`Dark Countess` yang Misterius Sejatinya Anak Marie Antoinette?

Sosok rahasia Dark Countess diduga satu-satunya anak Louis XVI dan Marie Antoinette yang selamat dalam Revolusi Prancis. Benarkah?

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 17 Okt 2013, 01:30 WIB
Ada sebuah misteri berusia 200 tahun yang mungkin akan segera dipecahkan oleh para ilmuwan dan arkeolog. Tentang kaitan sosok misterius  'Dark Countess' dari sebuah kastil di Jerman dengan keluarga kerajaan Prancis yang berakhir tragis.

Alkisah, pada tahun 1807 lalu, kereta kuda tertutup tiba di kota Hildburghausen di Jerman Tengah. Seorang pria keluar dari sana. Ia diketahui bernama Leonardus Cornelius van der Valck, sekretaris di Kedubes Belanda di Paris yang bertugas Juli 1798 sampai April 1799.

Bersamanya ada seorang gadis, wajahnya tak terlihat, namun senyum misterius mengintip dari celah cadar. Identitasnya sengaja dirahasiakan. Seorang perempuan muda yang kemudian menyandera imaji para sejarawan.

Dikenal dengan julukan 'Dark Countess', banyak orang menduga, ia tak lain tak bukan adalah Marie Therese Charlotte de Bourbon, putri sulung pasangan Raja Prancis Louis XVI dan Marie Antoinette -- yang dieksekusi dengan pisau guillotine selama Revolusi Prancis.

Sang Countess jarang tampil di depan publik, selalu memakai cadar. Ia hidup di bawah perlindungan Duke dan Duchess of Saxony di kastil Eishausen di Hildburghausen.

Dan kini, tim arkeolog yang didukung Central German Radio sedang berusaha memecahkan teka teki tersebut.

Mereka akan mengekskavasi makamnya, untuk mengumpulkan sampel DNA, yang bisa membuktikan apakah benar Dark Countess adalah putri raja Prancis yang bernasib nahas.

Para ahli juga akan mencocokkan DNA dengan jasad yang ada di makam Marie Therese yang resmi di sebuah gereja di Biara Fransiskan Kostanjevica dekat Nova Gorica, Slovenia.

Putri yang Tragis

Foto dok. Liputan6.com


Setelah kepala kedua orangtuanya dipenggal, Marie Therese atau yang juga dikenal dengan Madame Royale dipenjara di 'Temple', sebuah bekas benteng yang terkenal di masa Pemerintahan Teror (Reign of Terror) -- periode kekerasan di masa revolusi Prancis yang diwarnai pertarungan faksi politik.

Setelah dijejali dogma sejarah selama 2 tahun, ia dibebaskan -- dipertukarkan dengan politisi Nicolas Marie Quinette. Ia lalu dibawa ke Wina, ibukota kerajaan yang dipimpin sepupunya, Holy Roman Emperor Francis II, sekaligus kampung halaman ibunya, Marie Antoinette.

Di sana, ia menikahi sepupunya yang lain, Louis Antoine, Duke of Angouleme, putra tertua Charles X.

Secara teknis, ia menjadi Ratu Prancis selama 20 menit, pada 1830, sebelum suaminya akhirnya dipaksa turun tahta. Pasangan tersebut lalu hidup dalam pengasingan di Edinburgh, Praha, dan Wina.

Beredar spekulasi bahwa ia menolak bersosialisasi akibat trauma selama ditahan di Temple -- di mana rumor menyebut ia menjadi sasaran kekerasan para penjaga bahkan dikatakan hamil akibat pemerkosaan.

Rumor menyebut, saking traumanya dengan revolusi, ia secara sembunyi-sembunyi bertukar identitas dengan Ernestine Lambriquet -- yang konon adalah saudari tirinya, dan hidup menyepi di Hildburghausen.

Saat tinggal di Jerman, Marie Therese dikabarkan mendapat identitas baru sebagai Sophie Botta, perempuan lajang dari Westphalia.

Ketika meninggal pada November 1837, ia cepat-cepat dimakamkan, bahkan diduga tanpa upacara pemakaman yang layak bagi statusnya. Ini yang makin membuat spekulasi soal siapa identitasnya sebenarnya.

Seorang dokter pernah bersaksi, Sophie Botta berusia 60-an tahun saat meninggal dunia -- cocok dengan usia Marie Therese.

"Secara pribadi saya yakin, Madame Royale, putri Raja Prancis dimakamkan di sini," kata Walikota Hildburghausen, Harz Steffen seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, 16 Oktober 2013.

Pak walikota mengizinkan makam itu dibuka. Namun, sejumlah warga tak setuju, mereka ingin mempertahankan kemisteriusan makam itu -- yang seakan-akan muncul dari novel karya Dan Brown.

Central German Radio menanggapi kekhawatiran warga dengan mengatakan, proyek yang mereka lakukan akan menghormati aturan juga mempertimbangkan perasaan penduduk lokal.

"Makam Dark Countess dan jasadnya akan diperlakukan dengan hormat dan bermartabat," kata mereka.

Sebagai satu-satunya anak Louis XVI dan Marie Antoinette yang selamat dalam Revolusi Perancis,  Marie Therese Charlotte de Bourbon, menduduki tempat yang luar biasa dalam sejarah. Anehnya, tak banyak yang menulis tentang dia.

Marie Therese bahkan sering digambarkan sebagai putri yang luar biasa angkuh, pencemberut, dan pemarah dalam sejumlah biografi tentang ibunya. Ia juga dituduh mewarisi semua sifat buruk Marie Antoinette, tapi tidak kharismanya.

Namun, mungkin semua itu hanya spekulasi. Bisa jadi tak ada yang benar-benar mengetahui karakter sesungguhnya putri yang lahir dalam kemegahan Istana Versailles pada 19 Desember 1778, ditahan kaum revolusioner selama 2 tahun di usia 15 tahun, hidup menanggung trauma berat, dan lalu memilih hidup terasing dari dunia. (Ein)


Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya