Ayo Dukung Pangan Lokal!

Kesadaran akan pentingnya pemenuhan hak atas pangan perlu terus dipromosikan meski semua orang sudah tahu kebutuhan dasarnya

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 18 Okt 2013, 11:15 WIB
Kendati semua orang tahu bahwa pangan adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia, namun kesadaran akan pentingnya pemenuhan hak atas pangan perlu terus dipromosikan.

Untuk itu Hari Pangan Sedunia (HPS) yang jatuh pada 16 Oktober 2013 merupakan momen strategis bagi Oxfam di Indonesia untuk semakin memperkuat isu  hak atas pangan dalam rangka mendorong kesadaran publik perihal pentingnya membangun sistem pangan yang adil dan sehat.

Fokus tahun ini adalah pemajuan pangan lokal dan perlindungan penghasil pangan skala kecil sebagai langkah menuju keberlanjutan sistem pangan untuk kedaulatan pangan.

Mengapa pangan lokal? Media Advocacy Officer Oxfam Indonesia Irwan Firdaus dalam rilis yang dikirimkan ke redaksi Liputan6.com, ditulis Jumat (18/10/2013) menyebutkan, beberapa wilayah yang terkategori mengalami tantangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan sejatinya mempunyai potensi pangan lokal yang melimpah. Hanya saja, potensi tersebut acapkali diabaikan dan ada kecenderungan untuk berpaling pada bahan pangan impor.

Sebut saja Nusa Tenggara Timur (NTT). Wilayah yang dikenal gersang dan sulit air ini sesungguhnya mempunyai potensi pangan yang melimpah. Berdasarkan temuan dari Perkumpulan Pikul dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), NTT kaya dengan potensi jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Setiap tahun, produksi beras NTT selalu lebih rendah dari produksi umbi-umbian. Sebagai perbandingan, di tahun 2010, misalnya, produksi padi sebesar 555.493 ton, sementara ubi kayu mencapai 1.032.538 ton.

Selain itu, NTT juga mempunyai potensi sumber karbohidrat lain seperti sorgum yang cocok ditanam di wilayah kering. Hanya saja, serelia ini potensinya kian hari, kian terlupakan. Data produksi sorgum di tahun 2006 hingga 2008 menunjukkan penurunan yang cukup tajam. Tahun 2006 produksi sorgum tercatat 6.002 ton. Tahun 2007 sebesar 4.663 ton, dan tahun 2008 hanya sebesar 3.236 ton (PIKUL, 2013)

Hal lain yang juga menjadi alasan pentingnya pemajuan pangan lokal adalah untuk mendorong diversifikasi pangan. Pasalnya, ketika suatu wilayah tergantung pada satu jenis bahan pangan, maka kemungkinan mengalami krisis pangannya akan semakin besar. Katakanlah beras. Sejauh ini, beras telah berhasil menjadi “budaya pangan” tersendiri hampir di seluruh kawasan nusantara.

Di Karawang misalnya, yang dulu dikenal sebagai daerah lumbung beras, kini mengalami kekurangan yang salah satunya karena lahan sawah padi yang semakin terbatas. Data Dinas Pertanian Kabupaten Karawang mengungkapkan, laju alih fungsi lahan di Karawang dalam kurun waktu 1989-2007 mencapai 135,6 hektare per tahun.

Artinya, dalam kurun waktu tersebut, lahan sawah di Karawang berkurang sebanyak 2.578 hektare. Di tahun 2011, laju konversi lahan ini menjadi semakin besar, yaitu mencapai 180 hektare per tahun. Saat ini, luasan lahan baku pertanian menyusut ke angka kurang dari 92 ribu hektare. Karawang pun kini tengah memasuki memasuki senjakala usaha pertanian (KRKP, 2013)

Untuk itu, pada tanggal 17 Oktober 2013 dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia, Oxfam di Indonesia menyelenggarakan acara makan siang bersama dengan bahan pangan lokal dan dilanjutkan dengan menonton film serta diskusi tentang pangan. Oxfam mengajak semua pihak untuk terus menyuarakan dukungan bagi pangan lokal dan penghasil  pangan skala kecil.

Oxfam mempunyai perhatian besar terhadap realisasi hak atas pangan, salah satunya melalui sebuah kampanye global keadilan pangan yang bernama Kampanye GROW. Bersama sejumlah organisasi masyarakat sipil, Oxfam berupaya memastikan para penghasil pangan skala kecil, baik perempuan maupun laki-laki, mampu memperoleh haknya dalam hal akses dan kontrol terhadap sumber daya, khususnya tanah, untuk memproduksi pangan. GROW juga mendorong rantai pangan yang adil antara petani, nelayan dan konsumen, serta mendorong perilaku bisnis dan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.

Dalam konteks Indonesia, beberapa hal yang telah dilakukan GROW dalam mengkampanyekan sistem pangan yang sehat dan adil adalah melalui pelibatan kaum muda dan konsumen perkotaan, media dan juga para pembuat kebijakan.

(Abd)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya