[VIDEO] Meski Dilarang Jokowi, `Sarimin` Masih Beraksi

Para tukang topeng monyet ini beraksi di kawasan pemukiman warga perkampungan untuk menghindari razia petugas Pemprov DKI.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Okt 2013, 17:52 WIB
Isu eksploitasi hewan dalam atraksi topeng monyet telah lama disuarakan pecinta binatang, hingga diberitakan media internasional. Pelarangan `Sarimin`, sebutan monyet yang digunakan atraksi topeng monyet, di ibukota ini ternyata belum cukup sepenuhnya menghilangkan atraksi ini.

Seperti tayangan Liputan 6 Petang SCTV Jumat (25/10/2013), kendati razia telah digencarkan Pemprov DKI, atraksi topeng monyet masih dijumpai di pemukiman penduduk. Misalnya dijumpai di Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara. Di tengah maraknya operasi topeng monyet di jalan raya, tukang topeng monyet melakukan atraksi di perkampungan yang dinilai lebih aman dari razia.

Dalam sehari, 1 grup topeng monyet umumnya dapat mengantongi Rp 200 ribu. Mereka baru bersedia meninggalkan profesi yang mengeksploitasi hewan ini asal mendapat pekerjaan layak. Pemilik monyet masih enggan menyerahkan monyetnya kepada Pemprov DKI karena uang ganti-rugi Rp 1 juta dinilai masih kurang.

Di sisi lain, ibukota yang terkenal sebagai kampung monyet para tukang dan pemilik monyet harus kehilangan pekerjaan akibat pelarangan ini.

Seperti diketahui, Gubernur DKI Joko Widodo menargetkan 2014 Jakarta bebas topeng monyet. Kebijakan ini ditempuh seiring tingginya eksploitasi hewan primata ini di Jakarta sehingga menjadi sorotan dunia internasional.

Sebab, di balik polah lucu monyet, sang monyet harus menjalani latihan yang menyiksa selama berbulan-bulan lamanya. Dengan tangan terikat, monyet berusia 4 bulan dipaksa berdiri tegak dengan rantai melilit lehernya selama 10 jam hingga semalaman. (Rmn/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya