Produsen otomotif terbesar keempat China, Shanghai Automotive Industry Cooperation (SAIC), tengah mengincar bisnis otomotif di Tanah Air. Menggandeng General Motors (GM) China, perusahaan otomotif pelat merah China ini berharap bisa merebut pangsa pasar dari 240 juta penduduk Indonesia.
"Kami selalu mengatakan ingin mencari sejumlah opsi dan alternatif di Indonesia dengan SAIC, tapi masih belum ditentukan model bisnisnya akan seperti apa," ungkap CEO General Motors (GM) China, Tim Lee.
Sejumlah pilihan kerjasama yang sedang dipertimbangkan diantaranya kedua perusahaan menjalin kontrak untuk menggandeng perusahaan mitra di Indonesia yang akan menjalankan perusahaan. Sedangkan pilihan kedua, GM dan SAIC sepenuhnya membuat perusahaan patungan yang beroperasi di Tanah Air. "Semuanya masih dalam pembahasan," tegas Lee.
Juru Bicara SAIC, Judy Zhu membenarkan rencana perusahaan yang kini masih mempelajari peluang investasi di salah satu pasar negara ASEAN terbesar, Indonesia. Dia juga tengah menelusuri sejumlah peluang bisnis yang mungkin bisa dimanfaatkan. Sayangnya. Zhu menolak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai peluang tersebut.
Pada 2010, SAIC menjadi mitra dalam sejumlah operasi GM di India. Kedua perusahaan memproduksi dan menjual mikrovan Wulling di bawah merek Chevrolet. Saat itu, para pejabat dari perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat (AS) tersebut berharap kerjasamanya bisa menembus pasar di negara-negara berkembang. Asia Tenggara menjadi target berikutnya yang dianggap cukup potensial.
Namun pada 2012, SAIC melewatkan peluang untuk menjalin kerjasama di pasar ASEAN. Imbasnya, saham SAIC tercatat turun hingga9%. SAIC justru mengumumkan rencananya memulai produksi mobil di Thailand menggandeng perusahaan lokal, CP Group Co Ltd. Dalam kesepakatan ini, SAIC tidak melibatkan GM.
Menanggapi keberanian SAIC, Presiden GM China, Bob Socia menilai BUMN otomotif China ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Bahkan, GM menyindir SAIC cukup berani untuk bersaing sendiri dengan GM dan perusahaan produsen mobil di beberapa wilayah lain.
"Saya rasa tidak adil untuk melakukan sesuatu di luar China, kami harus melakukannya dengan SAIC dan sebaliknya," ujar Socia.(Sis/Shd)
"Kami selalu mengatakan ingin mencari sejumlah opsi dan alternatif di Indonesia dengan SAIC, tapi masih belum ditentukan model bisnisnya akan seperti apa," ungkap CEO General Motors (GM) China, Tim Lee.
Sejumlah pilihan kerjasama yang sedang dipertimbangkan diantaranya kedua perusahaan menjalin kontrak untuk menggandeng perusahaan mitra di Indonesia yang akan menjalankan perusahaan. Sedangkan pilihan kedua, GM dan SAIC sepenuhnya membuat perusahaan patungan yang beroperasi di Tanah Air. "Semuanya masih dalam pembahasan," tegas Lee.
Juru Bicara SAIC, Judy Zhu membenarkan rencana perusahaan yang kini masih mempelajari peluang investasi di salah satu pasar negara ASEAN terbesar, Indonesia. Dia juga tengah menelusuri sejumlah peluang bisnis yang mungkin bisa dimanfaatkan. Sayangnya. Zhu menolak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai peluang tersebut.
Pada 2010, SAIC menjadi mitra dalam sejumlah operasi GM di India. Kedua perusahaan memproduksi dan menjual mikrovan Wulling di bawah merek Chevrolet. Saat itu, para pejabat dari perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat (AS) tersebut berharap kerjasamanya bisa menembus pasar di negara-negara berkembang. Asia Tenggara menjadi target berikutnya yang dianggap cukup potensial.
Namun pada 2012, SAIC melewatkan peluang untuk menjalin kerjasama di pasar ASEAN. Imbasnya, saham SAIC tercatat turun hingga9%. SAIC justru mengumumkan rencananya memulai produksi mobil di Thailand menggandeng perusahaan lokal, CP Group Co Ltd. Dalam kesepakatan ini, SAIC tidak melibatkan GM.
Menanggapi keberanian SAIC, Presiden GM China, Bob Socia menilai BUMN otomotif China ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Bahkan, GM menyindir SAIC cukup berani untuk bersaing sendiri dengan GM dan perusahaan produsen mobil di beberapa wilayah lain.
"Saya rasa tidak adil untuk melakukan sesuatu di luar China, kami harus melakukannya dengan SAIC dan sebaliknya," ujar Socia.(Sis/Shd)