Sido Muncul, Perusahaan Jamu Pertama yang Melantai di Bursa

Salah satu perusahaan Jamu di Indonesia yaitu Sido Muncul akan mencatatkan saham perdana pada Desember 2013.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Nov 2013, 12:41 WIB
Salah satu perusahaan jamu di Indonesia akan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir tahun 2013. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk akan menjadi perusahaan jamu pertama yang melepas saham ke publik.

Perusahaan ini sudah lama melintang menjalankan bisnis jamu di Indonesia. Produsen Tolak Angin ini bermula dari industri rumah tangga yang dikelola Ibu Rahkmat Sulistio pada 1940 di Yogyakarta.

Ketika membangun usaha jamu ini, ibu Rahkmat Sulistio dibantu oleh tiga karyawan. Permintaan yang besar untuk kemasan industri jamu praktis mendorong Ibu Rahkmat untuk memproduksi jamu dalam bentuk praktis.

Setelah perusahaan maju, pengolahan jamu dipindahkan dari Yogyakarta ke Semarang. Pada 1951, maka didirikan perusahaan sederhana dengan nama Sido Muncul yang berarti Impian yang Terwujud.

Pabrik pertama Sido Muncul berlokasi di Jln. Mlaten Trenggulun, Semarang, Jawa Tengah dengan produk pertama Jamu Tolak Angin. Hingga kini, Jamu Tolak Angin menjadi produk andalan Sidomuncul.

Tidak hanya Tolak Angin saja yang memberikan kontribusi cukup besar bagi perseroan. Produk perseroan lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar seperti jamu herbal, minuman berenergi, permen, dan minuman kesehatan, serta produk lainnya.

Perseroan menjadi perseroan terbatas pada 1975. Adapun nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul disahkan pada 11 Juni 2013.

Seiring waktu, Perseroan memiliki dua anak usaha yaitu PT Semarang Herbal Indo Plant dan PT Muncul Mekar. Dua perusahaan ini masing-masing bergerak di bidang usaha perindustrian, perdagangan, pengangkutan darat, jasa pertanian.

Kemajuan usaha perseroan ini didukung dari kualitas produk yang selalu dijaga dan inovasi yang dilahirkan perseroan. Perseoran juga memperhatikan bahan baku pembuatan produk jamu. Produk jamu Perseroan sekitar 80% masih dieksplorasi dari alam dan 20% dari hasil budidaya.

Sekarang Sido Muncul sekarang ditangani oleh generasi ketiga yaitu Irwan Hidayat yang menjabat posisi Direktur Utama. Pada 31 Juli 2013, perseroan mencatatkan aset senilai Rp 1,9 triliun. Total liabilitas/utang perseroan mencapai Rp 326,18 miliar.

Dari hasil penjualan jamu, Perseroan mencatatkan penjualan menjadi Rp 1,39 triliun pada 31 Juli 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 1,34 triliun. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan (ditanggungkan) kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 207,99 miliar pada 31 Juli 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 190,95 miliar.


Rencana Go Public

Perseron pun semakin berambisi untuk mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, perseroan mencari dana lewat pasar modal dengan melepas saham ke publik. Dana hasil penawaran saham perdana ini akan digunakan untuk investasi. Perusahaan jamu ini akan melepas 10% saham ke publik atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Investasi yang akan dilakukan perseroan untuk membeli tanah dan bangunan serta perluasan pabrik. Lalu perseroan juga akan memberikan modal ke anak usaha PT Muncul Mekar dan PT Semarang Herbal. Perseroan juga akan mengembangkan sistem teknologi informasi.

Perseroan memproyeksikan akan meningkatkan penjualan produk Tolak Angin, produk kopi dan susu, serta produk Alang Sari dengan rencana investasi yang dilakukan perseroan.

Perseroan optimistis dengan industri jamu sekarang mengingat pola hidup masyarakat yang kembali ke alam. Perubahan pola hidup masyarakat baik dari masyarakat lokal dan global itu mendorong perseroan untuk meningkatkan produksi dan memperluas pangsa pasar.

Produsen Tolak Angin ini memang dinilai cukup berani dengan melepas saham ke publik pada akhir tahun 2013 di tengah kondisi bursa saham global dan Indonesia yang fluktuaktif.

Saat ini, kepemilikan saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sidomuncul Tbk antara lain Ny Desy Sulistio sebesar 50%, Irwan Hidayat, Sofyan Hidayat, Johan Hidayat, Ny Sandra Linata Hidayat, dan David Hidayat masing-masing sebesar 10%.

Dalam penawaran saham perdana ini, perseroan juga mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya 10% dari jumlah saham yang ditawarkan.  (Ahm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya