Direktur Biro Pusat Investigasi (CBI) India, Ranjit Sinha, tak sedang membahas soal kasus pemerkosaan. Namun analoginya soal kasus kejahatan kemanusiaan itu membuat orang-orang marah. Di negaranya yang dicekam trauma kekerasan seksual, ia malah membandingkan legalisasi taruhan dalam pertandingan olahraga dengan 'menikmati ' kekerasan seksual.
Sekali lagi, ini pelajaran penting bagi setiap pejabat publik: untuk menjaga mulutnya! [Lihat: Candaan Perkosaan Ngawur Hakim Daming Go International!]
Rajit Sinha saat itu sedang terlibat dalam perdebatan tentang taruhan dalam olahraga. "Aku merasa jika kita sudah melegalkan lotere...jika kita punya kasino di sejumlah resor turis. Jika pemerintah bisa menyatakan skema pengungkapan 'uang hitam', apa salahnya kita melegalkan taruhan? Bukankah kita punya lembaga penegak hukum," kata dia, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Rabu (13/11/2013).
"Gampang untuk mengatakan kau tidak memiliki lembaga penegak hukum, seperti mengatakan, jika kau tidak menghentikan pemerkosaan, nikmati saja," tambah Sinha.
Ia kemudian berusaha mengklarifikasi pernyataannya. Namun, justru membuatnya makin buruk. "Lebih baik melegalisasi sesuatu, meraup pendapatan dari itu, daripada tak dapat apa-apa dan membiarkannya."
Panen Kecaman
Pernyataan Ranjit Sinha dengan cepat memicu protes di media sosial. Kelompok hak-hak perempuan langsung mengecam. [Baca juga: 'Hukum Mati dan Bikin Impoten Geng Pemerkosa di Bus Kota']
Pernyataan keras salah satunya diungkapkan politisi Brinda Karat. "Sangat memuakkan, seorang pria, yang bertanggung jawab atas sejumlah penyelidikan pemerkosaan, menggunakan analogi seperti itu. Dia harus dituntut karena merendahkan dan menghina perempuan," kata dia kepada The Hindu.
CBI lantas mengeluarkan pernyataan atas nama direkturnya, "Konteks pernyataan Direktur sangat penting. Menunjukkan bahwa meski hukum tak bisa ditegakkan, tak berarti kemudian sama sekali tak ada hukum."
Ranjit Sinha kemudian berkata pada Hindustan Times bahwa ia hanya menggunakan pemerkosaan sebagai analogi. "Sangat sulit menegakkan hukum terhadap taruhan, bisa saja aturan dibuat, namun sulit dan ada banyak rintangan untuk menegakkannya. Lotere saat ini legal, jadi aku ingin mengatakan taruhan bisa dilegalkan dan dipungut pajak. Untuk menyatakan hal itu aku membuat perumpamaan."
Sinha juga menyesalkan protes diarahkan para dirinya. "Itu hanya propaganda jahat, tak adil."
Namun, Ranjana Kumari, dari Centre for Social Research mengkritik pernyataan awal Sinha dan juga responnya terhadap skandal yang dipicunya.
"Sebagai seorang polisi senior yang berada dalam posisi yang sangat bertanggung jawab dan menyelidiki kasus-kasus kriminal seharusnya tidak mengeluarkan pernyataan seperti itu," kata dia.
Sinha seharusnya minta maaf. "Itu sama sekali tak bisa diterima dan ia harusnya minta maaf. Sayangnya sudah jadi kebiasaan mereka yang menempati jabatan tinggi memperlakukan isu kekerasan seksual dengan gampangnya," kata Kumari. [Baca juga: Hakim Israel: Sejumlah Gadis Menikmati Saat Diperkosa]
Perempuan India pertama yang jadi pejabat Kepolisian, dengan pangkat tertinggi hingga saat ini, Kiran Bedi juga mengecam keras pernyataan yuniornya. "Direktur CBI harus meminta maaf secara publik soal pernyataannya yang tak bertanggung jawab soal 'taruhan dan pemerkosaan! Sama sekali tak pantas dikatakan orang dengan jabatan itu," kata Kiran dalam Twitter. (Ein/Yus)
Sekali lagi, ini pelajaran penting bagi setiap pejabat publik: untuk menjaga mulutnya! [Lihat: Candaan Perkosaan Ngawur Hakim Daming Go International!]
