Pesawat maskapai penerbangan Lao Airlines jatuh ke Sungai Mekong di Laos selatan, Rabu 16 Oktober waktu setempat. Menurut pernyataan dari pemerintah Laos, seluruh awak dan penumpang yang berada di pesawat, 49 orang tak selamat alias meninggal dunia.
Dalam pernyataan itu tidak menyebutkan kebangsaan penumpang, namun juru bicara kementerian luar negeri Thailand, Sek Wannamethee mengatakan, perusahaan penerbangan itu membawa penumpang dari 10 kebangasaan. Yakni dari Laos, Vietnam, Australia, Kanada, China, Prancis, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, dan Amerika Serikat.
"Penerbangan QV301 terbang dari ibukota Laos, Vientiane, ke kota di selatan, Pakse membawa 44 penumpang dan 5 awak," lanjut pernyataan pemerintah Laos.
Sementara dilansir dari ABC News dari data penumpang pesawat, disebutkan terdapat 11 kebangsaan. Yakni 17 asal Laos, 7 dari Prancis, 5 dari Australia, 5 dari Thailand, 3 dari Korea, 2 dari Vietnam. Lalu masing-masing 1 orang dari Kanada, China, Malaysia, Taiwan, dan Amerika Serikat.
Masih dari keterangan pernyataan pemerintah Laos, pesawat yang membawa rombongan turis itu terbang dalam kondisi cuaca buruk yang ekstrem menuju Pakse --tujuan populer dengan wisatawan yang mengunjungi perkebunan kopi dari dataran tinggi Bolaven dan mantan kerajaan kerajaan Champasak.
Seorang wakil untuk maskapai yang menjawab telepon di Vientiane mengatakan, pesawat itu adalah ATR sebuah pesawat turbo buatan Prancis yang umum digunakan di wilayah tersebut untuk melayani bandara kecil.
"Ada cuaca buruk selama penerbangan," ujar wanita yang menolak untuk memberikan namanya. Dia mengatakan maskapai akan memberikan informasi lebih lanjut Kamis sore.
Sejauh ini, pernyataan tentang insiden kecelakaan itu telah diposting pada halaman Facebook Lao Airlines. Dan penyelidikan juga telah dilakukan oleh pihak berwenang.
Vachirapong Boonkrajang, kepala sebuah organisasi penyelamatan sukarela Thailand di Ubon Ratchathani --sebuah provinsi di Thailand di sepanjang perbatasan Laos-- mengatakan kepada saluran televisi Thailand bahwa ia akan mengirim tim penyelam untuk menemukan jenazah awak dan penumpang pada hari Kamis ini.
"Saya pikir Laos tak memiliki fasilitas untuk melakukan jenis operasi (penyelamatan) ini," kata Vachirapong. (Tnt/Sss)
Dalam pernyataan itu tidak menyebutkan kebangsaan penumpang, namun juru bicara kementerian luar negeri Thailand, Sek Wannamethee mengatakan, perusahaan penerbangan itu membawa penumpang dari 10 kebangasaan. Yakni dari Laos, Vietnam, Australia, Kanada, China, Prancis, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, dan Amerika Serikat.
"Penerbangan QV301 terbang dari ibukota Laos, Vientiane, ke kota di selatan, Pakse membawa 44 penumpang dan 5 awak," lanjut pernyataan pemerintah Laos.
Sementara dilansir dari ABC News dari data penumpang pesawat, disebutkan terdapat 11 kebangsaan. Yakni 17 asal Laos, 7 dari Prancis, 5 dari Australia, 5 dari Thailand, 3 dari Korea, 2 dari Vietnam. Lalu masing-masing 1 orang dari Kanada, China, Malaysia, Taiwan, dan Amerika Serikat.
Masih dari keterangan pernyataan pemerintah Laos, pesawat yang membawa rombongan turis itu terbang dalam kondisi cuaca buruk yang ekstrem menuju Pakse --tujuan populer dengan wisatawan yang mengunjungi perkebunan kopi dari dataran tinggi Bolaven dan mantan kerajaan kerajaan Champasak.
Seorang wakil untuk maskapai yang menjawab telepon di Vientiane mengatakan, pesawat itu adalah ATR sebuah pesawat turbo buatan Prancis yang umum digunakan di wilayah tersebut untuk melayani bandara kecil.
"Ada cuaca buruk selama penerbangan," ujar wanita yang menolak untuk memberikan namanya. Dia mengatakan maskapai akan memberikan informasi lebih lanjut Kamis sore.
Sejauh ini, pernyataan tentang insiden kecelakaan itu telah diposting pada halaman Facebook Lao Airlines. Dan penyelidikan juga telah dilakukan oleh pihak berwenang.
Vachirapong Boonkrajang, kepala sebuah organisasi penyelamatan sukarela Thailand di Ubon Ratchathani --sebuah provinsi di Thailand di sepanjang perbatasan Laos-- mengatakan kepada saluran televisi Thailand bahwa ia akan mengirim tim penyelam untuk menemukan jenazah awak dan penumpang pada hari Kamis ini.
"Saya pikir Laos tak memiliki fasilitas untuk melakukan jenis operasi (penyelamatan) ini," kata Vachirapong. (Tnt/Sss)