28 Oktober, Kebangkitan Atau Perusakan Nasional?

Kemudian dilanjutkan dengan ajakan pemogokan nasional 1 juta buruh pada 3 Oktober.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Okt 2013, 10:46 WIB
Citizen6, Jakarta: “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Bangsa Indonesia terlahir berkat adanya kontribusi besar dari para pemuda dan pemudi Indonesia pada masa penjajahan kaum kolonialis pada tanggal 28 Oktober 1928. Perjuangan pemuda-pemudi Indonesia di mulai dari organisasi Taman Siswa, Budi Oetomo, Perhimpunan Pelajar–pelajar Indonesia, Tentara Pelajar dan sebagainya. Perjuangan tersebut terus menjadi semangat perubahan yang dilakukan para pemuda-pemudi Indonesia hingga kini. Semangat untuk menjadi satu, semangat yang terlontar dalam setiap detak jantung dan nafas raykat Indonesia.

Pemuda-pemudi adalah tonggak penting sebuah sejarah perjuangan bangsa dan negara. Pemuda adalah pondasi umat dimana pemuda-pemudi harus menjadi motor penggerak kehidupan bangsa karena dengan semangat, tenaga dan pemikiran pemuda-pemudi inilah muncul berbagai penemuan – penemuan penting bagi kemajuan dan perkembangan zaman. Sebagai contoh, James Watt yang diusia mudanya menemukan Mesin Uap yang menjadi pembuka pintu gerbang industrialisasi di Inggris, Benjamin Franklin, Thomas Jefferson, George Washington yang membangun negaranya. Begitu pula di Indonesia Budi Utomo, Moch Yamin dan Ir. Soekarno sendiri mereka adalah pemuda yang menjadi pilar kemerdekaan bangsa Indonesia.

Tentunya bangsa dan negara ini menginginkan kita untuk menjadi Pemuda Harapan Bangsa. Dimana pemuda menjadi harapan pembangunan dan kemajuan bangsa. Kita harus menggali potensi diri dan lingkungan yang ada disekitar kita mendorong pergerakan pengembangan diri dan lingkungan di sekitar kita mengisi masa kemerdekaan dengan hal – hal yang positif titik berkelanjutan. Untuk itu, sebagai penerus dari perjuangan bangsa pemuda saat ini harus memiliki sense of belonging pada tanah air dengan bersama-sama membangun Indonesia dan menjauhkan diri dari provokasi negatif yang dapat memunculkan disintegrasi bangsa. Pemuda harus mampu bangkit dari keterpurukan, menunjukkan kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan terjerumus dalam pengaruh perkembangan negatif yang justru mampu menghancurkan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Terutama pengaruh budaya asing dan ketidak mampuan menyaring perkembangan teknologi.

Tanggal 28 Oktober adalah Sumpah Pemuda. Hari yang menjadi titik balik bangsa dari berbagai keterpurukan dan keterbelakangan mental, spiritual, ekonomi, budaya, serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi. Pada momentum tersebut seluruh elemen bangsa seharusnya menjadikan sebagai semangat kebangkitan untuk bekerja lebih baik, termasuk kaum buruh. Namun rencana tokoh-tokoh buruh yang mengajak kaum buruh di Indonesia untuk melakukan mogok nasional, kiranya sebuah kontraproduktif serta preseden buruk terhadap makna kebanghkitan nasional tersebut. Untuk itu, perlu diwaspadai kemungkinan para Tokoh buruh mempolitisasi isu buruh dengan memanfaatkan momentum 28 Oktober untuk mogok nasional yang dapat melumpuhkan roda perekonomian melalui berbagai tuntutan termasuk mengharapkan adanya kenaikan upah yang tidak logis dan rasional. Ada indikasi bahwa saat ini buruh telah terlibat dalam ranah politik. Memanfaatkan berbagai momentum hari nasional untuk menyuarakan aspirasinya melalui tindakan-tindakan kontraproduktif. Seperti yang terjadi pada paruh kedua 2011. Diawali dengan pemogokan radikal buruh tambang Papua. Buruh-buruh kawasan industri di Bekasi dan Tangerang mulai bergerak dalam jumlah masif dan dengan metode-metode yang radikal.

