Pemimpin redaksi (Pimred) koran Bahar di Iran, Saeed Pourazizi dipenjara atas dimuatnya artikel tentang Nabi Muhammad yang isinya dinilai ofensif terhadap umat Muslim Syiah.
"Saeed Pourazizi dipanggil ke kantor kejaksaan pada hari Sabtu. Lalu ditangkap dan dipindahkan ke penjara Evin," kata istri Saeed, Masoumeh Shahriari kepada Fars yang dimuat Al Jazeera, Minggu (3/11/2013).
Artikel yang dimuat koran Bahar itu mengekspresikan keraguan apakah Nabi Muhammad menunjuk seorang khalifah untuk menggantikannya setelah ia wafat atau tidak.
Hal tersebut dinilai bertentangan keras dengan kepercayaan umat Syiah yang meyakini Nabi Muhammad menunjuk khalifah Ali bin Abi Talib untuk meneruskannya berdakwah dan menyebarkan agama Islam.
Masoumeh mengungkap, pihak kejaksaan telah menutup kemungkinan damai dengan cara membayar denda dan membebaskan Saeed. "Mereka tak memberitahu kita berapa dendanya. Tapi sudah menutup begitu saja," ujarnya.
Sejak artikel yang dimuat Bahar beredar, sejumlah protes langsung muncul hingga membuat kantor dan peredaran koran itu ditutup sementara. Pihak Bahar pun menyatakan permintaan maafnya. Mereka menyatakan, artikel itu tak bermaksud mengekspresikan keraguan seperti itu.
Menteri Budaya Iran Ali Janati menyatakan, pemerintah sebelumnya sudah memberi peringatan kepada koran Bahar. Kepala Badan Yudisial Iran Ayatollah Sadegh Larijani menegaskan pihaknya akan bertindak tegas kepada siapa saja yang memalsukan sejarah dan melemahkah dasar-dasar kepercayaan.
Harian Bahar baru 1 tahun kembali beredar setelah sempat dilarang sejak beberapa tahun lalu. Namun kini koran itu harus kembali ditutup dan menjadi koran pertama yang dilarang sejak menjabatnya Presiden Hassan Rouhani -- sosok moderat yang diyakini bisa membawa angin segar atas kebebasan sosial. Sebelumnya beberapa wartawan reformis dibebaskan sejak Rouhani menjabat. (Riz)
Advertisement