China Bakal Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Jadi 7%

Pemerintah China berpotensi memangkas pertumbuhan ekonominya guna menghindari resiko peningkatan jumlah utang.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 12 Nov 2013, 11:49 WIB
China secara konsinten selalu mampu melampaui target pertumbuhan ekonomi tahunannya. Namun saat ini pemangkasan target pertumbuhan ekonomi masih dibutuhkan guna menghindari risiko peningkatan jumlah utang dan menahan lonjakan sejumlah harga properti di China.

Seperti dikutip dari CNBC, Selasa (12/11/2013), dalam beberapa tahun terakhir Beijing selalu berusaha mencapai target pertumbuhan sebesar 7,5%. Sementara China International Capital Corp (CICC), bank investasi yang dipimpin Levin Zhu memprediksi pemerintahnya akan memangkas target pertumbuhan ekonomi menjadi 7%.

Kepala ekonom CICC, Peng Wensheng bersama para analis CICC mengatakan, target pemangkasan tersebut akan menyediakan ruang bagi pemerintah China guna menerapkan sejumlah rencana reformasi pada 2014.  Keputusan tersebut menyusul pleno yang diselenggarakan partai komunis sejak Sabtu pekan lalu.

Para analis CICC menjelaskan, sejumlah reformasi yang direncanakan akan membuat China dapat melancarkan pertumbuhan ekonominya.
Peng juga menambahkan, sejumlah rencana reformasi akan fokus pada deregulasi finansial, mendorong tingkat konsumsi dan pasar properti. Sementara dalam jangka pendek, proses reformasi tak akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi China.

Sejauh ini, belum ada pengumuman resmi tentang  hasil pleno tersebut. Kantor berita China Xinhua mengatakan, pernyataan mengenai reformasi tersebut merupakan prioritas tertinggi bagi China. Tetapi hingga saat ini rincian bentuk reformasi yang diperlukan belum diumumkan secara rinci.

CICC mengungkapkan, target pertumbuhan yang lebih rendah akan mendorong Bank Sentral China menahan kebijakan moneternya dengan landasan yang lebih ketat. Saat ini, pergeseran landasan moneter di China sudah mulai tampak.

Senin kemarin, CICC melaporkan, bank-bank di China menerbitkan sejumlah pinjaman baru bernilai Rmb 506 miliar pada Oktober. Angka tersebut lebih rendah dari September senilai Rmb 787 miliar.

Sementara itu seluruh penerbitan obligasi baru merosot dari Rmb 1,4 triliun pada September menjadi Rmb 856 miliar pada Oktober.

"Jumlah kredit Oktober tersebut menunjukkan sikap yang jelas dari pemerintah China. Kami berharap pemerintahnya bersikap lebih tegas dalam mengelola pertumbuhan ekonomi dalam beberapa kuartal ke depan," ujar ekonom di Royal Bank of Scotland di Hong Kong Louis Kuijs. (Sis/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya