Citizen6, Jakarta: Ibukota Jakarta, dengan kepadatan penduduk 13.667,01 jiwa per km2, memproduksi sampah sebanyak 7.896 ton setiap harinya. Ini setara dengan setengah volume Candi Borobudur. Berdasarkan data dari Penelitian oleh Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (PSTL FTUI), 17 persen dari jumlah tersebut atau sebanyak 1.342 ton merupakan sampah plastik yang sulit untuk terurai secara alami. Angka tersebut berbanding terbalik dengan jumlah kegiatan pendaurulangan sampah yang dilakukan.
Bila keadaan tersebut terus terjadi maka bukanlah tidak mungkin pada 50 tahun mendatang wilayah Jakarta akan dipenuhi oleh sampah plastik. Memang dampaknya tidak dapat dirasakan dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang penumpukan sampah tersebut dapat berakibat pada kesehatan dan kelestarian ekosistem itu sendiri.
Melihat fakta tersebut, banyak masyarakat mulai melakukan gaya hidup hijau dengan membawa tumbler. Aksi kampanye untuk mengajak masyarakat menerapkan kebiasan tersebut marak dilakukan oleh banyak aktivis lingkungan. Dampak positif kampanye tersebut menjadikan kebiasaan membawa tumbler sebagai trend gaya hidup masyarakat urban.
Namun, trend membawa tumbler tersebut tidak signifikan mengurangi produksi botol plastik. Salah seorang peserta mengatakan,"Saya sering kekurangan air minum walaupun sudah membawa botol minum sendiri. Jadinya ya tetep membeli air kemasan."
Mengingat kebutuhan air minum manusia setiap hari tidak seimbang volume tumbler yang ergonomis, maka botol plastik sekali pakai tetap menjadi opsi untuk mengisi ulang. Hal tersebut mengurangi esensi kegunaan tumbler itu sendiri, yaitu mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai.
Oleh karena itu, melalui Petisi KOPHI Isi Tumbler (ITEM), Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) bersama Hijauku.com dan Coffee Institute, mengajak perusahaan-perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) untuk mengurangi produksi botol plastik sekali pakai dengan mengadakan mesin pengisian air minum berbayar di berbagai lokasi umum.
Untuk menggalang lebih banyak suara, KOPHI bersama berbagai komunitas yang bergerak di bidang lingkungan menyelenggarakan kampanye KOPHI ITEM pada Minggu, 3 November 2013, saat Car Free Day di Bundaran Hotel Indonesia.
Melalui kampanye tersebut, KOPHI berhasil mendapatkan lebih dari 50 tanda tangan tambahan. Dengan dukungan dari masyarakat luas, KOPHI optimis pengadaan mesin air minum berbayar tersebut dapat segera terlaksana, sehingga semakin banyak masyarakat yang membawa botol minum sendiri dan berkurangnya penggunaan botol plastik sekali pakai. (Sri Rizki Kesuma Ningrum/mar)
Sri Rizki Kesuma Ningrum adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Bila keadaan tersebut terus terjadi maka bukanlah tidak mungkin pada 50 tahun mendatang wilayah Jakarta akan dipenuhi oleh sampah plastik. Memang dampaknya tidak dapat dirasakan dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang penumpukan sampah tersebut dapat berakibat pada kesehatan dan kelestarian ekosistem itu sendiri.
Melihat fakta tersebut, banyak masyarakat mulai melakukan gaya hidup hijau dengan membawa tumbler. Aksi kampanye untuk mengajak masyarakat menerapkan kebiasan tersebut marak dilakukan oleh banyak aktivis lingkungan. Dampak positif kampanye tersebut menjadikan kebiasaan membawa tumbler sebagai trend gaya hidup masyarakat urban.
Namun, trend membawa tumbler tersebut tidak signifikan mengurangi produksi botol plastik. Salah seorang peserta mengatakan,"Saya sering kekurangan air minum walaupun sudah membawa botol minum sendiri. Jadinya ya tetep membeli air kemasan."
Mengingat kebutuhan air minum manusia setiap hari tidak seimbang volume tumbler yang ergonomis, maka botol plastik sekali pakai tetap menjadi opsi untuk mengisi ulang. Hal tersebut mengurangi esensi kegunaan tumbler itu sendiri, yaitu mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai.
Oleh karena itu, melalui Petisi KOPHI Isi Tumbler (ITEM), Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) bersama Hijauku.com dan Coffee Institute, mengajak perusahaan-perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) untuk mengurangi produksi botol plastik sekali pakai dengan mengadakan mesin pengisian air minum berbayar di berbagai lokasi umum.
Untuk menggalang lebih banyak suara, KOPHI bersama berbagai komunitas yang bergerak di bidang lingkungan menyelenggarakan kampanye KOPHI ITEM pada Minggu, 3 November 2013, saat Car Free Day di Bundaran Hotel Indonesia.
Melalui kampanye tersebut, KOPHI berhasil mendapatkan lebih dari 50 tanda tangan tambahan. Dengan dukungan dari masyarakat luas, KOPHI optimis pengadaan mesin air minum berbayar tersebut dapat segera terlaksana, sehingga semakin banyak masyarakat yang membawa botol minum sendiri dan berkurangnya penggunaan botol plastik sekali pakai. (Sri Rizki Kesuma Ningrum/mar)
Sri Rizki Kesuma Ningrum adalah pewarta warga.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.