Sejumlah emiten kontruksi mencatatkan kinerja cukup baik hingga September 2013. Setidaknya lima emiten konstruksi bangunan mencatatkan kenaikan laba hingga September 2013.
Berdasarkan keterangan yang diterbitkan, Rabu (30/10/2013), PT PP Tbk (PTPP) mencatatkan lonjakan laba bersih 107 % menjadi Rp 218,34 miliar hingga September 2013 dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 105,62 miliar.
Kinerja laba bersih perseroan didorong dari peningkatan pendapatan usaha dari proyek-proyek baru maupun carry over, serta efisiensi yang dilaksanakan secara berkelanjutan.
Pencapaian kinerja laba PTPP ini memang cukup besar dibandingkan emiten sektor konstruksi bangunan yang merilis laporan keuangan kuartal ketiga 2013.
Emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain yang mencatatkan kenaikan laba yaitu PT Adhi Karya Tbk. Perseroan mencatatkan laba baik 104% menjadi Rp 179,76 miliar hingga September 2013. Pendapatan naik 59% menjadi Rp 5,65 triliun hingga September 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 3,56 triliun.
Meski demikian, dalam riset PT Bahana Securities, PT Adhi Karya Tbk memiliki tantangan ke depan yaitu realisasi belanja infrastruktur pemerintah. PT Bahana Securities memproyeksikan, target harga saham ADHI di level Rp 2.200.
Sementara itu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan laba naik 39,9% menjadi Rp 438,47 miliar hingga kuartal ketiga 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 313,93 miliar.
Kenaikan laba juga diikuti kenaikan pendapatan PT Wijaya Karya Tbk sebesar 24,11% menjadi Rp 7,91 triliun hingga September 2013 dari periode sama tahun 2012 sebesar Rp 6,37 triliun. Marjin laba bersih perseroan naik menjadi 5,5% hingga September 2013.
Sedangkan perusahaan konstruksi BUMN lain PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencatatkan kenaikan laba sebesar 14,99% menjadi Rp 118,14 miliar hingga September 2013. Pendapatan perseroan naik 9,5% menjadi Rp 5,14 triliun dari periode sama tahun 2012 Rp 4,7 triliun.
Dalam ulasan riset PT Bahana Securities beberapa waktu lalu, PT Waskita Karya Tbk memiliki tantangan biaya material semakin meningkat. Hal itu seiring kenaikan dolar Amerika Serikat. Selain itu, ada proyek perseroan yang tertunda yang berdampak terhadap kinerja perseroan.
Sedangkan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mencatatkan laba naik 11,78% menjadi Rp 150,61 miliar hingga September 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 134,73 miliar. Pendapatan perseroan naik 26,7% menjadi Rp 1,73 triliun hingga September 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,36 triliun.
Analis PT First Asia Capital,David Sutyanto menuturkan, sektor konstruksi bergerak signifikan pada semester pertama 2013. Menjelang semester kedua, sektor konstruksi mengalami perlambatan.
Menurut David, perlambatan itu dipengaruhi dari penyerapan anggaran yang lambat. Selain itu, berbagai peraturan Bank Indonesia (BI) yang melemahkan sektor properti berdampak terhadap kinerja sektor konstruksi.
"Dolar Amerika Serikat menguat akan berimbas pada penurunan pendapatan mereka ke depannya. Kalau semester pertama masih optimis, bunga masih rendah jadi kinerja mereka bagus," ujar David saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (30/10/2013).
Untuk rekomendasi saham sektor konstruksi, David merekomendasikan hold untuk sektor saham konstruksi. Akan tetapi David menyarankan belum menambah porsi saham dulu.
"Proyeksi hingga kini pertumbuhan tahun depan tidak akan setinggi pada tahun 2013," kata David.
