Natasha Simmonds (16), seorang remaja di Inggris akhirnya meninggal dunia setelah dirawat oleh 13 dokter. Nyawanya tidak dapat diselamatkan setelah ia mengeluhkan sakit kepala yang hebat.
Menurut ibunya, Sarah Simmonds, semua dokter melakukan tindakan yang terlambat dengan tidak segera membuat keputusan untuk scan MRI. Bahkan Sarah menuduh salah satu dokter menolak untukmelakukan pemindaian pada anaknya.
Seperti ditulis Dailymail, Senin (4/11/2013) Natasha sebelumnya mengeluhkan sakit kepala, mati rasa di tubuhnya, muntah dan masalah dengan penglihatannya. Tapi ketika itu dokter menganggapnya sebagai migrain biasa.
Sehingga pada 11 bulan kemudian, Natasha akhirnya diperiksa empat dokter anak, enam dokter dan tiga dokter A & E (Accident and Emergency), semuanya gagal mendiagnosa kanker. Hingga ia dirujuk ke RS lain dan diperiksa Dr Downie.
Dr. Downie akhirnya memutuskan untuk MRI pada bulan November dan hasilnya disampaikan pada delapan hari sebelum Natasha meninggal. Scan menunjukkan Natasha menderita kanker langka yaitu oligodendroglioma (tumor yang terjadi akibat sel-sel yang terletak di jaringan ikat mengelilingi sel-sel saraf otak dan rentan dialami perempuan).
Dr Downie mengatakan, ia sangat menyesal karena tidak bisa melakukan pemindaian segera. Karena kanker sudah menyebar begitu parahnya. Saat itu Natasha langsung melakukan dua operasi darurat pada otak dan tulang belakang. Tapi akhirnya ia meninggal pada 24 Januari akibat kanker yang menyebabkan kerusakan paru-paru.
Seorang juru bicara untuk Royal United Hospital NHS Trust Bath, rumah sakit tempat Natasha dirawat mengatakan, dalam beberapa minggu ke depan akan ada banyak dokter yang akan bertemu untuk membahas kasus ini dan memastikan bahwa kasus ini tidak akan lagi terjadi.
(Fit/Abd)
Menurut ibunya, Sarah Simmonds, semua dokter melakukan tindakan yang terlambat dengan tidak segera membuat keputusan untuk scan MRI. Bahkan Sarah menuduh salah satu dokter menolak untukmelakukan pemindaian pada anaknya.
Seperti ditulis Dailymail, Senin (4/11/2013) Natasha sebelumnya mengeluhkan sakit kepala, mati rasa di tubuhnya, muntah dan masalah dengan penglihatannya. Tapi ketika itu dokter menganggapnya sebagai migrain biasa.
Sehingga pada 11 bulan kemudian, Natasha akhirnya diperiksa empat dokter anak, enam dokter dan tiga dokter A & E (Accident and Emergency), semuanya gagal mendiagnosa kanker. Hingga ia dirujuk ke RS lain dan diperiksa Dr Downie.
Dr. Downie akhirnya memutuskan untuk MRI pada bulan November dan hasilnya disampaikan pada delapan hari sebelum Natasha meninggal. Scan menunjukkan Natasha menderita kanker langka yaitu oligodendroglioma (tumor yang terjadi akibat sel-sel yang terletak di jaringan ikat mengelilingi sel-sel saraf otak dan rentan dialami perempuan).
Dr Downie mengatakan, ia sangat menyesal karena tidak bisa melakukan pemindaian segera. Karena kanker sudah menyebar begitu parahnya. Saat itu Natasha langsung melakukan dua operasi darurat pada otak dan tulang belakang. Tapi akhirnya ia meninggal pada 24 Januari akibat kanker yang menyebabkan kerusakan paru-paru.
Seorang juru bicara untuk Royal United Hospital NHS Trust Bath, rumah sakit tempat Natasha dirawat mengatakan, dalam beberapa minggu ke depan akan ada banyak dokter yang akan bertemu untuk membahas kasus ini dan memastikan bahwa kasus ini tidak akan lagi terjadi.
(Fit/Abd)