untuk penyesuaian lidah orang Mesir?
Prof Sanaa lagi-lagi menepisnya, "Mangga Sukkari itu berasal dari India, yang kini dikembangbiakkan di kawasan Ismailiyah dan Alexandria".
Ada pula mangga Timor, yang oleh Prof Abdel Moneim Taha awalnya diduga berasal dari Indonesia, namun dibantah Prof Sanaa.
"Mangga Timor itu dikembangkan oleh Timor Pasha (salah seorang penguasa Mesir) yang kemudian namanya diadopsi untuk nama mangga tersebut," paparnya.
Menurut buku "Ziraah wa Intaj al Manggo" (penanaman dan produksi mangga), terbitan Pusat Pengkajian Pertanian pada Kementerian Pertanian Mesir, pembudidayaan di Mesir berlangsung sejak tahun 1825 era pemerintahan Mohammad Ali Pasha.
Mohammad Ali Pasha yang memerintah selama 43 tahun dari 1805-1848 itu dikenang sebagai Bapak Pendiri Mesir Modern.
"Pada era Mohammad Ali Pasha pembudidayaan mangga di Mesir mulai digencarkan yang pembibitannya dari negara-negara tropis," katanya.
Mitos
Presiden Megawati Soekarnoputri saat kunjungan ke Mesir pada September 2002, salah satu agendanya adalah mengunjungi kebun mangga, yang konon kabarnya, "pernah ditanam ayahnya, Presiden Soekarno".
Itulah sebabnya, menjelang kedatangan Megawati, Kementerian Luar Negeri Indonesia meminta KBRI Kairo untuk menyiapkan rencana kunjungan ke perkebunan mangga.
"KBRI kelabakan mencari alamat tempat kebun mangga yang ditanam Bung Karno," kata Muhammad Haras Baco, staf Bidang Ekonomi KBRI yang ditugasi mencari alamat kebun mangga tersebut.
Haras didampingi Muhammad Arifin, juga staf Bidang Ekonomi KBRI, mendatangi Kementerian Pertanian Mesir untuk mencari data menyangkut kebun mangga Soekarno.
"Hasilnya nihil. Tidak ada mangga Soekarno dan tidak pula data bibit mangga dari Indonesia tercatat di Kementerian Pertanian Mesir", kata Haras.
Akhirnya, menurut Haras, lewat Ammu Ibrahim, seorang warga Mesir mantan staf KBRI, menunjukkan salah satu kebun mangga di kawasan Alexandria di bagian utara Mesir untuk dikunjungi Presiden Megawati dan rombongan.
Anehnya, Menteri Pertanian Mesir Youssef Wali memperkenalkan kepada Presiden Megawati bahwa kebun mangga tersebut memproduksi mangga Soekarno.
"Saya kira penjelasan Menteri Wali itu hanya sekadar basa-basi politik untuk menghormati Sang Tamu Agung," kata Muhammad Arifin.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo Dr Muhammad Nursamad Kamba yang menjadi penerjemah Presiden Megawati dalam kunjungan itu mengatakan, banyak sekali orang Mesir menghadiahkan buah mangga kepada Ibu Mega.
"Hadiah mangga harum manis asli Indonesia kepada ibu Mega itu dari bibit-bibitnya sampai buah yang sudah matang. Harapannya sih bibitnya bisa ditanam ulang di Indonesia setelah di-Mesir-kan," kata Nursamad, entah dari mana pula sumbernya.
Dalam buku, "Jauh di Mata Dekat di Hati, Potret Hubungan Indonesia-Mesir" (2009), tidak diceritakan secara rinci mengenai mangga Soekarno tersebut.
Di dalam buku itu hanya mengutip surat kabar Mesir Al Ahram pada 13 September 2002 terkait kunjungan Presiden Megawati ke Mesir, yakni agenda melihat mangga yang dahulu pernah ditanam oleh ayahnya, Soekarno, di perkebunan Mesir.
