CEO CIMB Group Datuk Seri Nazir Razak mengaku cemas dan ragu soal realisasi pelaksanaan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) yang rencananya berlaku mulai 2015.
Sebab itu, dia meminta Indonesia untuk segera mengambil langkah-langkah penting guna memimpin negara-negara ASEAN mencapai target tersebut.
"Ini sudah dua tahun tiga bulan sejak kami mendeklarasikan AEC akan dibangun dan dijalankan, saya sangat prihatin akan hal ini. Saya juga sangat cemas karena AEC mengatakan, akhir 2015 nanti, kami akan menjadi basis produksi, akan ada pergerakan yang lebih bebas untuk barang dan jasa, investasi, tenaga kerja berketerampilan dan aliran dana," ujar Razak saat menghadiri World Capital Markets Symposium 2013 seperti dikutip dari The Star Online, Kamis (24/10/2013).
Pada 2007, para pemimpin negara kawasan ASEAN memajukan tenggat waktu untuk implementasi AEC dari 2020 menjadi 2015.
Sementara itu, menurut hasil pengamatan pada 2012, hingga akhir tahun sebelumnya, hanya 67,5% proses AEC yang berhasil diselesaikan.
Dia mengatakan, master plan dan kerangka kerja perbankan untuk AEC masih belum menemukan titik temu. "Mekanisme integrasi ekonomi ASEAN masih banyak yang belum selesai khususnya terkait kerangka kerja hukum dan infrastruktur sekretariat ASEAN," tambah dia.
Meskipun Razak tak setuju dengan penundaan target pencapaian AEC, dia mengatakan, setiap negara di kawasan tersebut harus menentukan prediksi-prediksi yang realistis.
"Kekhawatiran saya adalah jika kita menentukan target yang tidak realistis dan adanya tarik ulur. Hal itu akan mengganggu agenda integrasi jangka panjang secara keseluruhan," ungkap dia.
Dia menambahkan, Indonesia harus mengatur tempat dan memimpin negara-negara ASEAN dalam meningkatkan serta mengambil langkah-langkah penting guna merealisasikan pembentukan AEC.
Menanggapi kekhawatiran tersebut, salah satu tim audit PT Pengelola Aset (Persero) Hendy Fakhrudin mengatakan, Indonesia selalu butuh tekanan untuk mencapai lebih banyak.
"Pemerintah Indonesia sudah menyadari banyaknya hal yang harus diselesaikan khususnya untuk AEC," tutur dia.Tahun depan, Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum.
Menurut Hendy, hal tersebut merupakan transisi yang sangat penting karena Indonesia butuh pemimpin yang kuat untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Tak hanya itu, masyarakat Indonesia juga perlu didorong untuk lebih percaya diri di antara negara-negara ASEAN lainnya. (Sis/Nur)
Sebab itu, dia meminta Indonesia untuk segera mengambil langkah-langkah penting guna memimpin negara-negara ASEAN mencapai target tersebut.
"Ini sudah dua tahun tiga bulan sejak kami mendeklarasikan AEC akan dibangun dan dijalankan, saya sangat prihatin akan hal ini. Saya juga sangat cemas karena AEC mengatakan, akhir 2015 nanti, kami akan menjadi basis produksi, akan ada pergerakan yang lebih bebas untuk barang dan jasa, investasi, tenaga kerja berketerampilan dan aliran dana," ujar Razak saat menghadiri World Capital Markets Symposium 2013 seperti dikutip dari The Star Online, Kamis (24/10/2013).
Pada 2007, para pemimpin negara kawasan ASEAN memajukan tenggat waktu untuk implementasi AEC dari 2020 menjadi 2015.
Sementara itu, menurut hasil pengamatan pada 2012, hingga akhir tahun sebelumnya, hanya 67,5% proses AEC yang berhasil diselesaikan.
Dia mengatakan, master plan dan kerangka kerja perbankan untuk AEC masih belum menemukan titik temu. "Mekanisme integrasi ekonomi ASEAN masih banyak yang belum selesai khususnya terkait kerangka kerja hukum dan infrastruktur sekretariat ASEAN," tambah dia.
Meskipun Razak tak setuju dengan penundaan target pencapaian AEC, dia mengatakan, setiap negara di kawasan tersebut harus menentukan prediksi-prediksi yang realistis.
"Kekhawatiran saya adalah jika kita menentukan target yang tidak realistis dan adanya tarik ulur. Hal itu akan mengganggu agenda integrasi jangka panjang secara keseluruhan," ungkap dia.
Dia menambahkan, Indonesia harus mengatur tempat dan memimpin negara-negara ASEAN dalam meningkatkan serta mengambil langkah-langkah penting guna merealisasikan pembentukan AEC.
Menanggapi kekhawatiran tersebut, salah satu tim audit PT Pengelola Aset (Persero) Hendy Fakhrudin mengatakan, Indonesia selalu butuh tekanan untuk mencapai lebih banyak.
"Pemerintah Indonesia sudah menyadari banyaknya hal yang harus diselesaikan khususnya untuk AEC," tutur dia.Tahun depan, Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum.
Menurut Hendy, hal tersebut merupakan transisi yang sangat penting karena Indonesia butuh pemimpin yang kuat untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Tak hanya itu, masyarakat Indonesia juga perlu didorong untuk lebih percaya diri di antara negara-negara ASEAN lainnya. (Sis/Nur)