Suatu hasil penelitian pernah memperlihatkan kaitan antara rasa bermusuhan dengan penyakit jantung. Kini hasil kajian lain menambahkan, tekanan darah tinggi seseorang saat marah akibat rasa bermusuhan itu tidak cuma lebih tinggi, tapi juga berlangsung lama dibanding orang yang marah tapi bukan karena rasa permusuhan. Tentu ini juga berbahaya bagi jantung Anda.
"Hal baru pada penelitian ini adalah efek masa berlangsungnya pengaruh itu," ujar Dr. Barbara L. Fredrickson peneliti dari University of Michigan, AS sebagaimana dilaporkan oleh Journal of Behavioral Medicine yang dikutip, Kamis (24/10/2013).
Dr. Fredrickson merekrut 66 responden untuk penelitiannya. Mereka terdiri dari orang-orang yang sehat dan tidak memiliki catatan gangguan tekanan darah. Selama dalam penelitian yang melibatkan serangkaian wawancara dan berbagai simulasi, tekanan darah responden itu senantiasa diukur dan dipantau.
Dari situ kemudian diketahui, setengah dari kelompok responden itu tergolong memiliki rasa permusuhan yang rendah, dan setengahnya lagi tinggi. Ada pun catatan tekanan darah mereka memperlihatkan, "Angka diastolik orang yang marah akibat rasa bermusuhan memerlukan waktu 40 detik lebih lama untuk kembali normal, dibanding orang yang marah bukan karena rasa permusuhan," tutur Dr. Fredrickson.
Mengutip hasil penelitiannya yang lain, Fredrickson lalu memberi nasihat, tak ada cara lain untuk menyalurkan rasa marah itu kecuali mengalihkan perhatian ke hal-hal yang positif. "Carilah upaya untuk menyuburkan emosi positif. Tapi dalam hidup sehari-hari, hal itu memang sulit dilakukan," katanya.
"Hal baru pada penelitian ini adalah efek masa berlangsungnya pengaruh itu," ujar Dr. Barbara L. Fredrickson peneliti dari University of Michigan, AS sebagaimana dilaporkan oleh Journal of Behavioral Medicine yang dikutip, Kamis (24/10/2013).
Dr. Fredrickson merekrut 66 responden untuk penelitiannya. Mereka terdiri dari orang-orang yang sehat dan tidak memiliki catatan gangguan tekanan darah. Selama dalam penelitian yang melibatkan serangkaian wawancara dan berbagai simulasi, tekanan darah responden itu senantiasa diukur dan dipantau.
Dari situ kemudian diketahui, setengah dari kelompok responden itu tergolong memiliki rasa permusuhan yang rendah, dan setengahnya lagi tinggi. Ada pun catatan tekanan darah mereka memperlihatkan, "Angka diastolik orang yang marah akibat rasa bermusuhan memerlukan waktu 40 detik lebih lama untuk kembali normal, dibanding orang yang marah bukan karena rasa permusuhan," tutur Dr. Fredrickson.
Mengutip hasil penelitiannya yang lain, Fredrickson lalu memberi nasihat, tak ada cara lain untuk menyalurkan rasa marah itu kecuali mengalihkan perhatian ke hal-hal yang positif. "Carilah upaya untuk menyuburkan emosi positif. Tapi dalam hidup sehari-hari, hal itu memang sulit dilakukan," katanya.