Al Ahram dalam pemberitaannya tentang kunjungan Presiden Megawati tidak menyebutkan nama "mangga Soekarno".
Ikhwal mangga Soekarno dalam buku terbitan KBRI tersebut hanya mengutip koran Indonesia, Kompas 2 April 1977 yang bersumber dari Dubes RI untuk Mesir Fuad Hassan.
"Dulu Presiden Soekarno pernah memberi bibit mangga Simanalagi kepada Mesir dan kemudian manjadi salah satu jenis buah ekspor Mesir," kata Fuad Hasan yang menjabat Dubes di Mesir selama 4 tahun pada 1976-1980.
Penjelasan Fuad Hasan -- yang kemudian menjadi Menteri Pendidikan RI pada 1985-1993 -- ini mengandung keanehan. Bila benar adanya bibit mangga sumbangan Presiden Soekarno, pasti tercatat di KBRI dan Kementerian Pertanian Mesir.
Selain itu, bila benar, penanamannya pun dipastikan berlangsung upacara meriah yang dihadiri KBRI dan pejabat setempat, karena menyangkut sumbangan seorang Kepala Negara.
Lebih aneh lagi, beberapa kalangan warga Indonesia di Mesir mengaku pernah melihat mangga Soekarno.
"Ada dijual di Mahatha Mutsallats, saya pernah beli, kata orang Mesir, ini mangga Soekarno," kata Siron Laawa El-Sute, mahasiswa Indonesia di Mesir.
Namun penelusuran di lapangan termasuk di Souq Abbour, pasar induk distribusi hasil pertanian, tidak menemukan mangga Soekarno. Begitu pula di Mahathah Mutallats, kawasan tempat bermukimnya ribuan mahasiswa Indonesia di Kairo.
Ada kemungkinan banyak WNI bertanya tentang mangga Soekarno, sehingga penjualnya mengaku-ngaku memiliki mangga Soekarno agar jualannya laku.
"Ketika kami beli mangga muda di Qanathir Khairiyeh, Kairo Utara, tahun 1990-an, penjualnya bilang, itu mangga Soekarno. Mungkin dia bilang begitu karena tahu kami dari Indonesia. Entahlah," kata Rubai Munawar, mantan wartawan Radio Mesir Suara Indonesia.
Alhasil... mangga Soekarno di Mesir tidak lebih dari mitos.
(Ant/Sss)
"Di Mesir tidak ada mangga Soekarno," kata peneliti pembudidayaan mangga di Mesir Prof Dr Sanaa Samy Ebeed di Pusat Penelitian Buah Tropis pada Kementerian Pertanian Mesir, Sabtu (12/10/2013).
"Saya tahu Ahmad Soekarno itu Presiden Indonesia, tapi belum pernah saya mendengar adanya mangga Soekarno," tutur wanita peneliti yang juga guru besar pembudidayaan mangga di Universitas Ain Shams dan beberapa universitas setempat.
Pernyataan senada diutarakan Prof Dr Ahmed Abdel Moneim Taha, Kepala Pusat Kajian Bidang Pegembangan Buah-buahan Tropis pada Kementerian Pertanian Mesir.
"Mangga Soekarno? Saya belum pernah dengar adanya mangga bernama Mangga Soekarno. Setahu saya Ahmad Soekarno adalah kawan karib Presiden (Mesir) Gamal Abdel Nasser," ujar Ahmed.
Prof Sanaa dan Prof Abdel Moneim dikonfirmasi mengenai Mangga Soekarno yang sejak lama diperbincangkan di kalangan banyak orang Indonesia bahwa di Mesir terdapat Mangga Soekarno.
"Saya meneliti pengembangan mangga itu sejak dari pendidikan program master (S2), begitu pula risalah (tesis) doktoral saya juga bertalian dengan pembudidayaan mangga. Namun saya tidak menemukan itu mangga Soekarno," papar Prof Sanaa.
