Negeri ini mudah sekali digonjang-ganjing oleh para pejabat hingga masyarakat bawah. Mereka sibuk membicarakan sosok yang disebut sebagai Bunda Putri bahkan polemik mengenai Bunda Putri membuat kalangan elit kekuasaan saling tuding. Sebelum naik daun, Bunda Putri dikabarkan kerap bersemedi ke makam Sunan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.
Dalam tayangan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (26/10/2013), Bunda Putri yang dikenal dengan nama Non Saputri itu disebut-sebut dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat mengenyam pendidikan di SMP Pertiwi, Cilimus, Jawa Barat, Bunda Putri memiliki nama Nurlela dan dikenal luwes dalam bergaul.
Non Saputri kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMA Cilimus. Ternyata, berdasarkan data buku induk yang dimiliki SMA tersebut, Non Saputri tak tamat sekolah. Ia juga tak memiliki prestasi akademik yang menonjol bahkan di beberapa pelajaran terdapat nilai dengan angka merah.
Masa kecil dan remaja yang dilalui Non Saputri dalam kesusahan. Selain mengalami kesulitan ekonomi, ibu dan ayahnya juga bercerai. Ibu Non Saputri kemudian bekerja sebagai TKI. Kesusahan hidup membuatnya berguru ilmu kebatinan di suatu tempat.
"Tahu banget. Dulu dia suka bersemedi di (makam sunan) Gunung Jati, lagi susah-susahnya. Dia itu dulu mobilnya taft (jangkrik). Saya tahu banget. Biasanya dia semedi lama. Paling nggak seminggu, terus baru pulang ke Bogor. Setelah pulang dari Gunung Jati, jadi bagus dia. Naik daun lah begitu," kata tetangga Bunda Putri yang tak mau disebutkan namanya.
Ia juga kerap meminta bantuan kepada Mayor Jenderal Ahmadi, tempat ayah Non Saputri mengabdi. Ahmadi adalah Jenderal TNI Angkatan Darat dan merupakan salah satu pendiri Partai Golkar bersama Pak Harto. Ahmadi kemudian menjadi Ketua DPD Golkar DKI Jakarta pada tahun 1970-an.
Menurut sumber Liputan 6 SCTV, Bunda Putri berhasil memperdaya banyak orang setelah bisa memaksa Jenderal Ahmadi memperkenalkan Non Saputri sebagai salah satu anaknya.
Dari sinilah sepak terjang bunda putri dimulai yang dikenal sebagai anak jenderal. Bunda Putri dapat dengan mudah memiliki koneksi di lingkar kekuasaan. Ia pun bisa membangun bisnisnya dengan lancar.
Dari foto-foto yang beredar, terlihat Bunda Putri bersama para tokoh, mulai dari menteri hingga petinggi partai politik seperti Andi Mallarangeng, Purnomo Yusgiantoro, Gita Wiryawan, dan Faisal Basri. Bunda Putri juga disebut-sebut dekat dengan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah.
"Kenal Bunda Putri dulu tahun 2007 di Hotel Le Meridien. Waktu itu Bunda Putri baru bertemu dengan seorang menteri dari Somalia. Kalau saya nggak salah. Kemudian saya diajak teman untuk menemui dia untuk tukar pandanganlah. Pandangan politik. Karena waktui itu saya mau ikut jadi peserta konvensi di PDI Perjuangan," kata Faisal Basri, ekonom dan mantan Cagub DKI Jakarta.
Fenomena Bunda Putri jelas menjadi gambaran bahwa kultur politik dan bisnis di Indonesia masih kerap dikotori oleh tradisi nepotisme.
"Kalau orang seperti itu biasanya disebut digolongkan kelompok pelobi untuk melobi kepentingan-kepentingan tertentu. Di Pengadila (kasus-kasus) terbukti melibatkan kelompok pelobi yang bahkan presiden partai dalam hal ini PKS percaya kepada pelobi ini," kata Pakar Komunikasi Politik, Effendi Gazali.
Sedikit demi sedikit fakta mengenai Bunda Putri mulai terungkap. Namun selama Bunda Putri belum juga muncul di hadapan publik, peran dan keberadaannya tetap diselimuti kabut.
Fenomena Bunda Putri santer di media setelah disebut dalam sidang kasus suap impor daging sapi. Terlebih, saat muncul kesaksian mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang menyebut Bunda Putri dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sang presiden pun berang.
Perdebatan meruncing, polemik terus bergulir. Namun sosok Bunda Putri yang dicari oleh orang nomor satu di negeri ini tak jua muncul di hadapan publik. Masyarakat hanya bisa menebak-nebak figur Bunda Putri berdasarkan kabar yang beredar.
Di antaranya, sang Bunda diketahui memiliki rumah di kawasan elite Pondok Indah, Jakarta Selatan. Belakangan SBY melalui Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha menyatakan sudah mengetahui tentang siapa Bunda Putri. Namun, informasi itu hanya untuk konsumsi internal pihak Istana. Karena itu, Presiden SBY tak akan memberikan pernyataan ihwal Bunda Putri ke publik.
"Kalau pun memang kami punya informasi yang cukup lebih dari dua hari yang lalu, kami tidak dalam posisi untuk memberikan (informasi itu ke publik)," kata Julian di Jakarta Sabtu, 12 Oktober 2013 lalu.
Namun, jawaban ini tetap saja belum bisa menjawab rasa penasaran tentang Bunda Putri. (Adi/Ali)
Dalam tayangan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (26/10/2013), Bunda Putri yang dikenal dengan nama Non Saputri itu disebut-sebut dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat mengenyam pendidikan di SMP Pertiwi, Cilimus, Jawa Barat, Bunda Putri memiliki nama Nurlela dan dikenal luwes dalam bergaul.
Non Saputri kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMA Cilimus. Ternyata, berdasarkan data buku induk yang dimiliki SMA tersebut, Non Saputri tak tamat sekolah. Ia juga tak memiliki prestasi akademik yang menonjol bahkan di beberapa pelajaran terdapat nilai dengan angka merah.
Masa kecil dan remaja yang dilalui Non Saputri dalam kesusahan. Selain mengalami kesulitan ekonomi, ibu dan ayahnya juga bercerai. Ibu Non Saputri kemudian bekerja sebagai TKI. Kesusahan hidup membuatnya berguru ilmu kebatinan di suatu tempat.
"Tahu banget. Dulu dia suka bersemedi di (makam sunan) Gunung Jati, lagi susah-susahnya. Dia itu dulu mobilnya taft (jangkrik). Saya tahu banget. Biasanya dia semedi lama. Paling nggak seminggu, terus baru pulang ke Bogor. Setelah pulang dari Gunung Jati, jadi bagus dia. Naik daun lah begitu," kata tetangga Bunda Putri yang tak mau disebutkan namanya.
Ia juga kerap meminta bantuan kepada Mayor Jenderal Ahmadi, tempat ayah Non Saputri mengabdi. Ahmadi adalah Jenderal TNI Angkatan Darat dan merupakan salah satu pendiri Partai Golkar bersama Pak Harto. Ahmadi kemudian menjadi Ketua DPD Golkar DKI Jakarta pada tahun 1970-an.
Menurut sumber Liputan 6 SCTV, Bunda Putri berhasil memperdaya banyak orang setelah bisa memaksa Jenderal Ahmadi memperkenalkan Non Saputri sebagai salah satu anaknya.
Dari sinilah sepak terjang bunda putri dimulai yang dikenal sebagai anak jenderal. Bunda Putri dapat dengan mudah memiliki koneksi di lingkar kekuasaan. Ia pun bisa membangun bisnisnya dengan lancar.
Dari foto-foto yang beredar, terlihat Bunda Putri bersama para tokoh, mulai dari menteri hingga petinggi partai politik seperti Andi Mallarangeng, Purnomo Yusgiantoro, Gita Wiryawan, dan Faisal Basri. Bunda Putri juga disebut-sebut dekat dengan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah.
"Kenal Bunda Putri dulu tahun 2007 di Hotel Le Meridien. Waktu itu Bunda Putri baru bertemu dengan seorang menteri dari Somalia. Kalau saya nggak salah. Kemudian saya diajak teman untuk menemui dia untuk tukar pandanganlah. Pandangan politik. Karena waktui itu saya mau ikut jadi peserta konvensi di PDI Perjuangan," kata Faisal Basri, ekonom dan mantan Cagub DKI Jakarta.
Fenomena Bunda Putri jelas menjadi gambaran bahwa kultur politik dan bisnis di Indonesia masih kerap dikotori oleh tradisi nepotisme.
"Kalau orang seperti itu biasanya disebut digolongkan kelompok pelobi untuk melobi kepentingan-kepentingan tertentu. Di Pengadila (kasus-kasus) terbukti melibatkan kelompok pelobi yang bahkan presiden partai dalam hal ini PKS percaya kepada pelobi ini," kata Pakar Komunikasi Politik, Effendi Gazali.
Sedikit demi sedikit fakta mengenai Bunda Putri mulai terungkap. Namun selama Bunda Putri belum juga muncul di hadapan publik, peran dan keberadaannya tetap diselimuti kabut.
Fenomena Bunda Putri santer di media setelah disebut dalam sidang kasus suap impor daging sapi. Terlebih, saat muncul kesaksian mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang menyebut Bunda Putri dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sang presiden pun berang.
Perdebatan meruncing, polemik terus bergulir. Namun sosok Bunda Putri yang dicari oleh orang nomor satu di negeri ini tak jua muncul di hadapan publik. Masyarakat hanya bisa menebak-nebak figur Bunda Putri berdasarkan kabar yang beredar.
Di antaranya, sang Bunda diketahui memiliki rumah di kawasan elite Pondok Indah, Jakarta Selatan. Belakangan SBY melalui Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha menyatakan sudah mengetahui tentang siapa Bunda Putri. Namun, informasi itu hanya untuk konsumsi internal pihak Istana. Karena itu, Presiden SBY tak akan memberikan pernyataan ihwal Bunda Putri ke publik.
"Kalau pun memang kami punya informasi yang cukup lebih dari dua hari yang lalu, kami tidak dalam posisi untuk memberikan (informasi itu ke publik)," kata Julian di Jakarta Sabtu, 12 Oktober 2013 lalu.
Namun, jawaban ini tetap saja belum bisa menjawab rasa penasaran tentang Bunda Putri. (Adi/Ali)