Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa yang digelar di Brussels dibayang-bayangi isu besar, soal dugaan aksi intelijen Amerika Serikat yang juga menargetkan sejumlah pemimpin negara sekutunya.
Kabar terbaru menyebut, Rabu kemarin, Kanselir Jerman Angela Merkel menelepon langsung Presiden AS Barack Obama soal dugaan bahwa mata-mata AS memonitor ponselnya.
Merkel mengeluh kepada Obama, setelah mengetahui bahwa intelijen AS mungkin telah menargetkan telepon genggamnya. Jika tuduhan itu terkonfirmasi, ia menambahkan, itu akan menjadi "pelanggaran serius terhadap kepercayaan yang selama ini terbangun". Merkel juga meminta pejabat AS mengklarifikasi sejauh mana pengawasan intelijen mereka di Jerman.
Juru bicaranya, Steffen Seibert mengatakan, jika terbukti, "praktik-praktik seperti itu...benar-benar tidak dapat diterima," demikian seperti dimuat BBC, Kamis (24/10/2013).
Kepada Obama, Merkel mengatakan di antara mitra dekat seperti Jerman dan Amerika Serikat, "Tidak boleh ada pengawasan seperti itu yang menargetkan kepala pemerintahan," tambah Seibert.
Informasi tersebut dikuak media Der Spiegel, yang mempublikasikan material yang didapat dari mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Edward Snowden.
Sementara, Gedung Putih menyampaikan, Obama berkata pada Merkel bahwa AS tidak menyadap teleponnya. Tak akan pernah.
"Presiden memastikan pada kanselir bahwa AS tidak memonitor dan tak akan memonitor komunikasi kanselir," kata Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney seperti dimuat CBS. "Amerika Serikat sangat menghargai kerja sama erat dengan Jerman pada berbagai tantangan keamanan bersama."
Ini bukan kali pertamanya hubungan diplomatik AS mengalami guncangan gara-gara kasus dugaan mata-mata. Sebelumnya, Presiden Brasil Dilma Rousseff menunda kunjungan kenegaraannya ke AS September lalu, menyusul informasi bahwa NSA memata-matainya, sejumlah pembantu presiden, dan pemain dunia bisnis.
Sementara, Presiden Prancis Francois Hollande bahkan meminta isu aksi intelijen AS dimasukkan dalam agenda KTT Uni Eropa menyusul laporan yang menyebut panggilan telepon jutaan rakyatnya dimonitor NSA -- selain pembahasan tentang pemulihan ekonomi Eropa dan imigrasi. (Ein/Yus)
Kabar terbaru menyebut, Rabu kemarin, Kanselir Jerman Angela Merkel menelepon langsung Presiden AS Barack Obama soal dugaan bahwa mata-mata AS memonitor ponselnya.
Merkel mengeluh kepada Obama, setelah mengetahui bahwa intelijen AS mungkin telah menargetkan telepon genggamnya. Jika tuduhan itu terkonfirmasi, ia menambahkan, itu akan menjadi "pelanggaran serius terhadap kepercayaan yang selama ini terbangun". Merkel juga meminta pejabat AS mengklarifikasi sejauh mana pengawasan intelijen mereka di Jerman.
Juru bicaranya, Steffen Seibert mengatakan, jika terbukti, "praktik-praktik seperti itu...benar-benar tidak dapat diterima," demikian seperti dimuat BBC, Kamis (24/10/2013).
Kepada Obama, Merkel mengatakan di antara mitra dekat seperti Jerman dan Amerika Serikat, "Tidak boleh ada pengawasan seperti itu yang menargetkan kepala pemerintahan," tambah Seibert.
Informasi tersebut dikuak media Der Spiegel, yang mempublikasikan material yang didapat dari mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Edward Snowden.
Sementara, Gedung Putih menyampaikan, Obama berkata pada Merkel bahwa AS tidak menyadap teleponnya. Tak akan pernah.
"Presiden memastikan pada kanselir bahwa AS tidak memonitor dan tak akan memonitor komunikasi kanselir," kata Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney seperti dimuat CBS. "Amerika Serikat sangat menghargai kerja sama erat dengan Jerman pada berbagai tantangan keamanan bersama."
Ini bukan kali pertamanya hubungan diplomatik AS mengalami guncangan gara-gara kasus dugaan mata-mata. Sebelumnya, Presiden Brasil Dilma Rousseff menunda kunjungan kenegaraannya ke AS September lalu, menyusul informasi bahwa NSA memata-matainya, sejumlah pembantu presiden, dan pemain dunia bisnis.
Sementara, Presiden Prancis Francois Hollande bahkan meminta isu aksi intelijen AS dimasukkan dalam agenda KTT Uni Eropa menyusul laporan yang menyebut panggilan telepon jutaan rakyatnya dimonitor NSA -- selain pembahasan tentang pemulihan ekonomi Eropa dan imigrasi. (Ein/Yus)