Ketika ditanya kemungkinan Presiden Soekarno dalam kunjungannya ke Mesir pada tahun 1960-an pernah menawarkan bantuan bibit mangga dari Indonesia, sehingga kemudian diberi nama mangga Soekarno, Prof Sanaa menepisnya.
"Jangankan mangga Soekarno, bibit-bibit mangganya pun tidak ada catatan berasal dari Indonesia," katanya.
Prof Sanaa menjelaskan, ada ratusan jenis mangga di Mesir yang berasal dari beberapa negara seperti dari India, Pakistan, Brasil, Afrika Selatan, dan Florida, Amerika Serikat.
"Tidak ada catatan bibit mangga berasal dari Indonesia dalam pembudidayaan mangga di Mesir," kata Prof Sanaa.
Dalam buku "Ashnaf wa Ushul Manggo Jadidah" (Varietas dan asal usul mangga baru) terbitan Pusat Pengkajian Perkebunan pada Fakultas Pertanian Universitas Ain Shams (2007) dijelaskan jenis-jenis mangga yang dikembangkan di Mesir dan bibit dari negara asal.
Jenis-jenis mangga tersebut antara lain mangga Ammarpalli dari India, mangga Sabra dari Afrika Selatan, mangga Kensington dari Australia, dan mangga Palmer dari Florida.
Selain itu, ada juga mangga yang cukup terkenal di Mesir, mirip jenis mangga di Indonesia, yaitu Manggo Sukkari (mangga manis), serupa mangga golek.
Apakah ada kemungkinan Manggo Sukkari itu bibitnya dari sumbangan Presiden Seokarno sehingga dinamakan Mangga Seokarno, tapi kemudian berubah nama menjadi Mangga Sukkari untuk penyesuaian lidah orang Mesir?
Prof Sanaa lagi-lagi menepisnya, "Mangga Sukkari itu berasal dari India, yang kini dikembangbiakkan di kawasan Ismailiyah dan Alexandria".
Ada pula mangga Timor, yang oleh Prof Abdel Moneim Taha awalnya diduga berasal dari Indonesia, namun dibantah Prof Sanaa.
"Mangga Timor itu dikembangkan oleh Timor Pasha (salah seorang penguasa Mesir) yang kemudian namanya diadopsi untuk nama mangga tersebut," paparnya.
Menurut buku "Ziraah wa Intaj al Manggo" (penanaman dan produksi mangga), terbitan Pusat Pengkajian Pertanian pada Kementerian Pertanian Mesir, pembudidayaan di Mesir berlangsung sejak tahun 1825 era pemerintahan Mohammad Ali Pasha.
Mohammad Ali Pasha yang memerintah selama 43 tahun dari 1805-1848 itu dikenang sebagai Bapak Pendiri Mesir Modern.
"Pada era Mohammad Ali Pasha pembudidayaan mangga di Mesir mulai digencarkan yang pembibitannya dari negara-negara tropis," katanya.
Mitos
Presiden Megawati Soekarnoputri saat kunjungan ke Mesir pada September 2002, salah satu agendanya adalah mengunjungi kebun mangga, yang konon kabarnya, "pernah ditanam ayahnya, Presiden Soekarno".
Itulah sebabnya, menjelang kedatangan Megawati, Kementerian Luar Negeri Indonesia meminta KBRI Kairo untuk menyiapkan rencana kunjungan ke perkebunan mangga.
"KBRI kelabakan mencari alamat tempat kebun mangga yang ditanam Bung Karno," kata Muhammad Haras Baco, staf Bidang Ekonomi KBRI yang ditugasi mencari alamat kebun mangga tersebut.
Haras didampingi Muhammad Arifin, juga staf Bidang Ekonomi KBRI, mendatangi Kementerian Pertanian Mesir untuk mencari data menyangkut kebun mangga Soekarno.
"Hasilnya nihil. Tidak ada mangga Soekarno dan tidak pula data bibit mangga dari Indonesia tercatat di Kementerian Pertanian Mesir", kata Haras.
