PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) berencana mengembangkan pelabuhan kapal pesiar di Pelabuhan Tanjung Benoa Bali. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan daya tarik pariwisata terutama di Bali.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III, Djarwo Surjanto mengatakan, pelabuhan tersebut mengincar kapal pesiar besar yang berasal dari Singapura dan Australia.
"Sebenarnya bagian pengembangan Pelabuhan Benoa, untuk kapal-kapal cruise. Kapal-kapal cruise itu visit. Kami dari Menteri Pariwista inginkan turn arround di Bali," kata Djarwo di Kantor Kementerian Badan Usaha Milki Negara (BUMN) Jakarta, Jumat (18/10/2013).
Tak hanya itu, Djarwo berharap keberadaan kapal pesiar besar tersebut juga bisa ikut menjadi pembuka jalan bagi tempat pariwisata di luar Pulau Bali, seperti Lombok, sehingga layanan tersebut terintegrasi dengan tempat wisata lain.
"Ada wisatawan ke Indonesia, ini kita usahakan agar polanya seperti itu. Kalau cruise itu kan naiknya dari Singapura, rutenya pendek dari dua hari itu, dari Pattaya, turun ke darat, jalan-jalan. Menginap di kapal. Kita ingin naik di Bali, jalan-jalan kemana mereka turun dan mendatangi tempat-tempat tertentu," ungkapnya.
Menurut Djarwo saat ini sudah ada sistem pariwisata seperti itu, namun menggunakan kapal pesiar ukuran kecil. Nantinya jika program pariwisata tersebut berjalan diperkirakan akan mendatangkan keuntungan bagi negara.
"Kalau sudah demikian akan meningkat, dampak ikutannya akan cukup besar, akan lebih banyak tinggal di darat. Ada kapal tapi kecil, muatannya ngga banyak," papar dia.
Namun, diakui untuk membangun pelabuhan tersebut tidaklah mudah. Pasalnya sampai saat ini masih terganjal perizinan dari Pemerintah Daerah setempat, sehingga pembangunan tak kunjung terlaksana.
"Izinnya susah, yang kita lakukan itu di pelabuhan yang ada sekarang kita benahi untuk bisa fungsi. Dermaga kita perluas, izin tata ruang paling susah melibatkan pemda. Tata ruang yg ada belum nyampe itu," pungkasnya. (Pew/Nur)
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III, Djarwo Surjanto mengatakan, pelabuhan tersebut mengincar kapal pesiar besar yang berasal dari Singapura dan Australia.
"Sebenarnya bagian pengembangan Pelabuhan Benoa, untuk kapal-kapal cruise. Kapal-kapal cruise itu visit. Kami dari Menteri Pariwista inginkan turn arround di Bali," kata Djarwo di Kantor Kementerian Badan Usaha Milki Negara (BUMN) Jakarta, Jumat (18/10/2013).
Tak hanya itu, Djarwo berharap keberadaan kapal pesiar besar tersebut juga bisa ikut menjadi pembuka jalan bagi tempat pariwisata di luar Pulau Bali, seperti Lombok, sehingga layanan tersebut terintegrasi dengan tempat wisata lain.
"Ada wisatawan ke Indonesia, ini kita usahakan agar polanya seperti itu. Kalau cruise itu kan naiknya dari Singapura, rutenya pendek dari dua hari itu, dari Pattaya, turun ke darat, jalan-jalan. Menginap di kapal. Kita ingin naik di Bali, jalan-jalan kemana mereka turun dan mendatangi tempat-tempat tertentu," ungkapnya.
Menurut Djarwo saat ini sudah ada sistem pariwisata seperti itu, namun menggunakan kapal pesiar ukuran kecil. Nantinya jika program pariwisata tersebut berjalan diperkirakan akan mendatangkan keuntungan bagi negara.
"Kalau sudah demikian akan meningkat, dampak ikutannya akan cukup besar, akan lebih banyak tinggal di darat. Ada kapal tapi kecil, muatannya ngga banyak," papar dia.
Namun, diakui untuk membangun pelabuhan tersebut tidaklah mudah. Pasalnya sampai saat ini masih terganjal perizinan dari Pemerintah Daerah setempat, sehingga pembangunan tak kunjung terlaksana.
"Izinnya susah, yang kita lakukan itu di pelabuhan yang ada sekarang kita benahi untuk bisa fungsi. Dermaga kita perluas, izin tata ruang paling susah melibatkan pemda. Tata ruang yg ada belum nyampe itu," pungkasnya. (Pew/Nur)