Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta menyatakan Indonesia sudah menguasai empat dari lima teknologi mobil listrik. Namun satu lagi yang belum bisa dipahami putra bangsa perihal teknologi tumber energi dari kendaraan ini, yakni batere.
Gusti mengaku saat ini instansinya masih meneliti bagaimana menemukan teknologi yang mampu menciptakan batere berkapasitas besar namun berukuran kecil.
"Bagi saya dari lima teknologi kunci, kami dari Kemeneristek tetap ingin menguasai baterai. Yang empat sudah kita kuasai. Baterai kita masih meneliti supaya baterai itu ukurannya kecil tapi daya tinggi. Itu yang sedang kita jalankan terus," kata Gusti di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (8/11/2013).
Selain itu, agar pengembangan mobil listrik dapat berjalan sesuai keinginan, Gusti meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tidak mempersulit dalam proses perizinannya. Pasalnya mobil tersebut masih dalam tahap uji coba.
"Kita juga sudah ada koordinasi bagus dengan Kemenhub kalau sifatnya masih tahap, masih penelitian atau uji coba itu janganlah pakai izin-izin dengan Kemehub. Itu agak rumit," ungkap dia.
Menurut Gusti, saat ini Kemenhub sudah memberikan kelonggaran, di mana instansi ini sepakat mobil listrik tidak disetarakan seperti mobil komersial.
"Itu sudah ada kemajuan. Itu agak terlambat kita waktu mau menguji di jalan yang beneran susah izinnya dan bermacam," tutur dia.
Gusti menargetkan, Indonesia dapat mulai memproduksi mobil listrik secara massal pada 2016. Setidaknya membutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk menguasai teknologi baterai tersebut.
"Kita di roadmap mulai 2016 sudah mulai memproduksi beberapa yang betul-betul. Baru beberapa puluh, ratus baru ribuan. Kalau sekarang baru tahap penciptaan prototype dan penyempurnaan. Kita kalau sekedar memproduksi sebentar saja tinggal beli baterai di luar negeri jadi tapi kita pingin yag dikuasai di dalam negeri," pungkasnya. (Pew/Nur)
Gusti mengaku saat ini instansinya masih meneliti bagaimana menemukan teknologi yang mampu menciptakan batere berkapasitas besar namun berukuran kecil.
"Bagi saya dari lima teknologi kunci, kami dari Kemeneristek tetap ingin menguasai baterai. Yang empat sudah kita kuasai. Baterai kita masih meneliti supaya baterai itu ukurannya kecil tapi daya tinggi. Itu yang sedang kita jalankan terus," kata Gusti di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (8/11/2013).
Selain itu, agar pengembangan mobil listrik dapat berjalan sesuai keinginan, Gusti meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tidak mempersulit dalam proses perizinannya. Pasalnya mobil tersebut masih dalam tahap uji coba.
"Kita juga sudah ada koordinasi bagus dengan Kemenhub kalau sifatnya masih tahap, masih penelitian atau uji coba itu janganlah pakai izin-izin dengan Kemehub. Itu agak rumit," ungkap dia.
Menurut Gusti, saat ini Kemenhub sudah memberikan kelonggaran, di mana instansi ini sepakat mobil listrik tidak disetarakan seperti mobil komersial.
"Itu sudah ada kemajuan. Itu agak terlambat kita waktu mau menguji di jalan yang beneran susah izinnya dan bermacam," tutur dia.
Gusti menargetkan, Indonesia dapat mulai memproduksi mobil listrik secara massal pada 2016. Setidaknya membutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk menguasai teknologi baterai tersebut.
"Kita di roadmap mulai 2016 sudah mulai memproduksi beberapa yang betul-betul. Baru beberapa puluh, ratus baru ribuan. Kalau sekarang baru tahap penciptaan prototype dan penyempurnaan. Kita kalau sekedar memproduksi sebentar saja tinggal beli baterai di luar negeri jadi tapi kita pingin yag dikuasai di dalam negeri," pungkasnya. (Pew/Nur)