Siraman Putri Sultan Diambil dari 7 Mata Air Keraton

Prosesi pernikahan putri Sultan HB X telah dimulai Senin 21 Oktober 2013. Setelah prosesi Nyantri, calon pengantin menjalani prosesi siraman

oleh Liputan6 diperbarui 22 Okt 2013, 07:16 WIB
Citizen6, Yogyakarta: Prosesi pernikahan putri Sultan HB X telah dimulai Senin 21 Oktober 2013. Setelah menjalani  prosesi Nyantri, calon pengantin menjalani prosesi siraman.

Siraman berasal dari kata siram yang  dalam bahasa Jawa berarti mandi. Siraman mengandung arti memandikan calon mempelai yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan murni atau suci lahir dan batin. Upacara Siraman akan dilakukan di Bangsal Sekar Kedhaton untuk calon mempelai wanita, dan di Bangsal Kasatriyan untuk calon mempelai pria.

Untuk calon mempelai wanita, siraman dilakukan di kamar mandi  yang ada di Bangsal Sekar Kedhaton. Calon mempelai berbusana kemben dengan rangkaian bunga melati membalut tubuhnya. Seiring dengan hal itu, seorang Nyai Penghulu memanjatkan doa, meminta karunia dari Sang Maha Kuasa.

Air yang digunakan untuk siraman berasal dari 7 mata air yang ada di lingkungan Kraton. Air tersebut akan ditaburi kembang setaman (aneka macam bunga ) dan kemudian akan diguyurkan ke tubuh calon mempelai wanita. Guyuran pertama dilakukan oleh ibunda calon mempelai wanita lalu disusul oleh sesepuh keluarga Kraton.

Setelah disirami, calon mempelai wanita kemudian akan berwudhu menggunakan air yang ada di dalam sebuah kendi. Kendi tersebut kemudian akan dipecahkan di depan calon mempelai wanita. Pecahnya kendi ini memiliki simbol pecah pamor, yakni keluarnya pesona dari calon mempelai. Diharapkan, setelah ini, calon mempelai tersebut akan semakin cantik dan manglingi (membuat setiap orang tidak mengenal saking cantiknya).

Selesai tubuhnya diguyur air dengan kembang setaman, upacara dilanjutkan dengan merias diri. Kegiatan ini dilakukan di emper Sekar Kedhaton sebelah timur. Salah satu proses merias yang dilakukan adalah mengerik rambut dahi calon mempelai perempuan. Hal ini adalah simbol dari pembersihan diri dari hal-hal buruk.

Sedangkan air dari 7 mata air yang juga digunakan untuk calon mempelai putri diantarkan oleh salah satu putri Sultan yang sudah menikah ke kamar mandi di Bangsal Kasatriyan (Gedhong Pompa). Air ini akan digunakan untuk upacara Siraman calon mempelai pria.

Di Bangsal Kasatriyan, Siraman  calon mempelai pria  dilakukan oleh ibunda calon mempelai wanita, ibunda calon mempelai pria, dan sesepuh-sesepuh lainnya. Urut-urutannya pun sama seperti yang dilakukan kepada calon mempelai wanita.

Upacara Siraman ini semuanya dilakukan oleh wanita. Alasannya adalah karena para wanita merupakan ibu yang merawat anak-anak. Jumlah orang yang menyirami harus berjumlah ganjil. Jumlah ganjil ini diambil dari kepercayaan Hindu yang melambangkan Trimurti (Brahma, Wisnu, Syiwa) yang juga dipercaya dapat menolak bala.

Prosesi Siraman dilakukan sebagai simbol menyucikan diri. Menikah dianggap sebagai babak baru dalam kehidupan manusia, sehingga dengan Siraman diharapkan dapat menjadikan seseorang bersih secara jasmani maupun batin. (Sulistyawan/mar)

Sulistyawan adalah pewarta warga.

Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya