Harga Minyak Jatuh Ditimpa Kuatnya Dolar AS

Harga minyak turun ditimpa penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap euro.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 08 Nov 2013, 07:47 WIB

Harga minyak pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) turun ditimpa penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap euro usai Bank Sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) memangkas suku bunga acuannya ke level terendah.

Seperti dikutip dari Xinhua, Jumat (8/11/2013), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember turun US$ 60 sen menjadi US$ 94,2 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Sementara, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember merosot US$ 1,78 menjadi US$ 103,46 per barel .

ECB baru saja memangkas suku bunga acuannya dari 0,5% menjadi 0,25% guna mendorong pemulihan ekonomi di kawasan Eropa.

sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan, ekonomi negaranya tumbuh 2,8% pada kuartal III sebelum penghentian sementara operasional pemerintah terjadi di sana (shutdown AS).

Angka ini jauh melampai prediksi para analis sebesar 2% dan ebih tinggi dari kenaikan 2,5 persen pada kuartal sebelumnya.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah penduduk AS yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran hingga akhir pekan lalu turun 9.000 menjadi 336 ribu orang.

Data ekonomi AS yang lebih baik dari prediksi ditambah keputusan ECB untuk memangkas suku bunga acuannua secara tiba-tiba telah membuat dolar melambung tinggi. Penguatan nilai tukar tersebut membuat harga minyak berdenominasi dolar jadi lebih mahal bagi para investor yang menggunakan mata uang lain.

Sementara itu, tingginya pasokan energi beberapa tahun ke depan juga turut menekan harga minyak.

Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) mengungkapkan, pertumbuhan pasokan minyak shale AS juga ikut menyebabkan permintaan hasil produksinya menurun.

Organisasi ekspor minyak internasional tersebut memprediksi permintaan minyak mentah AS akan anjlok dari 30,3 juta barel saat ini menjadi 29,2 juta barel pada 2018. (Sis/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya