Presiden Meresmikan Pusat Pengembangan Ikan Hias

Presiden Megawati meresmikan pusat pengembangan (raiser) dan pemasaran ikan hias yang terletak di Cibinong, Jabar. Pemerintah membuka peluang luas bagi kalangan perbankan untuk membiayai sektor perikanan.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Mar 2004, 08:13 WIB
Liputan6.com, Bogor: Presiden Megawati Sukarnoputri meresmikan pusat pengembangan (raiser) dan pemasaran ikan hias yang terletak di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Ahad (14/3). Presiden berharap pusat pemasaran ikan hias akan membawa Indonesia menjadi eksportir ikan hias terbesar di dunia dan mampu menghasilkan devisa lebih dari US$ 100 juta setahun.

Pemerintah membangun fasilitas raiser senilai Rp 18 miliar itu di atas lahan seluas lima hektare dengan demikian fasilitas tersebut menjadi pusat ikan hias terbesar di Asia tenggara. Pemerintah akan terus mengembangkan pusat pengembangan ini hingga pada 2006 akan mencakup lahan seluas lebih dari 17 hektare. Bila hal itu menjadi kenyataan maka fasilitas ini akan menjadi pusat ikan hias terbesar di dunia. Pembangunan tersebut merupakan kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang juga didukung Pemerintah Kabupaten Bogor.

Melalui peresmian fasilitas ini, pemerintah berencana membawa Indonesia menjadi eksportir ikan hias terbesar di dunia pada 2006 mendatang. Seperti diucapkan presiden, "Kita bisa menjadi negara nomor satu di dalam memproduksi dan menjual ikan hias". Hadir menyertai presiden di antaranya Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri, Menteri Riset dan Teknologi Hatta Radjasa, dan Gubernur Jabar Danny Setiawan.

Potensi ekonomi bisnis ikan hias sangat menjanjikan karena perputaran uang dalam bisnis ini mencapai sekitar US$ 14 miliar per tahun. Indonesia berharap memperoleh setidaknya satu persen dari angka itu atau sekitar US$ 140 juta per tahun. Saat ini, Indonesia sebagai eksportir ikan hias dengan volume penjualan urutan kesebelas di dunia serta mampu menghasilkan devisa sekitar US$ 15 juta. Eksportir ikan hias terbesar masih berada di tangan Singapura meskipun 90 persen komoditinya dari Indonesia. Singapura saat ini menguasai sekitar 38 persen pangsa pasar ikan hias dunia dengan nilai ekspor sekitar US$ 100 juta.

Tak cuma itu, pemerintah juga membuka peluang luas bagi sektor perbankan untuk membiayai sektor industri perikanan. Selama ini baru dua persen pelaku perbankan yang meminati sektor perikanan. Padahal peluang industri perikanan dan kelautan adalah sektor industri masa depan yang akan menjadi incaran para investor asing. Perluasan peluang tersebut disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri.

Dahuri menyadari hal tersebut lebih disebabkan karena sektor swasta menunggu pembentukan perusahaan inti yang menaungi ratusan nelayan kecil. Selain itu dari total jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun sektor perikanan sebesar Rp 3 triliun baru Bank Mandiri yang telah memanfaatkan peluang tersebut. "Bank Mandiri sudah 50 persen", ujar Dahuri menjelaskan jumlah dana yang sudah disalurkan.

Minimnya sektor perbankan dan keuangan tersebut akan memperlemah daya saing produk olahan perikanan. Seperti sektor ikan tuna kalah bersaing dengan nelayan Taiwan di pasar Eropa dan Jepang. Dahuri membenarkan perlu adanya penyederhanaan birokrasi perizinan dan pembiayaan bagi nelayan Indonesia untuk memiliki sarana kapal modern.(TOZ/Miko Toro, Satya Pandia, dan Frans Ambudi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya