Nama Muhammad Rahmad langsung jadi buah bibir. Ia yang pertama kali memberitahu eks Ketua Umum Partai Demokrat Subur Budhisantoso dijemput aparat Badan Intelijen Negara (BIN).
Seharusnya, Sabtu kemarin, Subur menjadi salah seorang pembicara diskusi 'Dinasti Versus Meritokrasi Politik' itu yang digelar di kediaman Anas Urbaningrum, di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat 18 Oktober 2013.
Siapa sebenarnya Rahmad? Penelusuran Liputan6.com, Rahmad tengah mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sumatra Barat. "Iya, dia calon DPD Sumbar," kata Anas saat dikonfirmasi, Minggu (20/10/2013).
Dalam sebuah foto kampanye, Rahmad mengaku adalah penulis pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dari biodata yang tercantum di situs Komisi Pemilihan Umum (KPU), tercatat Rahmad pernah bekerja sebagai staf senior Kedutaan Besar RI di Singapura pada 1997-2009. Setelah itu menjadi Wakil Direktur Eksekutif DPP Partai Demokrat (2010-2012).
Setelah Anas mundur dari jabatan Ketua Umum Demokrat karena tersangkut Hambalang, Rahmat pun mundur. Pada 8 April lalu, KPK memeriksa Rahmad sebagai saksi kasus Hambalang dengan Anas sebagai tersangka.
Pemerintah telah membantah isu penjemputan itu. "Terkait tuduhan yang tidak benar terhadap bin yang dilontarkan oleh moderator Saudara M Rachmad pada acara diskusi di ormas PPI, seharusnya yang bersangkutan bersikap ksatria untuk minta maaf dan mengakui kesalahannya, bukan malah bersembunyi," kata Djoko, Minggu (20/10/2013) (Yus)
Seharusnya, Sabtu kemarin, Subur menjadi salah seorang pembicara diskusi 'Dinasti Versus Meritokrasi Politik' itu yang digelar di kediaman Anas Urbaningrum, di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat 18 Oktober 2013.
Siapa sebenarnya Rahmad? Penelusuran Liputan6.com, Rahmad tengah mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sumatra Barat. "Iya, dia calon DPD Sumbar," kata Anas saat dikonfirmasi, Minggu (20/10/2013).
Dalam sebuah foto kampanye, Rahmad mengaku adalah penulis pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dari biodata yang tercantum di situs Komisi Pemilihan Umum (KPU), tercatat Rahmad pernah bekerja sebagai staf senior Kedutaan Besar RI di Singapura pada 1997-2009. Setelah itu menjadi Wakil Direktur Eksekutif DPP Partai Demokrat (2010-2012).
Setelah Anas mundur dari jabatan Ketua Umum Demokrat karena tersangkut Hambalang, Rahmat pun mundur. Pada 8 April lalu, KPK memeriksa Rahmad sebagai saksi kasus Hambalang dengan Anas sebagai tersangka.
Pemerintah telah membantah isu penjemputan itu. "Terkait tuduhan yang tidak benar terhadap bin yang dilontarkan oleh moderator Saudara M Rachmad pada acara diskusi di ormas PPI, seharusnya yang bersangkutan bersikap ksatria untuk minta maaf dan mengakui kesalahannya, bukan malah bersembunyi," kata Djoko, Minggu (20/10/2013) (Yus)