Tekan Biaya Haji, Kemenag Buat Kontrak Penerbangan Jangka Panjang

Siapa saja boleh mengajukan penawaran dalam tender terbuka yang akan kita mulai tahun depan," ujar Anggito.

oleh Anr diperbarui 26 Okt 2013, 16:21 WIB
Demi meringankan beban jamaah haji Indonesia pada masa-masa mendatang, pemerintah terus berupaya menekan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH). Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) bersiap membuat terobosan pengangkutan jamaah haji Indonesia.

Terobosan itu adalah pengikatan kontrak jangka panjang, minimal jangka menengah, dengan maskapai penerbangan. "Siapa saja boleh mengajukan penawaran dalam tender terbuka yang akan kita mulai tahun depan," ujar Dirjen PHU Anggito Abimanyu di sebuah restoran Indonesia, Jeddah, Arab Saudi, Jumat (25/10/2013).

Anggito menjelaskan, adanya sistem kontrak jangka panjang dan menengah membuat biaya pengangkutan jamaah dan risiko kekurangan pesawat bisa ditekan. "Tahun ini karena kontraknya dibuat lebih awal, kita bisa berhemat US$ 50 per jamaah," urai Anggito.

Garuda Indonesia menanggapi positif tawaran Kemenag tersebut. Menurut Hady Syahrean, selaku Vice President Haji, VVIP and Charter Garuda Indonesia, pihaknya siap bersaing dengan maskapai lainnya. "Pada hakikatnya kita (Garuda) siap bersaing dengan siapa saja," kata Hady.

Hady mencontohkan, pada tahun ini, Garuda juga sudah terlibat persaingan dengan maskapai Saudi Arabian Airlines (Saudia). Ternyata, imbuh Hady, Saudia hanya berani bermain untuk pengangkutan ke dan dari embarkasi tertentu saja.

"Kita dari awal nantangin mereka (Saudia) untuk masuk ke embarkasi-embarkasi kecil seperti Lombok dan sebagainya. Ternyata, mereka hanya mau main di JKS (embarkasi Bekasi-Jakarta), SUB dan SOC (Surabaya dan Solo)," beber Hady.

Pada tahun ini, Hady mengungkapkan, pihaknya mengoperasikan 12 pesawat berbagai tipe. Yakni, Boeing 747, Boeing 777, dan Airbus seri 300. Pesawat-pesawat itu tak semua milik Garuda, tapi sewaan dari Kanada, Amerika Serikat, Spanyol, Prancis dan Inggris.

Dengan dukungan armada seperti itu, lanjut Hady, Garuda berhasil menekan delay (penundaan) penerbangan. Selama proses pemulangan yang dimulai 20 Oktober lalu, Garuda mencatat delay terlama hanya tujuan embarkasi Makassar.

"Delay terlama kami tahun ini hanya UPG 1, yang sampai tiga jam. Selebihnya hanya beberapa menit saja. Bahkan untuk hari ini (Jumat), dari delapan penerbangan yang terjadwal, tujuh di antaranya tepat waktu. Satu lainnya nanti sebentar malam," papar Hady.

Itu pun, masih menurut Hady, semata lantaran lambannya proses di imigrasi Arab Saudi. "Keterlambatan kita untuk UPG 1 karena masalahnya pengisian bahan bakar pesawat, dan bus pengangkut jamaah dari gate ke pesawat yang lambat," imbuh dia.

Hal senada dikemukakan Anggito. Menurut dia, evaluasi sementara pihaknya melihat progres yang luar biasa dari Garuda. "Sampai hari ini (Jumat), saya tidak melihat keterlambatan sama sekali. Kerja sama kita dengan Garuda sangat baik," tandas Anggito. (Eks)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya