Menurut androlog Prof DR. Dr. Wimpie Pangkahila beberapa waktu lalu yang ditulis Kamis (17/10/2013), dalam perkawinan, hubungan seksual menjadi aktivitas yang secara teratur dilakukan. Maka setiap pasangan suami istri seyogyanya telah memahami perilaku seksual yang diinginkan pasangannya, agar hubungan berlangsung harmonis.
Di dalamnya termasuk waktu yang diinginkan untuk berhubungan seksual, frekuensi hubungan, rangsangan pendahuluan yang diinginkan masing-masing, hingga posisi hubungan seksual. Dengan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas hubungan seksual, maka pasangan suami istri harus dapat melakukan penyesuaian dengan terbatasnya atau kacaunya waktu untuk bersama-sama akibat kesibukan kerja.
Kesibukan kerja yang menjauhkan pasangan suami istri dapat mempengaruhi frekuensi hubungan seksual, membatasi dan mengubah waktu yang dikehendaki untuk melakukan hubungan seksual. Padahal, banyak pasangan memerlukan waktu cukup lama untuk melakukan rangsangan pendahuluan, sampai mencapai orgasme. Kalau waktu yang tersedia terbatas, hubungan seksual mungkin berlangsung tidak harmonis, menyebabkan hubungan seksual berlangsung tergesa-gesa, dan bisa mengurangi kepuasan seksual yang ingin dinikmati.
Di samping menimbulkan hambatan seperti itu, kesibukan kerja yang berlebihan mengakibatkan kelelahan, fisik maupun psikis. Keduanya saling berhubungan dan dapat menghambat fungsi seksual. Maka jangan heran kalau orang yang terlampau sibuk bekerja bisa pula mengalami gangguan fungsi seksual.
Beberapa gangguan fungsi seksual yang mungkin terjadi akibat kelelahan fisik dan psikis pada pria berupa disfungsi ereksi, ejakulasi dini, dan hilangnya dorongan seksual. Pada perempuan, kelelahan fisik dan psikis dapat mengakibatkan hilangnya dorongan seksual, dispareunia (rasa sakit saat hubungan seksual), dan hambatan orgasme.
(Abd)
Di dalamnya termasuk waktu yang diinginkan untuk berhubungan seksual, frekuensi hubungan, rangsangan pendahuluan yang diinginkan masing-masing, hingga posisi hubungan seksual. Dengan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas hubungan seksual, maka pasangan suami istri harus dapat melakukan penyesuaian dengan terbatasnya atau kacaunya waktu untuk bersama-sama akibat kesibukan kerja.
Kesibukan kerja yang menjauhkan pasangan suami istri dapat mempengaruhi frekuensi hubungan seksual, membatasi dan mengubah waktu yang dikehendaki untuk melakukan hubungan seksual. Padahal, banyak pasangan memerlukan waktu cukup lama untuk melakukan rangsangan pendahuluan, sampai mencapai orgasme. Kalau waktu yang tersedia terbatas, hubungan seksual mungkin berlangsung tidak harmonis, menyebabkan hubungan seksual berlangsung tergesa-gesa, dan bisa mengurangi kepuasan seksual yang ingin dinikmati.
Di samping menimbulkan hambatan seperti itu, kesibukan kerja yang berlebihan mengakibatkan kelelahan, fisik maupun psikis. Keduanya saling berhubungan dan dapat menghambat fungsi seksual. Maka jangan heran kalau orang yang terlampau sibuk bekerja bisa pula mengalami gangguan fungsi seksual.
Beberapa gangguan fungsi seksual yang mungkin terjadi akibat kelelahan fisik dan psikis pada pria berupa disfungsi ereksi, ejakulasi dini, dan hilangnya dorongan seksual. Pada perempuan, kelelahan fisik dan psikis dapat mengakibatkan hilangnya dorongan seksual, dispareunia (rasa sakit saat hubungan seksual), dan hambatan orgasme.
(Abd)