Ajaklah istri atau ibu Anda rajin berjalan-jalan. Menurut penelitian yang diberitakan Reuter, dikutip Kamis (24/10/2013), berjalan-jalan ringan dapat mengurangi risiko wanita untuk terkena stroke, meskipun kebiasaan berjalan-jalan itu baru dimulai saat seseorang sudah cukup lanjut usianya.
Peran olahraga dalam melindungi kesehatan jantung memang sudah lama diketahui. Tapi peran olahraga bagi stroke, belum banyak terungkap selama ini. Walau begitu penelitian baru-baru ini yang melibatkan lebih dari 72.000 wanita berusia antara 40 hingga 65 tahun membuktikan, risiko para responden itu untuk terkena stroke menurun sampai satu setengah kali, seiring dengan peningkatan kegiatan mereka berolahraga.
"Ini merupakan kenyataan terkuat yang kami peroleh, bahwa olahraga mengurangi risiko stroke," ujar Dr. Frank B. Hu, seorang profesor nutrisi dari Harvard School of Public Health, AS.
Dr. Hu juga menjelaskan, olahraga itu tak perlu yang terlalu berat bebannya. Berjalan-jalan sudah cukup efektif untuk mengurangi risiko terkena stroke. "Yang terpenting adalah penggunaan energi untuk berjalan-jalan itu," tambah Dr. Hu.
Dalam penelitian, Hu dan sejawatnya mengamati data para wanita yang tersimpan di sebuah lembaga perawatan. Dalam pengamatan itu juga dilihat kebiasaan mereka berolahraga. Mereka kemudian dibagi menjadi lima kelompok atas dasar seberapa banyak kalori yang mereka bakar setiap minggu melalui olahraga.
Dalam periode delapan tahun diketahui, kegiatan fisik sangat berkaitan dengan rendahnya risiko stroke, meski yang bersangkutan adalah perokok, serta memiliki tekanan darah tinggi dan faktor-faktor risiko stroke lainnya.
Mereka yang berada dalam kelompok paling tinggi dalam membakar kalori, memiliki kemungkinan setengah lebih kecil untuk menderita ischemic stroke dibanding mereka yang paling sedikit membakar kalorinya.
Dan sepanjang para responden itu terus membakar kalori, tak masalah apakah kegiatan fisik yang mereka lakukan itu berlari, berenang atau berjalan. Tentu, menurut Dr.Hu, kalau jalan kaki yang dipilih, maka kegiatan itu harus dilakukan intensif, misalnya empat kilometer per jam atau lebih.
"Wanita harus memulai kegiatan fisik ini sesegera mungkin, karena efek kumulatif yang bisa dinikmati. Tapi sebaliknya, mereka yang sudah lanjut usia pun tak terlambat untuk memperoleh manfaatnya," tandas Dr.Hu.
(Abd)
Peran olahraga dalam melindungi kesehatan jantung memang sudah lama diketahui. Tapi peran olahraga bagi stroke, belum banyak terungkap selama ini. Walau begitu penelitian baru-baru ini yang melibatkan lebih dari 72.000 wanita berusia antara 40 hingga 65 tahun membuktikan, risiko para responden itu untuk terkena stroke menurun sampai satu setengah kali, seiring dengan peningkatan kegiatan mereka berolahraga.
"Ini merupakan kenyataan terkuat yang kami peroleh, bahwa olahraga mengurangi risiko stroke," ujar Dr. Frank B. Hu, seorang profesor nutrisi dari Harvard School of Public Health, AS.
Dr. Hu juga menjelaskan, olahraga itu tak perlu yang terlalu berat bebannya. Berjalan-jalan sudah cukup efektif untuk mengurangi risiko terkena stroke. "Yang terpenting adalah penggunaan energi untuk berjalan-jalan itu," tambah Dr. Hu.
Dalam penelitian, Hu dan sejawatnya mengamati data para wanita yang tersimpan di sebuah lembaga perawatan. Dalam pengamatan itu juga dilihat kebiasaan mereka berolahraga. Mereka kemudian dibagi menjadi lima kelompok atas dasar seberapa banyak kalori yang mereka bakar setiap minggu melalui olahraga.
Dalam periode delapan tahun diketahui, kegiatan fisik sangat berkaitan dengan rendahnya risiko stroke, meski yang bersangkutan adalah perokok, serta memiliki tekanan darah tinggi dan faktor-faktor risiko stroke lainnya.
Mereka yang berada dalam kelompok paling tinggi dalam membakar kalori, memiliki kemungkinan setengah lebih kecil untuk menderita ischemic stroke dibanding mereka yang paling sedikit membakar kalorinya.
Dan sepanjang para responden itu terus membakar kalori, tak masalah apakah kegiatan fisik yang mereka lakukan itu berlari, berenang atau berjalan. Tentu, menurut Dr.Hu, kalau jalan kaki yang dipilih, maka kegiatan itu harus dilakukan intensif, misalnya empat kilometer per jam atau lebih.
"Wanita harus memulai kegiatan fisik ini sesegera mungkin, karena efek kumulatif yang bisa dinikmati. Tapi sebaliknya, mereka yang sudah lanjut usia pun tak terlambat untuk memperoleh manfaatnya," tandas Dr.Hu.
(Abd)