Sementara itu, Analis PT Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, masih optimistis dengan sektor konstruksi. Pembangunan infrastruktur yang terus berlanjut akan mendukung sektor konstruksi. Apalagi pembangunan infrastruktur untuk proyek pemerintah dapat menguntungkan emiten konstruksi BUMN. (Ahm)
Berdasarkan keterangan yang diterbitkan, Rabu (30/10/2013), PT PP Tbk (PTPP) mencatatkan lonjakan laba bersih 107 % menjadi Rp 218,34 miliar hingga September 2013 dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 105,62 miliar.
Kinerja laba bersih perseroan didorong dari peningkatan pendapatan usaha dari proyek-proyek baru maupun carry over, serta efisiensi yang dilaksanakan secara berkelanjutan.
Pencapaian kinerja laba PTPP ini memang cukup besar dibandingkan emiten sektor konstruksi bangunan yang merilis laporan keuangan kuartal ketiga 2013.
Emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain yang mencatatkan kenaikan laba yaitu PT Adhi Karya Tbk. Perseroan mencatatkan laba baik 104% menjadi Rp 179,76 miliar hingga September 2013. Pendapatan naik 59% menjadi Rp 5,65 triliun hingga September 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 3,56 triliun.
Meski demikian, dalam riset PT Bahana Securities, PT Adhi Karya Tbk memiliki tantangan ke depan yaitu realisasi belanja infrastruktur pemerintah. PT Bahana Securities memproyeksikan, target harga saham ADHI di level Rp 2.200.
Sementara itu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan laba naik 39,9% menjadi Rp 438,47 miliar hingga kuartal ketiga 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 313,93 miliar.
Kenaikan laba juga diikuti kenaikan pendapatan PT Wijaya Karya Tbk sebesar 24,11% menjadi Rp 7,91 triliun hingga September 2013 dari periode sama tahun 2012 sebesar Rp 6,37 triliun. Marjin laba bersih perseroan naik menjadi 5,5% hingga September 2013.
Sedangkan perusahaan konstruksi BUMN lain PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencatatkan kenaikan laba sebesar 14,99% menjadi Rp 118,14 miliar hingga September 2013. Pendapatan perseroan naik 9,5% menjadi Rp 5,14 triliun dari periode sama tahun 2012 Rp 4,7 triliun.
Dalam ulasan riset PT Bahana Securities beberapa waktu lalu, PT Waskita Karya Tbk memiliki tantangan biaya material semakin meningkat. Hal itu seiring kenaikan dolar Amerika Serikat. Selain itu, ada proyek perseroan yang tertunda yang berdampak terhadap kinerja perseroan.
Sedangkan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mencatatkan laba naik 11,78% menjadi Rp 150,61 miliar hingga September 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 134,73 miliar. Pendapatan perseroan naik 26,7% menjadi Rp 1,73 triliun hingga September 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,36 triliun.
Analis PT First Asia Capital,David Sutyanto menuturkan, sektor konstruksi bergerak signifikan pada semester pertama 2013. Menjelang semester kedua, sektor konstruksi mengalami perlambatan.
Menurut David, perlambatan itu dipengaruhi dari penyerapan anggaran yang lambat. Selain itu, berbagai peraturan Bank Indonesia (BI) yang melemahkan sektor properti berdampak terhadap kinerja sektor konstruksi.
"Dolar Amerika Serikat menguat akan berimbas pada penurunan pendapatan mereka ke depannya. Kalau semester pertama masih optimis, bunga masih rendah jadi kinerja mereka bagus," ujar David saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (30/10/2013).
Untuk rekomendasi saham sektor konstruksi, David merekomendasikan hold untuk sektor saham konstruksi. Akan tetapi David menyarankan belum menambah porsi saham dulu.
"Proyeksi hingga kini pertumbuhan tahun depan tidak akan setinggi pada tahun 2013," kata David.
Sementara itu, Analis PT Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, masih optimistis dengan sektor konstruksi. Pembangunan infrastruktur yang terus berlanjut akan mendukung sektor konstruksi. Apalagi pembangunan infrastruktur untuk proyek pemerintah dapat menguntungkan emiten konstruksi BUMN. (Ahm)