Bak pulau tak berpenghuni. Sejumlah wilayah di Filipina, Vietnam, dan China kini jauh dari hiruk pikuk kehidupan rakyatnya. Hantaman Topan 'monster' Haiyan telah mengingatkan kembali kedahsyatan tsunami Aceh pada 2004 lalu.
Saking kencangnya, apa pun yang dilewati Topan Haiyan di Filipina pada Jumat 8 November lalu pasti rusak dan hancur. Namun tak demikian dengan anak-anak yatim di sebuah panti asuhan yang didirikan oleh orang asing bernama Erlend Johanndsen. 50 Anak yatim yang bertengger di atap bangunan dan dekat dengan maut, justru berhasil bertahan dan selamat. Benar-benar ajaib! Mereka luput dari maut namun masih bisa tersenyum setelah pengalaman mengerikan yang mereka alami. Mungkin itulah kemanjuran doa anak-anak yatim yang dikabulkan oleh Sang Pencipta.
Tak terkira dampak topan bagi warga Filipina. Seperti dimuat situs National Post, di Tacloban dan wilayah sekitarnya di Pulau Leyte, konvoi bantuan kemanusiaan dijarah, juga apapun yang ada di toko-toko. Pelakunya adalah korban selamat yang kelaparan. "Sejumlah orang kehilangan akal sehat gara-gara kelaparan dan kehilangan anggota keluarga," kata Andrew Pomeda, seorang guru di Tacloban.
Sementara, salah satu penduduk lokal menggambarkan, penduduk Tacloban yang shock, kehilangan rumah, dan tak punya makanan seperti bukan lagi manusia, akibat terjangan angin kecepatan maksimum 125 knot atau 230 km/jam. "Orang-orang berkeliaran di jalanan mirip zombie, mencari makanan," kata Jenny Chu, seorang pelajar.
Di tengah keputusasaan datangan kabar bahagia dari seorang ibu muda bernama Emily Ortega. Perempuan berusia 21 itu melahirkan buah hatinya, bayi Bea Joy Sagales selamat saat angin topan dan badai Haiyan menerjang. Emily bahkan berhasil melahirkan Bea di tengah amukan topan 'monster' itu.
Sementara para warga yang selamat lainnya, mencoba merajut asa dengan secarik kertas harapan. Mereka menulis nama dan pesan pasca-selamat dari terjangan topan 'monster' itu. Kemudian memberikannya kepada seorang wartawan agar bisa dipublikasikan.
Mirip Tsunami Aceh
Bahkan dari ketinggian 36.000 kilometer di atas Bumi, Topan Haiyan terlihat dahsyat. Apalagi, dampak yang ditimbulkan di sebagian wilayah Filipina: bangunan yang rata dengan tanah, jasad-jasad yang bergelantungan di pepohonan, korban jiwa bahkan diperkirakan mencapai 10 ribu orang. Mereka yang selamat pun harus mengalami kondisi menyedihkan.
Sejumlah orang bahkan memperbandingkan kerusakan akibat badai dengan malapetaka yang terjadi akibat Tsunami 2004 di Samudera Hindia, yang dipicu gempa dahsyat 9,1 skala Richter yang terjadi di Pulau Sumatra, 26 Desember 2004 lalu. Memori tentang bencana dahsyat tsunami Aceh pun terngiang-ngiang di benak orang Indonesia.
"Kali terakhir aku melihat sesuatu dari skala (kehancuran) ini adalah pasca-tsunami Samudera Hindia," kata Sebastian Rhodes Stampa, kepala tim penilai bencana PBB yang mengunjungi area terdampak Haiyan di Filipina Sabtu lalu, seperti Liputan6.com kutip dari The New York Times.
Dampak Topan Haiyan Filipina 8 November 2013 dinilai mirip Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Palang Merah Indonesia (PMI) dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pun akan mengulurkan tangan.
"Sama tingkat kerusakannya," ucap Ketua Umum PMI Jusuf Kalla di Sydney, Australia, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta.
Lindu 9,1 SR pada tahun 2004 memicu gelombang raksasa yang menyapu sejumlah pantai di Samudera Hindia hingga ketinggian 30 meter. Tidak hanya Indonesia (Aceh), gelombang tsunami tersebut juga menghantam Thailand, pantai Barat Semenanjung Malaysia, Sri Lanka, India, hingga Pantai Timur Afrika. Indonesia, Thailand, Sri Lanka, India, tercatat sebagai negara terparah yang terkena dampak gelombang tsunami.
Kebanyakan orang yang terkena dampak Tsunami 2004 tak mendapat peringatan, gelombang raksasa datang terlalu cepat tanpa diduga. Bahkan, para ahli di Pacific Tsunami Warning Center di Honolulu sempat tak tahu bahwa gempa diikuti tsunami -- sampai ada kabar gelombang tinggi menghantam Sri Lanka. Sementara, aparat Filipina telah memberi peringatan dini, beberapa hari sebelum Haiyan datang. Sebanyak 800 ribu orang sudah pindah ke penampungan yang lebih aman.
Namun, pihak pemerintah sama sekali tak mengira, badai akan diikuti gelombang setinggi 6 meter -- yang akhirnya justru membanjiri penampungan.
Tsunami 2004 menerjang dataran rendah di 14 negara, bahkan hingga Australia dan Kenya. Sementara, Haiyan menghantam wilayah Filipina tengah. Lalu sebagian Vietnam dan China. Meski areanya lebih sempit, Haiyan mengakibatkan kerusakan, termasuk di daerah tinggi yang jauh dari pantai, dipicu angin badai yang kuat.
Apapun, kedua bencana itu bersifat mematikan. Mengetuk hati dunia untuk kembali bertindak dan menyalurkan bantuan. Presiden ICRC Peter Maurer yang didampingi Head of Delegation ICRC Asia Pasifik Alain Aeschliman mengatakan, keterlibatan pihaknya membantu korban Topan Haiyan di Filipina karena sebagian lokasi bencana tersebut merupakan wilayah konflik antara Pemerintah Filipina dengan pemberontak.
"Pengalaman Pak Jusuf Kalla menyelesaikan bencana tsunami di Aceh, secara bersama menyelesaikan konflik antara Pemerintah RI dan GAM saat itu, menjadi salah satu penilaian sehingga ICRC mengajak PMI bekerja sama di Filipina," jelas Maurer.
ICRC juga telah menyiapkan dana sekitar US$ 15 juta untuk digunakan dalam operasi bantuan kemanusiaan bagi korban Topan Haiyan yang menerjang Filipina. ICRC mengharapkan PMI bisa segera memberangkatkan relawan dan logistik ke lokasi bencana, sehingga para korban yang selamat bisa mendapatkan bantuan.
Sejauh ini bencana itu memakan 1.774, 2.487 korban luka dan 660 ribu warga terlantar karena kehilangan rumah. Hal itu disampaikan oleh Jose Lampe Cuisa Jr, duta besar Filipina di AS pada Selasa ini. Seperti dikutip dari BBC Selasa Sore waktu setempat.
Tak tega melihat kondisi memilukan warga Filipina di sana, aksi penggalangan dana digelar segenap warga Filipina di Inggris. Adalah Eric bergabung dengan 30 fotografer Filipina dari berbagai belahan Inggris di dekat balai kota London untuk melakukan pemotretan. Sebuah kegiatan yang digadang-gadang sebagai ajang reuni orang-orang Filipina di Inggris, sekaligus kesempatan untuk mengumpulkan dana bagi korban badai dari kantong mereka sendiri. (Tnt)
Baca Juga: Perbandingan Topan `Monster` Haiyan dan Tsunami Aceh 2004
Saking kencangnya, apa pun yang dilewati Topan Haiyan di Filipina pada Jumat 8 November lalu pasti rusak dan hancur. Namun tak demikian dengan anak-anak yatim di sebuah panti asuhan yang didirikan oleh orang asing bernama Erlend Johanndsen. 50 Anak yatim yang bertengger di atap bangunan dan dekat dengan maut, justru berhasil bertahan dan selamat. Benar-benar ajaib! Mereka luput dari maut namun masih bisa tersenyum setelah pengalaman mengerikan yang mereka alami. Mungkin itulah kemanjuran doa anak-anak yatim yang dikabulkan oleh Sang Pencipta.
Tak terkira dampak topan bagi warga Filipina. Seperti dimuat situs National Post, di Tacloban dan wilayah sekitarnya di Pulau Leyte, konvoi bantuan kemanusiaan dijarah, juga apapun yang ada di toko-toko. Pelakunya adalah korban selamat yang kelaparan. "Sejumlah orang kehilangan akal sehat gara-gara kelaparan dan kehilangan anggota keluarga," kata Andrew Pomeda, seorang guru di Tacloban.
Sementara, salah satu penduduk lokal menggambarkan, penduduk Tacloban yang shock, kehilangan rumah, dan tak punya makanan seperti bukan lagi manusia, akibat terjangan angin kecepatan maksimum 125 knot atau 230 km/jam. "Orang-orang berkeliaran di jalanan mirip zombie, mencari makanan," kata Jenny Chu, seorang pelajar.
Di tengah keputusasaan datangan kabar bahagia dari seorang ibu muda bernama Emily Ortega. Perempuan berusia 21 itu melahirkan buah hatinya, bayi Bea Joy Sagales selamat saat angin topan dan badai Haiyan menerjang. Emily bahkan berhasil melahirkan Bea di tengah amukan topan 'monster' itu.
Sementara para warga yang selamat lainnya, mencoba merajut asa dengan secarik kertas harapan. Mereka menulis nama dan pesan pasca-selamat dari terjangan topan 'monster' itu. Kemudian memberikannya kepada seorang wartawan agar bisa dipublikasikan.
