Citizen6, Jakarta: Belum tuntas penyelesaian kasus perkara dugaan suap impor daging sapi di Kementerian Pertanian, kini desas-desus terkait eksistensi Bunda Putri, sosok yang disebut Luthfi Hasan Ishak (LHI) dalam persidangan perkara dugaan suap impor daging sapi sebagai kerabat dekat Presiden SBY kian menjadi sorotan utama publik. Nama Bunda Puteri dikenal luas, setelah disebut-sebut dalam perkara dugaan suap impor daging sapi di Kementerian Pertanian.
Namanya pertama kali disebut oleh anak Ketua Dewan Majelis Syuro PKS Ridwan Hakim. Lalu, ketika bersaksi di sidang terdakwa Ahmad Fathanah di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis lalu (10/10/2013), LHI mengatakan, Bunda Putri adalah orang yang sangat dekat dengan Presiden. Bunda Putri disebut sangat tahu informasi mengenai kebijakan reshuffle kabinet.
Kian santernya pemberitaan terkait kedekatan Bunda Putri dengan lingkar dalam Cikeas menjadikan isu dugaan suap impor daging sapi di Kementerian Pertanian seakan dikesampingkan dari hadapan publik. Sehingga muncul indikasi ada permainan politik untuk mengalihkan isu utama suap impor daging sapi. Besar kemungkinan kedekatan Bunda Putri dengan SBY merupakan isu yang sengaja diciptakan aktor politik tertentu untuk menutupi isu suap impor daging sapi dan upaya "cuci tangan" Partai Keadilan Sejahtera akibat keterlibatan dua kader utamanya dalam kasus tersebut. Teori lain yang muncul adalah, desas desus kedekatan Bunda Putri dengan Ketua Umum Demokrat ini merupakan upaya downgrade atau menyeret aktor politik lain selain PKS dalam kasus suap impor daging sapi.
Padahal bukanlah sebuah hal yang mengherankan kalaupun sosok Bunda Putri mengenal SBY. Sebagai seorang pengusaha besar atau broker proyek sejak zama orde baru, mengenal dan dekat dengan pejabat negara merupakan sebuah hal yang lumrah bagi pengusaha sebesar Bunda Putri. Kalimat “Mengenal dan dekat dengan SBY” yang dilontarkan LHI dalam persidangan agaknya dianggap terlalu skeptis oleh publik sebagai deklarasi keterlibatan SBY dalam kasus suap impor daging sapi.
*Jangan Dipolitisasi*
Rumor-rumor yang berkembang terkait sosok Bunda Putri tidak jarang membingungkan masyarakat awam soal mana yang benar dan salah. Akibatnya, masyarakat pun semakin dibuat skeptis terhadap benar tidaknya proses penegak hukum untuk menegakkan aturan/memberantas korupsi tanpa ‘pesanan pemangku kepentingan politik.’ Pada titik ini, kemurnian usaha para penegak hukum untuk memberantas korupsi dan skandal moral para politisi pun seolah-olah dipertanyakan dan digugat oleh rumor-rumor ‘politisasi hukum’.
Apalagi menjelang pemilu 2014.
Mungkin inilah latar belakang mengapa Presiden SBY langsung mengeluarkan pernyataan pers terkait pemberitaan Bunda Putri agar masyarakat Indonesia tetap fokus melihat persoalan utama yakni impor daging sapi sebagai murni persoalan hukum dan agar tidak ada usaha politisasi di baliknya. Seharusnya nama-nama yang kenal dan menyebut-nyebut sosok Bunda Putri sebagai sosok yang dekat dengan SBY, antara lain LHI, Ridwan Hakim, dll harus terlebih dahulu diklarifikasi secara hukum sehingga desas-desus yang berpotensi menimbulkan kekacauan politik tidak terburu-buru dilepas ke publik, apalagi mengingat di tahun politik jelang Pemilu 2014, isu politik sekecil apapun merupakan potensi yang mampu menciptakan prahara politik pada 2014 mendatang. (Faizal Jazuli Akhmad/kw)
Faizal Jazuli Akhmad, Direktur Eksekutif Justice for Indonesia, tinggal di Bogor adalah pewarta warga
Namanya pertama kali disebut oleh anak Ketua Dewan Majelis Syuro PKS Ridwan Hakim. Lalu, ketika bersaksi di sidang terdakwa Ahmad Fathanah di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis lalu (10/10/2013), LHI mengatakan, Bunda Putri adalah orang yang sangat dekat dengan Presiden. Bunda Putri disebut sangat tahu informasi mengenai kebijakan reshuffle kabinet.
