Walk Free Foundation (WFF) merilis sebuah laporan berjudul Global Slavery Index yang mengurutkan peringkat 162 negara di mana perbudakan pada pekerja masih terjadi.
Dari hasil penelitian organisasi global pembasmi perbudakan tersebut, Indonesia menempati urutan ke-114 sebagai negara yang masih memperbudak para pekerjanya. Sementara negara tetangga, Malaysia terbukti lebih baik dalam memperlakukan para pekerjanya dengan berada di posisi ke-121 di dunia.
Perbudakan modern merupakan aktivitas penjualan manusia serta penyiksaan terhadap buruh, eksploitasi pekerja di bawah umur, penjualan anak dan manusia serta aktivitas melipatgandakan utang seperti dikutip dari laporan Global Slavery Index tersebut, Jumat (18/10/2013).
Dari total prediksi WFF sebanyak 29,8 juta budak di dunia, sebanyak 72,14% berasal dari kawasan Asia. India menyumbang jumlah terbesar sebanyak 13,95 juta budak.
Di kawasan tersebut, Indonesia tetap menempati posisi yang lebih tinggi dari Malaysia. Artinya, praktik perbudakan pekerja masih lebih banyak terjadi. Khusus di kawasan Asia, Indonesia menempati urutan ke-15 sementara Malaysia berada tiga peringkat di bawahnya dan bertengger di posisi ke-18.
Meski demikian, kondisi perbudakan masih lebih parah terjadi di Thailand, Myanmar dan Vietnam. Ketiga negara tersebut berada di posisi 10 besar Asia sebagai negara yang lazim melakukan praktik perbudakan. Dengan jumlah populasi 66,7 juta jiwa, sebanyak 472.811 warga Thailand merupakan budak pekerja.
Sementara itu, Filipina merupakan negara dengan pemerintahan yang paling gencar memerangi praktik perbudakan pada pekerja dan anak-anak. Pemerintahnya terus berinovasi termasuk melakukan Konvensi Pekerjaan Domestik. Beberapa negara seperti Myanmar juga membentuk undang-undang untuk mengatasi penerapan sistem kerja paksa di negaranya.
Negara lain seperti Papua Nugini, Jepang dan China bahkan menerapkan kebijakan anti perbudakan untuk menghindari praktik serupa.
Kebanyakan pekerja yang dijadikan budak diiming-imingi pendidikan dan pekerjaan baik. Hingga saat ini, secara keseluruhan, Mauritania merupakan negara dengan praktik perbudakan paling parah di dunia. (Sis/Ndw)
Dari hasil penelitian organisasi global pembasmi perbudakan tersebut, Indonesia menempati urutan ke-114 sebagai negara yang masih memperbudak para pekerjanya. Sementara negara tetangga, Malaysia terbukti lebih baik dalam memperlakukan para pekerjanya dengan berada di posisi ke-121 di dunia.
Perbudakan modern merupakan aktivitas penjualan manusia serta penyiksaan terhadap buruh, eksploitasi pekerja di bawah umur, penjualan anak dan manusia serta aktivitas melipatgandakan utang seperti dikutip dari laporan Global Slavery Index tersebut, Jumat (18/10/2013).
Dari total prediksi WFF sebanyak 29,8 juta budak di dunia, sebanyak 72,14% berasal dari kawasan Asia. India menyumbang jumlah terbesar sebanyak 13,95 juta budak.
Di kawasan tersebut, Indonesia tetap menempati posisi yang lebih tinggi dari Malaysia. Artinya, praktik perbudakan pekerja masih lebih banyak terjadi. Khusus di kawasan Asia, Indonesia menempati urutan ke-15 sementara Malaysia berada tiga peringkat di bawahnya dan bertengger di posisi ke-18.
Meski demikian, kondisi perbudakan masih lebih parah terjadi di Thailand, Myanmar dan Vietnam. Ketiga negara tersebut berada di posisi 10 besar Asia sebagai negara yang lazim melakukan praktik perbudakan. Dengan jumlah populasi 66,7 juta jiwa, sebanyak 472.811 warga Thailand merupakan budak pekerja.
Sementara itu, Filipina merupakan negara dengan pemerintahan yang paling gencar memerangi praktik perbudakan pada pekerja dan anak-anak. Pemerintahnya terus berinovasi termasuk melakukan Konvensi Pekerjaan Domestik. Beberapa negara seperti Myanmar juga membentuk undang-undang untuk mengatasi penerapan sistem kerja paksa di negaranya.
Negara lain seperti Papua Nugini, Jepang dan China bahkan menerapkan kebijakan anti perbudakan untuk menghindari praktik serupa.
Kebanyakan pekerja yang dijadikan budak diiming-imingi pendidikan dan pekerjaan baik. Hingga saat ini, secara keseluruhan, Mauritania merupakan negara dengan praktik perbudakan paling parah di dunia. (Sis/Ndw)