Krisis air bersih yang melanda sejumlah kawasan di Indonesia memaksa warga mengeruk tanah dan membangun sumur-sumur sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Tapi tahukah Anda bila pemanfaatan air tanah bisa menurunkan ketinggian tanah?.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak mencontohkan, jika tanah di Jakarta telah mengalami penurunan akibat pengerukan air tanah secara besar-besaran.
"Air tanah kalau diambil terus bisa menurunkan tanahnya. Misalnya tanah di Jakarta Utara turun sekitar 5 sentimeter dalam kurun waktu setahun. Ini sangat berbahaya karena posisi tanah bisa di bawah permukaan laut," ujarnya di Pameran Infrastruktur di JCC, Kamis (14/11/2013).
Pemanfaatan air tanah, tambah Hermanto, tak dapat dihindari mengingat Jakarta dan berbagai daerah lain masih mengalami krisis air bersih. Solusinya, kata dia, melalui pembangunan waduk sebagai sumber alternatif untuk memperoleh air bersih di Ibu Kota.
"Jadi saya dukung waduk long storage (tampungan memanjang). Untuk membangunnya, tidak perlu minta izin kami karena sistem ada yang bisa ditangani di daerah dan di pusat," tambah dia.
Waduk long storage merupakan proyek kerja sama antara Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) belum lama ini.
Waduk yang berlokasi di Sungai Ciliwung ini bertujuan untuk menanggulangi banjir dan memenuhi kebutuhan air bersih di Jakarta.
Sebelumnya Dahlan mengatakan, untuk mengurangi dampak banjir, yakni mengatur debit air sungai dengan cara membangun waduk long storage (tampungan memanjang) pada bagian hulu Sungai Ciliwung di daerah Bogor dengan membendung secara cascade (terasering) di sejumlah lokasi di sepanjang aliran Sungai Ciliwung seluas kurang lebih 40 hektar.
"Dengan dibuat cascade, maka dapat mengurangi dampak banjir sekitar 20 sampai 30%, sekaligus menyediakan air baku sekitar 3.000 meter kubik. Ditargetkan pembangunan cascade ini rampung dalam waktu dua tahun ke depan," ucapnya.
Dahlan menjelaskan, pembangunan cascade tersebut membutuhkan biaya sebesar Rp 1,2 triliun. Pendanaan proyek tersebut berasal dari BUMN sebesar 51% dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI sebesar 49%. (Fik/Nur)
Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak mencontohkan, jika tanah di Jakarta telah mengalami penurunan akibat pengerukan air tanah secara besar-besaran.
"Air tanah kalau diambil terus bisa menurunkan tanahnya. Misalnya tanah di Jakarta Utara turun sekitar 5 sentimeter dalam kurun waktu setahun. Ini sangat berbahaya karena posisi tanah bisa di bawah permukaan laut," ujarnya di Pameran Infrastruktur di JCC, Kamis (14/11/2013).
Pemanfaatan air tanah, tambah Hermanto, tak dapat dihindari mengingat Jakarta dan berbagai daerah lain masih mengalami krisis air bersih. Solusinya, kata dia, melalui pembangunan waduk sebagai sumber alternatif untuk memperoleh air bersih di Ibu Kota.
"Jadi saya dukung waduk long storage (tampungan memanjang). Untuk membangunnya, tidak perlu minta izin kami karena sistem ada yang bisa ditangani di daerah dan di pusat," tambah dia.
Waduk long storage merupakan proyek kerja sama antara Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) belum lama ini.
Waduk yang berlokasi di Sungai Ciliwung ini bertujuan untuk menanggulangi banjir dan memenuhi kebutuhan air bersih di Jakarta.
Sebelumnya Dahlan mengatakan, untuk mengurangi dampak banjir, yakni mengatur debit air sungai dengan cara membangun waduk long storage (tampungan memanjang) pada bagian hulu Sungai Ciliwung di daerah Bogor dengan membendung secara cascade (terasering) di sejumlah lokasi di sepanjang aliran Sungai Ciliwung seluas kurang lebih 40 hektar.
"Dengan dibuat cascade, maka dapat mengurangi dampak banjir sekitar 20 sampai 30%, sekaligus menyediakan air baku sekitar 3.000 meter kubik. Ditargetkan pembangunan cascade ini rampung dalam waktu dua tahun ke depan," ucapnya.
Dahlan menjelaskan, pembangunan cascade tersebut membutuhkan biaya sebesar Rp 1,2 triliun. Pendanaan proyek tersebut berasal dari BUMN sebesar 51% dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI sebesar 49%. (Fik/Nur)