Halloween, tradisi perayaan malam tanggal 31 Oktober yang berakar dari budaya Kelt kuno di Irlandia, identik dengan hantu, setan, penyihir, makhluk mengerikan dan segala macam memedi. Namun, 10 tahun lalu, horor datang dalam bentuk nyata. Dari luar angkasa.
Minggu ini di tahun 2003, para ilmuwan di seluruh dunia tercengang campur khawatir saat `badai matahari Halloween` menerjang, mengganggu sistem komunikasi, GPS, bahkan operasi pertahanan Amerika Serikat.
Sementara penduduk di Texas dan Florida, AS menikmati penampakan tarian cahaya aurora, badai matahari raksasa yang terjadi antara 29-31 Oktober 2003 menyebabkan kerusakan hebat di Bumi dan di atas planet manusia. Demikian diungkap pejabat Badan Survei Geologi AS (USGS).
Di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), para astronot diharuskan berlindung dari peningkatan level radiasi yang drastis. Sementara itu, partikel surya membombardir sejumlah satelit -- mematikan satelit milik Jepang ADEOS-II, yang baru diluncurkan setahun sebelumnya. Jaringan terestrial di bawahnya otomatis terganggu.
Kekacauan kala itu sesungguhnya sudah terbaca sejak pertengahan Oktober, ketika terjadi peningkatan aktivitas matahari. Lontaran massa korona (coronal mass ejection) terpantau terjadi pada 28 Oktober 2003.
Badai matahari tahun itu adalah salah satu yang terbesar dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Saking kuatnya ia tak hanya menyerang atmosfer, tapi sampai mengganggu jaringan komunikasi.
Tipe jilatan api matahari (solar flare) yang terkuat dikategorikan sebagai badai matahari kelas-X, dan apa yang terjadi pada tahun 2003 awalnya dinyatakan ada di level X28 pada skala cuaca luar angkasa. Namun level tersebut kemudian dinaikkan ke X45 setelah dilakukan sejumlah studi, menurut Badan Antariksa AS (NASA).
Sebagai perbandingan, suar matahari terkuat dalam siklus cuaca matahari saat ini -- yang dimulai tahun 2008 atau yang dikenal sebagai Solar Cycle 24, adalah level X6,9 pada tahun 2011.
Matahari saat ini sedang dalam periode yang sangat aktif dalam siklus 11 tahunan cuaca antariksa. Sang Surya sudah menembakkan sejumlah solar flare pekan lalu, namun sejauh ini levelnya baru mencapai X1 dan X2.
Maskapai Dialihkan, Listrik Mati
Kembali ke peristiwa tahun 2003, kala itu, maskapai yang biasanya terbang di atas kutub dialihkan rutenya ke lintang yang lebih rendah. Sementara, survei magnetik dan geofisika udara tertunda atau dibatalkan karena tidak mungkin mengumpulkan data. Akurasi GPS meleset, yang berakibat pada konsumen serta militer. Departemen Pertahanan AS bahkan membatalkan misi maritim karena gangguan komunikasi -- demikian keterangan para pejabat USGS.
Warga Amerika Utara, yang baru pulih dari pemadaman listrik besar-besaran pada Agustus 2003, kembali harus merasakan hidup tanpa aliran listrik. Hanya sementara memang, tapi merepotkan, karena manusia modern terlanjur tergantung dengan peralatan elektronik.
Saat matahari memicu arus dalam kerak bumi, operator harus mengambil "langkah-langkah" untuk mencegah pemadaman.
Di sisi lain, badai matahari 2003 adalah pelajaran penting bagi para ilmuwan. Untuk membuat satelit, jaringan komunikasi, dan bagian vital dari infrastruktur di Bumi -- termasuk listrik -- makin kuat. Mengantisipasi datangnya kembali badai matahari yang hanya soal waktu.
Melalui 14 observatorium berbasis tanah milik USGS, para ahli mengumpulkan data soal badai ini. "Mereka "melakukan penelitian mengenai penyebab fisik badai magnetik, dan mengembangkan produk yang berguna untuk meningkatkan kesadaran situasional terkait bahaya geomagnetik secara real-time dan menilai efek berbahaya dari badai magnetik," kata USGS, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains SPACE.com, 31 Oktober 2013.
Data ini juga digunakan oleh Space Weather Prediction Center NOAA dan Badan Cuaca Angkatan Udara AS, antara lain, untuk mengeluarkan prakiraan ketika matahari kembali menggeliat dan aktif. (Ein)
Minggu ini di tahun 2003, para ilmuwan di seluruh dunia tercengang campur khawatir saat `badai matahari Halloween` menerjang, mengganggu sistem komunikasi, GPS, bahkan operasi pertahanan Amerika Serikat.
Sementara penduduk di Texas dan Florida, AS menikmati penampakan tarian cahaya aurora, badai matahari raksasa yang terjadi antara 29-31 Oktober 2003 menyebabkan kerusakan hebat di Bumi dan di atas planet manusia. Demikian diungkap pejabat Badan Survei Geologi AS (USGS).
Di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), para astronot diharuskan berlindung dari peningkatan level radiasi yang drastis. Sementara itu, partikel surya membombardir sejumlah satelit -- mematikan satelit milik Jepang ADEOS-II, yang baru diluncurkan setahun sebelumnya. Jaringan terestrial di bawahnya otomatis terganggu.
Kekacauan kala itu sesungguhnya sudah terbaca sejak pertengahan Oktober, ketika terjadi peningkatan aktivitas matahari. Lontaran massa korona (coronal mass ejection) terpantau terjadi pada 28 Oktober 2003.
Badai matahari tahun itu adalah salah satu yang terbesar dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Saking kuatnya ia tak hanya menyerang atmosfer, tapi sampai mengganggu jaringan komunikasi.
Tipe jilatan api matahari (solar flare) yang terkuat dikategorikan sebagai badai matahari kelas-X, dan apa yang terjadi pada tahun 2003 awalnya dinyatakan ada di level X28 pada skala cuaca luar angkasa. Namun level tersebut kemudian dinaikkan ke X45 setelah dilakukan sejumlah studi, menurut Badan Antariksa AS (NASA).
Sebagai perbandingan, suar matahari terkuat dalam siklus cuaca matahari saat ini -- yang dimulai tahun 2008 atau yang dikenal sebagai Solar Cycle 24, adalah level X6,9 pada tahun 2011.
Matahari saat ini sedang dalam periode yang sangat aktif dalam siklus 11 tahunan cuaca antariksa. Sang Surya sudah menembakkan sejumlah solar flare pekan lalu, namun sejauh ini levelnya baru mencapai X1 dan X2.
Maskapai Dialihkan, Listrik Mati
Kembali ke peristiwa tahun 2003, kala itu, maskapai yang biasanya terbang di atas kutub dialihkan rutenya ke lintang yang lebih rendah. Sementara, survei magnetik dan geofisika udara tertunda atau dibatalkan karena tidak mungkin mengumpulkan data. Akurasi GPS meleset, yang berakibat pada konsumen serta militer. Departemen Pertahanan AS bahkan membatalkan misi maritim karena gangguan komunikasi -- demikian keterangan para pejabat USGS.
Warga Amerika Utara, yang baru pulih dari pemadaman listrik besar-besaran pada Agustus 2003, kembali harus merasakan hidup tanpa aliran listrik. Hanya sementara memang, tapi merepotkan, karena manusia modern terlanjur tergantung dengan peralatan elektronik.
Saat matahari memicu arus dalam kerak bumi, operator harus mengambil "langkah-langkah" untuk mencegah pemadaman.
Di sisi lain, badai matahari 2003 adalah pelajaran penting bagi para ilmuwan. Untuk membuat satelit, jaringan komunikasi, dan bagian vital dari infrastruktur di Bumi -- termasuk listrik -- makin kuat. Mengantisipasi datangnya kembali badai matahari yang hanya soal waktu.
Melalui 14 observatorium berbasis tanah milik USGS, para ahli mengumpulkan data soal badai ini. "Mereka "melakukan penelitian mengenai penyebab fisik badai magnetik, dan mengembangkan produk yang berguna untuk meningkatkan kesadaran situasional terkait bahaya geomagnetik secara real-time dan menilai efek berbahaya dari badai magnetik," kata USGS, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains SPACE.com, 31 Oktober 2013.
Data ini juga digunakan oleh Space Weather Prediction Center NOAA dan Badan Cuaca Angkatan Udara AS, antara lain, untuk mengeluarkan prakiraan ketika matahari kembali menggeliat dan aktif. (Ein)