Kian santernya pemberitaan terkait kedekatan Bunda Putri dengan lingkar dalam Cikeas menjadikan isu dugaan suap impor daging sapi di Kementerian Pertanian seakan dikesampingkan dari hadapan publik. Sehingga muncul indikasi ada permainan politik untuk mengalihkan isu utama suap impor daging sapi. Besar kemungkinan kedekatan Bunda Putri dengan SBY merupakan isu yang sengaja diciptakan aktor politik tertentu untuk menutupi isu suap impor daging sapi dan upaya "cuci tangan" Partai Keadilan Sejahtera akibat keterlibatan dua kader utamanya dalam kasus tersebut. Teori lain yang muncul adalah, desas desus kedekatan Bunda Putri dengan Ketua Umum Demokrat ini merupakan upaya downgrade atau menyeret aktor politik lain selain PKS dalam kasus suap impor daging sapi.
Padahal bukanlah sebuah hal yang mengherankan kalaupun sosok Bunda Putri mengenal SBY. Sebagai seorang pengusaha besar atau broker proyek sejak zama orde baru, mengenal dan dekat dengan pejabat negara merupakan sebuah hal yang lumrah bagi pengusaha sebesar Bunda Putri. Kalimat “Mengenal dan dekat dengan SBY” yang dilontarkan LHI dalam persidangan agaknya dianggap terlalu skeptis oleh publik sebagai deklarasi keterlibatan SBY dalam kasus suap impor daging sapi.
*Jangan Dipolitisasi*
Rumor-rumor yang berkembang terkait sosok Bunda Putri tidak jarang membingungkan masyarakat awam soal mana yang benar dan salah. Akibatnya, masyarakat pun semakin dibuat skeptis terhadap benar tidaknya proses penegak hukum untuk menegakkan aturan/memberantas korupsi tanpa ‘pesanan pemangku kepentingan politik.’ Pada titik ini, kemurnian usaha para penegak hukum untuk memberantas korupsi dan skandal moral para politisi pun seolah-olah dipertanyakan dan digugat oleh rumor-rumor ‘politisasi hukum’.
Apalagi menjelang pemilu 2014.
Mungkin inilah latar belakang mengapa Presiden SBY langsung mengeluarkan pernyataan pers terkait pemberitaan Bunda Putri agar masyarakat Indonesia tetap fokus melihat persoalan utama yakni impor daging sapi sebagai murni persoalan hukum dan agar tidak ada usaha politisasi di baliknya. Seharusnya nama-nama yang kenal dan menyebut-nyebut sosok Bunda Putri sebagai sosok yang dekat dengan SBY, antara lain LHI, Ridwan Hakim, dll harus terlebih dahulu diklarifikasi secara hukum sehingga desas-desus yang berpotensi menimbulkan kekacauan politik tidak terburu-buru dilepas ke publik, apalagi mengingat di tahun politik jelang Pemilu 2014, isu politik sekecil apapun merupakan potensi yang mampu menciptakan prahara politik pada 2014 mendatang. (Faizal Jazuli Akhmad/kw)
Faizal Jazuli Akhmad, Direktur Eksekutif Justice for Indonesia, tinggal di Bogor adalah pewarta warga
Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Advertisement