Kemudian dilanjutkan dengan ajakan pemogokan nasional 1 juta buruh pada 3 Oktober. Di Jakarta 200 ribu buruh melakukan aksi long march dari Bunderan HI ke Istana Negara dengan yel-yel perjuangan. Daerah Jakarta Pusat praktis lumpuh. Orasi-orasi politik yang disampaikan di depan Istana mengecam tindakan Pemerintah. Kecaman-kecaman pedas juga ditujukan kepada para pemimpin partai-partai politik dan para pemilik kapital besar yang telah mengabaikan hak-hak buruh dan memperkaya diri mereka sendiri dengan mengeksploitasi buruh. Dengan spanduk-spanduk yang bertuliskan, di antaranya, “Tunduk tertindas, atau bangkit melawan!” kaum buruh menuntut penghapusan outsourcing, menolak upah rendah, menolak kebijakan pemerintah untuk memangkas subsidi BBM, dan pendidikan serta kesehatan gratis untuk semua rakyat. Seruan pembentukan partai politik buruh juga disuarakan oleh sejumlah serikat buruh merah di bawah Sekber Buruh.

Ribuan buruh juga memblokade akses menuju pintu Bandara Soekarno-Hatta dan membuat bandara lumpuh total. Awalnya berniat menduduki Bandara, namun dihalang  oleh polisi dan tentara. Akhirnya para buruh memutuskan untuk memblokade jalan keluar-masuk bandara. Sementara di pelabuhan Tanjung Priok, May Day digunakan oleh buruh sebagai kesempatan untuk mendeklarasikan persatuan 7 serikat buruh pelabuhan ke dalam sebuah aliansi. Dengan penggabungan itu, anggota aliansi mencapai 5000 buruh.

Di luar Jakarta, ratusan aksi terpisah dilakukan oleh buruh, dari yang berjumlah ratusan hingga ribuan. Beberapa di antara mereka adalah:
•    Karawang: Belasan ribu buruh turun dan berkumpul di beberapa titik. Buruh yang tergabung dalam FSPEK-KASBI melakukan long march 3 kilometer.
•    Indramayu: kilang dan depot Pertamina di Subang jadi sasaran ribuan buruh yang tergabung dalam SBA-KASBI.
•    Bandung: Gedung Sate di Bandung disasar oleh lebih dari 2 ribu buruh yang menuntut agar Aher hengkang karena belum ada upah layak di Jabar. Aher sendiri mengikuti langkah SBY, yakni menghindari buruh dengan melakukan “dinas” di sebuah wilayah Soerang.
•    Subang: Puluhan pabrik di Subang tutup dan ribuan buruh berunjuk rasa di kantor Disnaker setempat.
•    Gorontalo: Ribuan guru honorer yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia dan KSPI melakukan konvoi ke kantor disnaker dan gubernur. Mereka menuntut dibayar sesuai UMP dan segera diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil.
•    Cimahi: sekitar 700 buruh berkonvoi dan menyisir buruh ke pabrik-pabrik di Kawasan Industri Cibaligo. Mereka juga beraksi di kantor DPRD.
•    Palembang: Ribuan buruh yang tergabung dalam Front Buruh Rakyat Sumsel Bersatu mendatangi kantor Gubernur Sumsel.
•    Makassar: Ribuan buruh melakukan aksi di berbagai titik dan memblokade sejumlah ruas jalan. Hampir terjadi kericuhan di kantor Gubernur Sulsel ketika buruh dihadang polisi saat ingin masuk dan menyampaikan aspirasi mereka.
•    Batam: kawasan-kawasan industri di Batam praktis lumpuh dan tidak berdenyut, dengan puluhan ribu buruh melakukan aksi demo dan sweeping.
•    Hong Kong: 1200 buruh migran Indonesia di Hong Kong melakukan aksi dan bergabung dengan ribuan buruh Hong Kong lainnya

Berkaca dari pengalaman-pengalaman tersebut, kiranya momentum 28 Oktober perlu di sikapi oleh pemerintah secara bijak. Buruh telah terlibat dalam politik-politik praktis yang kontraproduktif bahkan menjurus pada sikap radikal dan merusak. Kiranya apabila buruh mampu beradaptasi dan memanfaatkan politik untuk memperjuangkan kelasnya secara bijak dan santun tentu tidak menjadi persoalan. Pemerintah justru harus memberikan apresiasi atas sikap dan tindakan para buruh tersebut. Akan tetapi, apabila kaum buruh memanfaatkan momentum hari nasional seperti tanggal 28 Oktober untuk melakukan tindakan dan sikap radikal dengan perusakan-perusakan fasilitas Negara.

Perusakan yang justru berdampak negatif bagi kemajuan dan perkembangan bangsa Indonesia tentunya pemerintah harus bersikap tegas atas tindakan-tindakan buruh tersebut dan masyarakat semakin tidak simpatik dengan cara-cara perjuangan anarkis serta semakin paham siapa sesungguhnya yang ada dibalik kepetingan eksploitasi isu-isu buruh. (Yudistira / kw) 

*) YudistiraAlumni Pascasarjana  UI dan Senior Analis Kajian Strategis Nusantara Bersatu

Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.



POPULER

Berita Terkini Selengkapnya