Negara di bagian barat Afrika Utara, Maroko dapat menjadi pintu masuk produk-produk dalam negeri ke pasar Eropa. Secara geografis, letak Maroko memang sangat dekat dengan kawasan Eropa khususnya Spanyol.
"Maroko bisa jadi pintu gerbang untuk produk dalam negeri. Maroko itu sudah FTA (Free Trade Agreement), jadi produknya bebas keluar masuk ke wilayah Eropa. Apalagi jaraknya ke Spanyol cuma 1 jam," ungkap Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah di Jakarta, Sabtu (26/10/2013).
Dia mengatakan, kesepakatan perdagangan bebas yang dikantongi Maroko bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi sejumlah produk Indonesia.
Tak hanya ke Eropa, lewat kerjasama dengan Maroko, produk industri kecil dan menengah di Indonesia bisa menggapai pasar Timur Tengah dan Afrika.
"Maroko adalah pasar yang menjanjikan. Apalagi Maroko bias menjadi basis bagi Indonesia untuk menuju negara-negara lain seperti ke Afrika, Eropa dan Timur Tengah," jelasnya lebih lanjut.
Tak tanggung-tanggung, Euis bahkan mengatakan, Maroko merupakan tempat menaruh harapan bagi industri kecil dan menengah di dalam negeri. Hal ini karena Maroko merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, sama seperti di Indonesia.
"Maroko bisa jadi tempat menaruh harapan untuk membawa pengusaha kecil dan menengah Indonesia agar bisa berbisnis syariah ke luar negeri lewat industri-industri yang disukai dunia seperti pakaian, sepatu, dan makanan," terang dia.
Dia juga mengatakan, saat ini Indomie sudah mulai masuk ke pasar Maroko. Artinya, masih besar peluang bagi berbagai produk dalam negeri lainnya untuk masuk ke sana. Namun diakui Euis, mewujudkan keinginan itu tentu butuh proses yang cukup rumit. (Sis/Nur)
"Maroko bisa jadi pintu gerbang untuk produk dalam negeri. Maroko itu sudah FTA (Free Trade Agreement), jadi produknya bebas keluar masuk ke wilayah Eropa. Apalagi jaraknya ke Spanyol cuma 1 jam," ungkap Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah di Jakarta, Sabtu (26/10/2013).
Dia mengatakan, kesepakatan perdagangan bebas yang dikantongi Maroko bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi sejumlah produk Indonesia.
Tak hanya ke Eropa, lewat kerjasama dengan Maroko, produk industri kecil dan menengah di Indonesia bisa menggapai pasar Timur Tengah dan Afrika.
"Maroko adalah pasar yang menjanjikan. Apalagi Maroko bias menjadi basis bagi Indonesia untuk menuju negara-negara lain seperti ke Afrika, Eropa dan Timur Tengah," jelasnya lebih lanjut.
Tak tanggung-tanggung, Euis bahkan mengatakan, Maroko merupakan tempat menaruh harapan bagi industri kecil dan menengah di dalam negeri. Hal ini karena Maroko merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, sama seperti di Indonesia.
"Maroko bisa jadi tempat menaruh harapan untuk membawa pengusaha kecil dan menengah Indonesia agar bisa berbisnis syariah ke luar negeri lewat industri-industri yang disukai dunia seperti pakaian, sepatu, dan makanan," terang dia.
Dia juga mengatakan, saat ini Indomie sudah mulai masuk ke pasar Maroko. Artinya, masih besar peluang bagi berbagai produk dalam negeri lainnya untuk masuk ke sana. Namun diakui Euis, mewujudkan keinginan itu tentu butuh proses yang cukup rumit. (Sis/Nur)