Masih saja ditemukan pedagang nakal yang menggunakan bahan kimia berbahaya seperti pewarna tekstil, boraks dan formalin. Sebagai konsumen kita tentu heran dan ingin tahu kenapa mereka masih melakukan itu? Apa karena harga pewarna makanan tidak terjangkau para produsen?
Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya BPOM, Drs. Mustofa, Apt, Mkes mengatakan bahwa kecenderungan ini masih terjadi karena faktor perilaku kebiasaan.
Advertisement
"Bukan karena pewarna makanan mahal tetapi sepertinya produsen sudah biasa karena daya tarik warnanya yangg mencolok, dan konsumen masih saja tertarik dengan pangan yang mencolok," ujar Mustofa ditulis Sabtu (19/10/2013).
Mustofa menambahkan, penggunaan pewarna tekstil masih menjadi masalah yang sering ditemui. Menurutnya, pengetahuan produsen dan konsumen sangat perlu ditingkatkan, Mustofa berharap, adanya pasar percontohan aman dari bahan berbahaya bisa menekan masalah pewarna tekstil.
" Semoga pembinaan dan pengawasan terkait bahan berbahaya yang ada pada program pasar aman mampu mengubah kebiasaan mereka dan menekan peredaran pangan pewarna tekstil," jelasnya.
Hasil observasi yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia juga menemukan penggunaan boraks sebagai tambahan untuk pengenyal lontong dan ketupat.
Selain itu ditemukan juga pada sayuran daun singkong rebus yang dicampurkan boraks agar warnanya tetap hijau dan tidak lagi.
"Sekali lagi diharapkan perilaku ini sudah tidak lagi terjadi karena merugikan semua pihak karena menimbulkan masalah gangguan kesehatan," tegas Mustofa.
(Mia/Abd)