Mirip Tsunami Aceh
Bahkan dari ketinggian 36.000 kilometer di atas Bumi, Topan Haiyan terlihat dahsyat. Apalagi, dampak yang ditimbulkan di sebagian wilayah Filipina: bangunan yang rata dengan tanah, jasad-jasad yang bergelantungan di pepohonan, korban jiwa bahkan diperkirakan mencapai 10 ribu orang. Mereka yang selamat pun harus mengalami kondisi menyedihkan.
Sejumlah orang bahkan memperbandingkan kerusakan akibat badai dengan malapetaka yang terjadi akibat Tsunami 2004 di Samudera Hindia, yang dipicu gempa dahsyat 9,1 skala Richter yang terjadi di Pulau Sumatra, 26 Desember 2004 lalu. Memori tentang bencana dahsyat tsunami Aceh pun terngiang-ngiang di benak orang Indonesia.
"Kali terakhir aku melihat sesuatu dari skala (kehancuran) ini adalah pasca-tsunami Samudera Hindia," kata Sebastian Rhodes Stampa, kepala tim penilai bencana PBB yang mengunjungi area terdampak Haiyan di Filipina Sabtu lalu, seperti Liputan6.com kutip dari The New York Times.
Dampak Topan Haiyan Filipina 8 November 2013 dinilai mirip Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Palang Merah Indonesia (PMI) dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pun akan mengulurkan tangan.
"Sama tingkat kerusakannya," ucap Ketua Umum PMI Jusuf Kalla di Sydney, Australia, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta.
Lindu 9,1 SR pada tahun 2004 memicu gelombang raksasa yang menyapu sejumlah pantai di Samudera Hindia hingga ketinggian 30 meter. Tidak hanya Indonesia (Aceh), gelombang tsunami tersebut juga menghantam Thailand, pantai Barat Semenanjung Malaysia, Sri Lanka, India, hingga Pantai Timur Afrika. Indonesia, Thailand, Sri Lanka, India, tercatat sebagai negara terparah yang terkena dampak gelombang tsunami.
Kebanyakan orang yang terkena dampak Tsunami 2004 tak mendapat peringatan, gelombang raksasa datang terlalu cepat tanpa diduga. Bahkan, para ahli di Pacific Tsunami Warning Center di Honolulu sempat tak tahu bahwa gempa diikuti tsunami -- sampai ada kabar gelombang tinggi menghantam Sri Lanka. Sementara, aparat Filipina telah memberi peringatan dini, beberapa hari sebelum Haiyan datang. Sebanyak 800 ribu orang sudah pindah ke penampungan yang lebih aman.
Namun, pihak pemerintah sama sekali tak mengira, badai akan diikuti gelombang setinggi 6 meter -- yang akhirnya justru membanjiri penampungan.
Tsunami 2004 menerjang dataran rendah di 14 negara, bahkan hingga Australia dan Kenya. Sementara, Haiyan menghantam wilayah Filipina tengah. Lalu sebagian Vietnam dan China. Meski areanya lebih sempit, Haiyan mengakibatkan kerusakan, termasuk di daerah tinggi yang jauh dari pantai, dipicu angin badai yang kuat.
Apapun, kedua bencana itu bersifat mematikan. Mengetuk hati dunia untuk kembali bertindak dan menyalurkan bantuan. Presiden ICRC Peter Maurer yang didampingi Head of Delegation ICRC Asia Pasifik Alain Aeschliman mengatakan, keterlibatan pihaknya membantu korban Topan Haiyan di Filipina karena sebagian lokasi bencana tersebut merupakan wilayah konflik antara Pemerintah Filipina dengan pemberontak.
"Pengalaman Pak Jusuf Kalla menyelesaikan bencana tsunami di Aceh, secara bersama menyelesaikan konflik antara Pemerintah RI dan GAM saat itu, menjadi salah satu penilaian sehingga ICRC mengajak PMI bekerja sama di Filipina," jelas Maurer.
ICRC juga telah menyiapkan dana sekitar US$ 15 juta untuk digunakan dalam operasi bantuan kemanusiaan bagi korban Topan Haiyan yang menerjang Filipina. ICRC mengharapkan PMI bisa segera memberangkatkan relawan dan logistik ke lokasi bencana, sehingga para korban yang selamat bisa mendapatkan bantuan.
Sejauh ini bencana itu memakan 1.774, 2.487 korban luka dan 660 ribu warga terlantar karena kehilangan rumah. Hal itu disampaikan oleh Jose Lampe Cuisa Jr, duta besar Filipina di AS pada Selasa ini. Seperti dikutip dari BBC Selasa Sore waktu setempat.
Tak tega melihat kondisi memilukan warga Filipina di sana, aksi penggalangan dana digelar segenap warga Filipina di Inggris. Adalah Eric bergabung dengan 30 fotografer Filipina dari berbagai belahan Inggris di dekat balai kota London untuk melakukan pemotretan. Sebuah kegiatan yang digadang-gadang sebagai ajang reuni orang-orang Filipina di Inggris, sekaligus kesempatan untuk mengumpulkan dana bagi korban badai dari kantong mereka sendiri. (Tnt)
Baca Juga: Perbandingan Topan `Monster` Haiyan dan Tsunami Aceh 2004