Tanpa gelar di Denmark Open dan Korea Open ternyata tidak terlalu mengecewakan Ketua Umum PB PBSI Gita Wirjawan. Di Denmark Open, Indonesia berpeluang meraih gelar lewat ganda putra Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan. Namun, juara Dunia 2013 itu kalah dari ganda Korea, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong. Sementara di Korea, Indonesia memang tidak mengirimkan pemain utama.
"Puncak kita memang di Guangzhou (Kejuaraan Dunia) pada Agustus, di mana kita meraih dua gelar (ganda putra dan ganda campuran). Di Korea kita memang tidak mengirim pemain lini satu, tapi kedua. Sementara di Denmark Ahsan mengalami cedera. Itu mungkin yang menjadi salah satu faktor kenapa kita tidak gemilang di Denmark dan Korea," kata Gita dalam kunjungannya ke kantor redaksi Liputan6.com, Selasa (12/11/2013).
Namun, ia memuji perjuangan para pebulu tangkis muda yang tampil dalam kejuaraan beregu BWF World Junior Championships 2013 di Bangkok, Thailand, pada Oktober silam. Di semifinal, Jonatan Christie dan kawan-kawan menumbangkan China 3-1. Sayang, di partai puncak Indonesia takluk 2-3 dari Korea.
"Itu prestasi yang luar biasa secara beregu. Kita sudah lama tidak mengalahkan China," ucap Gita. "Tapi kalau Anda lihat, kekuatan kita sudah lebih merata. Tak hanya di ganda putra dan ganda campuran, tapi juga tunggal putra dan tunggal putri."
Gita mencontohkan Jonathan Christie. Pebulu tangkis berusia 17 tahun itu dinilainya sebagai penerus Taufik Hidayat. "Dia bisa menjadi Taufik yang baru, hanya sikap di lapangannya perlu dibenahi," ujarnya. "Selain itu, ada ganda campuran Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin dan juga tunggal putri Hanna Ramadini."
Dalam lima tahun ke depan, Gita memang mentargetkan Indonesia juga dapat kembali berjaya di nomor tunggal putra, tunggal putri, serta ganda putri. "Jangan hanya juara di ganda putra dan ganda campuran saja," ujar Gita. "Dengan talenta-talenta yang ada saat ini, tidak ada alasan dalam dua atau tiga tahun ke depan kita tidak bisa jadi juara di tunggal putra, bahkan di tunggal putri. Karena pemupukannya sudah dilakukan dari sekarang."(Bog)
"Puncak kita memang di Guangzhou (Kejuaraan Dunia) pada Agustus, di mana kita meraih dua gelar (ganda putra dan ganda campuran). Di Korea kita memang tidak mengirim pemain lini satu, tapi kedua. Sementara di Denmark Ahsan mengalami cedera. Itu mungkin yang menjadi salah satu faktor kenapa kita tidak gemilang di Denmark dan Korea," kata Gita dalam kunjungannya ke kantor redaksi Liputan6.com, Selasa (12/11/2013).
Namun, ia memuji perjuangan para pebulu tangkis muda yang tampil dalam kejuaraan beregu BWF World Junior Championships 2013 di Bangkok, Thailand, pada Oktober silam. Di semifinal, Jonatan Christie dan kawan-kawan menumbangkan China 3-1. Sayang, di partai puncak Indonesia takluk 2-3 dari Korea.
"Itu prestasi yang luar biasa secara beregu. Kita sudah lama tidak mengalahkan China," ucap Gita. "Tapi kalau Anda lihat, kekuatan kita sudah lebih merata. Tak hanya di ganda putra dan ganda campuran, tapi juga tunggal putra dan tunggal putri."
Gita mencontohkan Jonathan Christie. Pebulu tangkis berusia 17 tahun itu dinilainya sebagai penerus Taufik Hidayat. "Dia bisa menjadi Taufik yang baru, hanya sikap di lapangannya perlu dibenahi," ujarnya. "Selain itu, ada ganda campuran Kevin Sanjaya/Masita Mahmudin dan juga tunggal putri Hanna Ramadini."
Dalam lima tahun ke depan, Gita memang mentargetkan Indonesia juga dapat kembali berjaya di nomor tunggal putra, tunggal putri, serta ganda putri. "Jangan hanya juara di ganda putra dan ganda campuran saja," ujar Gita. "Dengan talenta-talenta yang ada saat ini, tidak ada alasan dalam dua atau tiga tahun ke depan kita tidak bisa jadi juara di tunggal putra, bahkan di tunggal putri. Karena pemupukannya sudah dilakukan dari sekarang."(Bog)