Liputan6.com, Jakarta: Selama masa kampanye Pemilihan Umum 2004 ini, kasus peredaran uang palsu cukup marak. Kasus peredaran duit bohongan terbesar terjadi di wilayah Jakarta sebanyak 1.325 bilyet. Hal ini diakui Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah, seusai mengikuti seminar "Peta Perbankan Indonesia" di Jakarta, Kamis (18/3).
Selama periode Januari-Februari 2004, duit palsu yang beredar melonjak tajam jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun silam. Uang bohongan tersebut terdiri dari pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, dan Rp 20 ribu. Untuk mengantisipasi peredaran uang palsu, pihak BI mengaku sudah bekerja sama dengan kepolisian buat mencermati wilayah rawan peredaran duit bohongan, terutama di Pulau jawa.
Keseriusan pemerintah untuk mengantisipasi peredaran uang palsu terbukti pada Senin pekan ini. Tim Reserse Kepolisian Sektor Metro Cengkareng meringkus tiga pengedar uang palsu di tiga tempat berbeda di wilayah Jakarta Barat [baca: Pengedar Uang Palsu Dibekuk di Cengkareng]. Sutikno dan Turnan diringkus berkat keterangan Heriyanto, yang ditangkap ketika membeli sebuah telepon seluler dengan uang palsu.(DNP/Dewvina Oktora)
Selama periode Januari-Februari 2004, duit palsu yang beredar melonjak tajam jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun silam. Uang bohongan tersebut terdiri dari pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, dan Rp 20 ribu. Untuk mengantisipasi peredaran uang palsu, pihak BI mengaku sudah bekerja sama dengan kepolisian buat mencermati wilayah rawan peredaran duit bohongan, terutama di Pulau jawa.
Keseriusan pemerintah untuk mengantisipasi peredaran uang palsu terbukti pada Senin pekan ini. Tim Reserse Kepolisian Sektor Metro Cengkareng meringkus tiga pengedar uang palsu di tiga tempat berbeda di wilayah Jakarta Barat [baca: Pengedar Uang Palsu Dibekuk di Cengkareng]. Sutikno dan Turnan diringkus berkat keterangan Heriyanto, yang ditangkap ketika membeli sebuah telepon seluler dengan uang palsu.(DNP/Dewvina Oktora)