Kurangnya pasokan kulit ular dan buaya karena pembatasan kuota dari pemerintah mendorong pengusaha produk berbahan baku kulit hewan reptil berniat membangun penangkaran di lingkungan pondok pesantren.
Pendiri CV Java Reptil, Eni Kurnia Wasiati mengungkapkan, pihaknya mengincar lahan di lingkungan pondok pesantren untuk merealisasikan ambisi tersebut.
"Kami sudah lama melirik PBNU untuk bisa bekerja sama memperoleh lahan di pondok pesantren, mengingat sangat sulit mencari lahan luas saat ini," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Sabtu (2/11/2013).
Untuk tahap awal, dia mengakui, membutuhkan lahan luas sekitar 1.000-2.000 meter persegi. Penangkaran tersebut nantinya akan diisi untuk satu jenis binatang (buaya). Sementara ular bisa ditempatkan dalam kandang.
"Buaya perlu ruang terbuka untuk berjemur, sebab buaya cepat besar kalau langsung terkena sinar matahari. Dan kalau sudah berjalan, impiannya ingin ditambah hewan lain seperti rusa, dan sebagainya," jelasnya.
Pihaknya juga berharap bisa menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sedangkan untuk bibit akan disediakan Java Reptil. "Kami pilih di pondok pesantren karena memiliki lahan luas dan supaya mereka melek ekonomi. Sebab biasanya pondok pesantren lebih fokus kepada agama," terangnya.
Sayang, mimpi besar ini harus mentok di permodalan. Dia mengaku belum memiliki dana cukup untuk merealisasikan rencana tersebut tahun ini. "Saya butuh dana sekitar Rp 1 miliar. Makanya saya butuh pinjaman lunak seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN)," pungkas dia. (Fik/Ndw)
Pendiri CV Java Reptil, Eni Kurnia Wasiati mengungkapkan, pihaknya mengincar lahan di lingkungan pondok pesantren untuk merealisasikan ambisi tersebut.
"Kami sudah lama melirik PBNU untuk bisa bekerja sama memperoleh lahan di pondok pesantren, mengingat sangat sulit mencari lahan luas saat ini," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Sabtu (2/11/2013).
Untuk tahap awal, dia mengakui, membutuhkan lahan luas sekitar 1.000-2.000 meter persegi. Penangkaran tersebut nantinya akan diisi untuk satu jenis binatang (buaya). Sementara ular bisa ditempatkan dalam kandang.
"Buaya perlu ruang terbuka untuk berjemur, sebab buaya cepat besar kalau langsung terkena sinar matahari. Dan kalau sudah berjalan, impiannya ingin ditambah hewan lain seperti rusa, dan sebagainya," jelasnya.
Pihaknya juga berharap bisa menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sedangkan untuk bibit akan disediakan Java Reptil. "Kami pilih di pondok pesantren karena memiliki lahan luas dan supaya mereka melek ekonomi. Sebab biasanya pondok pesantren lebih fokus kepada agama," terangnya.
Sayang, mimpi besar ini harus mentok di permodalan. Dia mengaku belum memiliki dana cukup untuk merealisasikan rencana tersebut tahun ini. "Saya butuh dana sekitar Rp 1 miliar. Makanya saya butuh pinjaman lunak seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN)," pungkas dia. (Fik/Ndw)