Rajit Sinha saat itu sedang terlibat dalam perdebatan tentang taruhan dalam olahraga. "Aku merasa jika kita sudah melegalkan lotere...jika kita punya kasino di sejumlah resor turis. Jika pemerintah bisa menyatakan skema pengungkapan 'uang hitam', apa salahnya kita melegalkan taruhan? Bukankah kita punya lembaga penegak hukum," kata dia, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au, Rabu (13/11/2013).
"Gampang untuk mengatakan kau tidak memiliki lembaga penegak hukum, seperti mengatakan, jika kau tidak menghentikan pemerkosaan, nikmati saja," tambah Sinha.
Ia kemudian berusaha mengklarifikasi pernyataannya. Namun, justru membuatnya makin buruk. "Lebih baik melegalisasi sesuatu, meraup pendapatan dari itu, daripada tak dapat apa-apa dan membiarkannya."
Panen Kecaman
Pernyataan Ranjit Sinha dengan cepat memicu protes di media sosial. Kelompok hak-hak perempuan langsung mengecam. [Baca juga: 'Hukum Mati dan Bikin Impoten Geng Pemerkosa di Bus Kota']
Pernyataan keras salah satunya diungkapkan politisi Brinda Karat. "Sangat memuakkan, seorang pria, yang bertanggung jawab atas sejumlah penyelidikan pemerkosaan, menggunakan analogi seperti itu. Dia harus dituntut karena merendahkan dan menghina perempuan," kata dia kepada The Hindu.
CBI lantas mengeluarkan pernyataan atas nama direkturnya, "Konteks pernyataan Direktur sangat penting. Menunjukkan bahwa meski hukum tak bisa ditegakkan, tak berarti kemudian sama sekali tak ada hukum."
Ranjit Sinha kemudian berkata pada Hindustan Times bahwa ia hanya menggunakan pemerkosaan sebagai analogi. "Sangat sulit menegakkan hukum terhadap taruhan, bisa saja aturan dibuat, namun sulit dan ada banyak rintangan untuk menegakkannya. Lotere saat ini legal, jadi aku ingin mengatakan taruhan bisa dilegalkan dan dipungut pajak. Untuk menyatakan hal itu aku membuat perumpamaan."
Sinha juga menyesalkan protes diarahkan para dirinya. "Itu hanya propaganda jahat, tak adil."
Namun, Ranjana Kumari, dari Centre for Social Research mengkritik pernyataan awal Sinha dan juga responnya terhadap skandal yang dipicunya.
"Sebagai seorang polisi senior yang berada dalam posisi yang sangat bertanggung jawab dan menyelidiki kasus-kasus kriminal seharusnya tidak mengeluarkan pernyataan seperti itu," kata dia.
Sinha seharusnya minta maaf. "Itu sama sekali tak bisa diterima dan ia harusnya minta maaf. Sayangnya sudah jadi kebiasaan mereka yang menempati jabatan tinggi memperlakukan isu kekerasan seksual dengan gampangnya," kata Kumari. [Baca juga: Hakim Israel: Sejumlah Gadis Menikmati Saat Diperkosa]
Perempuan India pertama yang jadi pejabat Kepolisian, dengan pangkat tertinggi hingga saat ini, Kiran Bedi juga mengecam keras pernyataan yuniornya. "Direktur CBI harus meminta maaf secara publik soal pernyataannya yang tak bertanggung jawab soal 'taruhan dan pemerkosaan! Sama sekali tak pantas dikatakan orang dengan jabatan itu," kata Kiran dalam Twitter. (Ein/Yus)