Akhirnya, menurut Haras, lewat Ammu Ibrahim, seorang warga Mesir mantan staf KBRI, menunjukkan salah satu kebun mangga di kawasan Alexandria di bagian utara Mesir untuk dikunjungi Presiden Megawati dan rombongan.
Anehnya, Menteri Pertanian Mesir Youssef Wali memperkenalkan kepada Presiden Megawati bahwa kebun mangga tersebut memproduksi mangga Soekarno.
"Saya kira penjelasan Menteri Wali itu hanya sekadar basa-basi politik untuk menghormati Sang Tamu Agung," kata Muhammad Arifin.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo Dr Muhammad Nursamad Kamba yang menjadi penerjemah Presiden Megawati dalam kunjungan itu mengatakan, banyak sekali orang Mesir menghadiahkan buah mangga kepada Ibu Mega.
"Hadiah mangga harum manis asli Indonesia kepada ibu Mega itu dari bibit-bibitnya sampai buah yang sudah matang. Harapannya sih bibitnya bisa ditanam ulang di Indonesia setelah di-Mesir-kan," kata Nursamad, entah dari mana pula sumbernya.
Dalam buku, "Jauh di Mata Dekat di Hati, Potret Hubungan Indonesia-Mesir" (2009), tidak diceritakan secara rinci mengenai mangga Soekarno tersebut.
Di dalam buku itu hanya mengutip surat kabar Mesir Al Ahram pada 13 September 2002 terkait kunjungan Presiden Megawati ke Mesir, yakni agenda melihat mangga yang dahulu pernah ditanam oleh ayahnya, Soekarno, di perkebunan Mesir.
Al Ahram dalam pemberitaannya tentang kunjungan Presiden Megawati tidak menyebutkan nama "mangga Soekarno".
Ikhwal mangga Soekarno dalam buku terbitan KBRI tersebut hanya mengutip koran Indonesia, Kompas 2 April 1977 yang bersumber dari Dubes RI untuk Mesir Fuad Hassan.
"Dulu Presiden Soekarno pernah memberi bibit mangga Simanalagi kepada Mesir dan kemudian manjadi salah satu jenis buah ekspor Mesir," kata Fuad Hasan yang menjabat Dubes di Mesir selama 4 tahun pada 1976-1980.
Penjelasan Fuad Hasan -- yang kemudian menjadi Menteri Pendidikan RI pada 1985-1993 -- ini mengandung keanehan. Bila benar adanya bibit mangga sumbangan Presiden Soekarno, pasti tercatat di KBRI dan Kementerian Pertanian Mesir.
Selain itu, bila benar, penanamannya pun dipastikan berlangsung upacara meriah yang dihadiri KBRI dan pejabat setempat, karena menyangkut sumbangan seorang Kepala Negara.
Lebih aneh lagi, beberapa kalangan warga Indonesia di Mesir mengaku pernah melihat mangga Soekarno.
"Ada dijual di Mahatha Mutsallats, saya pernah beli, kata orang Mesir, ini mangga Soekarno," kata Siron Laawa El-Sute, mahasiswa Indonesia di Mesir.
Namun penelusuran di lapangan termasuk di Souq Abbour, pasar induk distribusi hasil pertanian, tidak menemukan mangga Soekarno. Begitu pula di Mahathah Mutallats, kawasan tempat bermukimnya ribuan mahasiswa Indonesia di Kairo.
Ada kemungkinan banyak WNI bertanya tentang mangga Soekarno, sehingga penjualnya mengaku-ngaku memiliki mangga Soekarno agar jualannya laku.
"Ketika kami beli mangga muda di Qanathir Khairiyeh, Kairo Utara, tahun 1990-an, penjualnya bilang, itu mangga Soekarno. Mungkin dia bilang begitu karena tahu kami dari Indonesia. Entahlah," kata Rubai Munawar, mantan wartawan Radio Mesir Suara Indonesia.
Alhasil... mangga Soekarno di Mesir tidak lebih dari mitos.
(Ant/Sss)